💗💗💗
"Duh, makasih banget ya Zah, Vin. Maafin kami udah buat kalian repot pagi pagi gini"
Zahra tersenyum manis membalas ucapan wanita yang ada di hadapannya saat ini. Sedangkan Alvin malah tersenyum canggung, barangkali ia masih shock karena kedatangan tiba tiba dari mantan istrinya.
"Iya Kara, gapapa kok. Kalian kan harus berangkat pagi ini ke Eropa kan? Kapan lagi bisa mampir kesini" imbuh Zahra dengan senyum yang tak pudar.
"Sekali lagi aku minta maaf ya, Zah. Semua ini terjadi gara gara aku.." Kara meraih tangan Zahra, matanya kembali berkaca kaca, ia menyesali semua yang terjadi.
"Sudahlah, Kar. Qadarullah. Aku sama kak Alvin udah ikhlas kok.."
Kara menyeka ujung matanya yang berair. Hatinya menghangat kala menatap wajah tenang Zahra. Tampak gurat keikhlasan dan kebaikan dari wajah yang terlihat sangat imut meski tanpa polesan make up.
"Ya sudah, kami berangkat dulu ya"
Kara cepika cepiki dengan mantan madunya. Lelaki yang ikut bersama Kara juga menyalami Alvin sebagai tanda perpisahan. Tak lupa Alvin dan Zahra bergantian mencium Cherry yang tengah berbaring dengan wajah datar di kereta dorongnya. Sesaat hati Zahra berdebar melihat bayi kecil itu. Dia langsung teringat dengan angan angannya yang belum sampai. Semoga Allah masih memberikan dia kesempatan untuk menanggung amanah seorang anak.
Perlahan tubuh Kara dan keluarganya menghilang dari pandangan Zahra dan Alvin. Zahra menumpu kepalanya pada bahu Alvin. Tanpa wanita itu sadari, air mata sudah merembes jatuh membasahi pelupuk matanya, terjun bebas menyusuri pipi putihnya. Sungguh, Zahra ikhlas. Dia menangis bukan karena ia belum ikhlas. Hanya sedih mengingat kenangan pahit yang pernah keluarga mereka dapatkan. Juga bersyukur, karena mereka mampu melewati semuanya dengan ketakwaan.
"Masuk yuk.."
Zahra mengangguk dan membiarkan Alvin menggenggam jari jari lentiknya. Zahra mengikuti Alvin masuk ke dalam rumah setelah menghapus sisa sisa air matanya.
"Kakak masih gak nyangka, kalau Arman akhirnya sadar dan melamar Kara" ucap Alvin setelah sempurna mendudukkan diri di sofa ruang keluarga. Diikuti Zahra yang juga duduk disampingnya.
"Dan lebih tidak menyangka lagi, karena kamu mengundang mereka tanpa bilang ke kakak dulu" lanjut Alvin
"Ya begitu lah skenario Allah. Gak bisa ditebak. Tapi apapun itu, memang banyak banget hikmahnya. Lihat sekarang Kara udah berubah banget, cara berpakaiannya, tutur katanya. Zahra yakin, siapa lagi kalau bukan kakak yang Allah jadikan perantara untuk mengubah dia. Kakak yang bilang kan, selama kakak bersamanya, kalian banyak mengajari Kara agama kita. Zahra bangga sama kak Alvin.."
"Em, dan soal gak bilang ke kakak itu, biar surprise aja hehe, kakak salting ya ketemu mantan?"
Alvin menata tajam pada netra hitam milik Zahra, ia protes melalui pandangan intens tersebut. "Enggak sama sekali"
Alvin memasukkan kacang ke dalam mulutnya, tangan kirnya mengelus sayang kepala Zahra yang kini sudah berada di atas pahanya.
"Apapun yang terjadi sama sekarang sama Kara, maksudnya perubahan dia, tetap karena kuasa Allah. Kakak cuma menjalankan tanggung jawab sebagai suami aja. Meskipun gak cinta, tanggung jawab tetap tanggung jawab kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Impian {Next Part}
ДуховныеPART 1-21 ADA DI CERITA OLEH AKUN PERTAMA SAYA @anitazahr_ PART 22-TAMAT ADA DI CERITA INI. YANG BARU BACA BISA CEK AKUN PERTAMA SAYA. 💗💗💗 [END] Genre > Spritual-Romance Siti Fatimah Az-Zahra Dia mencintai sahabatnya. Walaupun tidak mendapat bala...