51.

1.5K 94 17
                                    

"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap pada selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya."

(Imam Syafi'i)

💗💗💗

Pada detik itu juga, saat Zahra melihat suaminya duduk saling berhadapan dengan wanita cantik, tubuh ramping, dan hijab panjang yang menyempurnakan kecantikannya, saat itu pula hati Zahra bergetar hebat, ribuan asumsi buruk memenuhi pikirannya. Tapi ia coba untuk tetap berpikir positif.

Zahra ingin menghampiri mereka, namun ekspresi aneh yang ditunjukkan wanita yang tak asing baginya itu membuatnya mengurungkan langkahnya, ia putuskan untuk mengintip mereka dengan menyempil di balik tembok, mendengar apa yang akan mereka perbincangkan di tempat ini. Bertiga ditemani seorang bayi yang sepertinya sedang tertidur pulas di kereta dorongnya.

Jantung Zahra tak bisa dikendalikan lagi saat mendengar apa yang mereka bicarakan. Dimulai dari tangisan Kara yang disusul oleh pernyataan cintanya, Zahra tak tahu sebelum ini apa yang mereka bahas, mungkin jika dia tahu, akan semakin memperburuk luka dalam hatinya.

"Zah, tolong jangan diam aja seperti ini, jangan menatap kosong, kalau mau marah lampiaskan aja Zah, kamu boleh menangis dan teriak sekencang kencangnya. Tapi jangan membisu, kita takut lihatnya"

Putri mengucap kalimat itu sambil menangis sesegukan seperti Zahra. Sedangkan tangis Zahra sudah berhenti sejak mereka sampai di rumah. Hanya sesegukan kecil yang terdengar dari bibir tipisnya. Hal tersebut justru membuat Gina dan Putri semakin takut, pasalnya Zahra jadi diam membisu, mematung melihat dengan pandangan yang tak tentu. Jika imannya tak kuat, mungkin sekarang dia sudah dirasuki setan jahat.

"La tahzan, ukhti. Allah bersama hamba-Nya yang sabar. Rileks kan pikiran kamu, kami berdua disini.." Gina mengelus pelan pundak Zahra, sedangkan Putri yang berada disebelah kiri Zahra menumpu kepalanya pada kepala Zahra dan mengelus pula punggung wanita yang tengah rapuh itu. Gina dan Putri mendekap Zahra untuk memberikannya kekuatan.

"Kenapa ya? Kak Alvin setega ini"
Suara serak Zahra yang tegar mencetak kepiluan di hati Gina dan Putri. Sahabat mereka yang satu ini adalah yang paling ceria, yang paling peka, tapi juga yang paling tegar dalam menghadapi masalah. Kekurangannya hanya satu, gegabah dalam menghadapi keputusan dan memikirkan sesuatu sampai kadang terlalu larut di dalamnya, jika orang orang yang ia sayangi tidak mengingatkannya, juga imannya pada Allah cetek, Zahra mungkin akan tenggelam berkali kali dalam lautan kegagalan.

Zahra masih mematung, suasana kamar yang biasanya selalu diisi kebahagiaan dan tawa dimana mana berganti menjadi kekalutan yang luar biasa. Semua insan yang ada di ruangan ini merasakan luka yang sama. Perihnya sama.

"Zah, tenanglah dulu. Tunggu sampai suamimu pulang, biarkan dia menjelaskan semuanya, minta kekuatan pada Allah. Pemilik seluruh kekuatan di muka bumi ini" ucap Gina penuh keseriusan, sebenarnya ingin sekali Gina memberitahu apa yang terjadi, sebab dia tahu alasan awal Alvin melakukan semua ini. Tapi, dia takut penjelasannya akan membuat Zahra semakin sakit hati, karena sahabatnya sendiri sudah menutupi hal sebesar ini darinya. Zahra akan merasa hancur jika tahu selama ini Arya dan Gina mempermainkannya, ikut serta dalam sandiwara Alvin.

"Apa dia masih pantas aku anggap suamiku?"

Ucapan Zahra membuat kedua sahabatnya kembali menatap dengan tatapan yang sendu, raut wajah mereka kompak memerah menahan derai air mata yang ingin keluar untuk kesekian kalinya.

Imam Impian {Next Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang