Apa sekarang kau mengerti? Bahwa terbagi sangatlah sakit?
💗💗💗
Author's POV
Zahra merapikan dirinya sebelum menyambut kedatangan Alvin, Gina dan Alifia. Diriasnya wajahnya agar tidak kelihatan terlalu menyedihkan, walaupun mata bengkaknya tak sepenuhnya hilang.
"Assalamu'alaikum"
Itu suara teriakan Alvin, dengan langkah cepat Zahra berlari untuk membukakan pintu.
"Kalian sudah datang." Zahra langsung memeluk tubuh Gina yang masih terlihat lemah, Alvin yang saat itu sedang menggendong Alifia yang sudah terlelap langsung masuk kerumah tanpa bicara.
"Apa kabar Zahra?" Tanya Gina dengan santai.
"Baik, Alhamdulillah. Mba Gina sudah lebih baik kan keadaannya?" Zahra mengajak Gina untuk melangkah masuk ke dalam rumah, berjalan ke ruang tamu dan duduk di sofa.
"Aku baik. Kamu kenapa akhir akhir ini jarang ke rumah sakit?"
Zahra memasang senyum teduhnya. "Maaf mba, Zahra sedang banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan, tugas kuliah Zahra menumpuk, sebentar lagi kan mau nyusun skripsi, Zahra minta doanya, mba."
Sosok Alvin datang dari arah kamar, dengan langkah dan juga wajah yang datar, ia baru saja kembali dari kamar Alifia, mengantarnya. Alvin langsung duduk di depan kedua gadis manis yang sedang berbincang akrab itu.
"Oh begitu, aku doain semuanya lancar, semoga kamu cepat lulus, biar bisa kasih aku keponakan."
Zahra mengernyitkan keningnya. "Maksud mba Gina?"
"Loh? Emangnya kamu sama Alvin gak pengen punya anak?"
Zahra tersenyum "Tentu saja mau mba, tapi terdengar aneh jika yang bicara seperti itu adalah calon madunya Zahra. Mba Gina juga bisa memberi kak Alvin anak setelah ini."
Alvin melihat sinis ke arah Zahra, dengan wajah yang masih saja datar.
Gina mengangguk setuju.
"Iya, bisa, tapi kalau kita bisa sama sama hamil pasti menyenangkan, ya kan Vin?"
Alvin mengangguk.
Zahra hanya memasang senyum kecut. Hatinya teriris iris, membayangkannya saja membuat Zahra merasa ngilu, kehamilan dan kehadiran seorang anak yang lahir langsung dari rahimnya pasti suatu anugerah yang amat dia syukuri. Tapi dia takut tidak akan bisa fokus menjaga kehamilannya jika kondisi hatinya selalu berdebar debat menahan cemburu yang sangat hebat seperti ini. Perhatian Alvin pasti akan terbagi.
Tiba tiba saja Alvin berdiri. "Saya masuk kamar dulu, mau istirahat, lelah sekali. Gina, kamu juga sebaiknya jangan lama lama mengobrol, kamu harus istrihat untuk pemulihan."
Gina mengangguk riang mendapat perhatian seperti ini dari Alvin.
Alvin melangkah, saat badannya pas membelakangi tempat Zahra duduk, gadis itu meratapi punggung Alvin, dengan wajah yang memelas. Terus menatapnya bagai sedang bicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Impian {Next Part}
EspiritualPART 1-21 ADA DI CERITA OLEH AKUN PERTAMA SAYA @anitazahr_ PART 22-TAMAT ADA DI CERITA INI. YANG BARU BACA BISA CEK AKUN PERTAMA SAYA. 💗💗💗 [END] Genre > Spritual-Romance Siti Fatimah Az-Zahra Dia mencintai sahabatnya. Walaupun tidak mendapat bala...