29.

1.7K 85 9
                                    

Aku merasakan cintamu, bahkan saat kau membenciku.


💗💗💗

Zahra's POV

Mereka datang.

Kak Alvin dan Alifia.

Dua orang yang sangat kurindukan.

"Mamaaaa..." Alifia datang memelukku, akupun membalas pelukannya dengan erat, melepaskan kerinduanku padanya. Sedangkan kak Alvin masuk dengan raut wajah terpaksa, dengan pergerakan yang malas malasan, sedikit menyentil hatiku, tapi aku tau saat ini dia juga merindukanku.

Aku dan Alifia bercengkrama banyak, hampir dua puluh menit kami mengobrol, Alifia menceritakan kegelisahannya saat aku tak dirumah, dia mengaku lebih suka jika dijemput olehku daripada bersama Arya, asisten sekaligus sahabat kak Alvin. Bukan karena Arya melakukan hal jahat padanya, hanya saja jika denganku, kami bisa jalan jalan atau bercerita tentang kegiatan kami satu sama lain, bisa dimengerti karna kak Alvin sibuk bekerja hingga tak bisa menjemput Alifia. Anakku itu bagai sudah candu, dia merasa sangat tak lengkap jika tidak ada aku dirumah, padahal kedatanganku di keluarga kak Alvin dan Alifia belum sampai setahun, Alifia sudah sering menjalani hari tanpa seorang ibu sebelum aku hadir di keluarga kecil ini.

Kak Alvin, si cerewet itu, yang biasanya punya banyak bahan cerita untuk dia sampaikan kepadaku,  sampai sekarang dia hanya diam, berdehem atau tersenyum membalas pertanyaan dari Alifia. Kalau begini, bagaimana caranya aku menjelaskan semua padanya untuk memperbaiki hubungan kami?

Oh God! I'm forget!
Aku harusnya memanfaatkan waktu ini.

Author's POV

"Fia, mama boleh minta tolong?"

"Boleh, mama mau minta tolong apa?" Tanya Alifia antusias

"Kamu sama oma dulu diluar, mama mau bicara berdua sama ayah."

"Enggak!" Alvin menyela
"Gak ada yang perlu di bicarakan"

"Ayah jangan gitu dong, Alifia mau sama Oma dulu, ayah gak boleh keluar sebelum bicara sama mama!" Alifia memperlihatkan ekspresi serius khas anak anak. Zahra tersenyum geli melihat anaknya yang bertingkah bak orang dewasa, kedewasaan yang baik. Sedangkan Alvin mendengus dan merasa muak dengan perintah sang anak yang sama sekali tidak bisa ia tolak.

Alifia keluar dari ruangan Zahra, meninggalkan ayah dan mamanya berdua. Alvin tak bisa membantah, dia sudah tau bahwa Alifia akan berjaga di depan pintu untuk menghalangi Alvin keluar.

"Kak Alvin.." Zahra melihat Alvin dengan tatapan seteduh mungkin, suaminya itu malah asik memainkan ponselnya yang mati. Hanya sebagai pengalihan, ponsel Alvin sudah lowbatt sejak lima menit yang lalu.

"Kak Alvin.." kini Zahra dengan tegas memegang jari jari Alvin lembut, ketika Alvin hendak melepas, tangan Zahra langsung meremas tangan Alvin kuat, membuat pria tampan itu hanya mendengus lagi, pasrah melihat tangannya yang sedang ada dibawah kendali Zahra. Apa Zahra tak tahu? Jantung Alvin berdebar debar saat ini?

"Tolong dengarkan penjelasan Zahra sebentar saja.. paling tidak jangan pergi"

Alvin menghela nafas berat, "hm.."

Imam Impian {Next Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang