35.

1.3K 69 7
                                    

Seringkali, yang paling mencintai kita, tak menjadi yang paling kita cintai. Dan mungkin pernah, yang paling kita cintai, membuat hati kita bagai dirajam duri.

~SALIM A. FILLAH-

💗💗💗

Gina tak menyadari tatapan dingin serta ngeri yang dilemparkan Azizah kepadanya. Hingga keduanya saling diam sebab Azizah tak sedikitpun membalas cerita Gina yang ia ungkapkan dengan penuh keyakinan, memuji Alvin, dan merasa sangat perih saat menceritakan kemarahan Alvin kepadanya.

"Azizah, kok diam aja sih, gak ngerespon cerita aku, aku cerita sama kamu kan biar dapat solusi"

Azizah tersenyum kecut, dia benar benar merasa tidak nyaman dengan percakapan yang dimulai Gina.

"Maaf mba Gina, saya kan gak terlalu mengenal pak Alvin, jadi saya gak tau apa yang harus dilakukan kalau beliau marah, tapi saya yakin, pak Alvin itu kan laki laki yang taat, beliau tidak akan menyimpan dendam dan marah terlalu lama, seiring berjalannya waktu pasti ramah kembali"

Gina mengangguk "benar kata kamu zah"

"Tapi, kalau mba Gina kepingin tau tentang bos kita itu, bisa tanya mba Zahra, istrinya." Azizah menekankan kata 'istri', sambil tersenyum penuh arti.

Gina merasa kikuk mendengar nama itu disebut, hatinya terasa bergemuruh dan tersentil mendengarnya.

"Lho? Mba Gina kenapa? Ekspresinya berubah drastis. Azizah gak salah bicara kan?"

***

Gina's POV

Setelah bercerita panjang pada Azizah, bukannya tenang dan mendapat solusi, hatiku malah terasa semakin perih, mendengar nama Zahra, dan hubungannya dengan Alvin, mematahkan segala bahagia ku, aku sadar, aku memang tak salah jika mencintai, namun teramat salah karena mencintai milik orang lain.

Aku pulang lebih cepat hari ini, karena hari ini hari Jum'at, Alvin mengizinkan beberapa karyawan untuk pulang, yang beberapa lagi gantian menjaga pabrik dan kantor pusat. Aku merasa jika pulang sekarang sangatlah rumit dengan keadaan hatiku, otakku berputar cepat untuk memikirkan kemana aku akan pergi untuk menghilangkan segala kegelisahan ini.

Ya, aku tau dimana tempat terbaik untukku kembali tenang.

***

*Rumah Alvin*

"Fiaa, siapin dulu pr-nya baru main, nak" nada lembut Alvin membuat putri cantiknya melihat kearah sang ayah.

"Nanti aja ya ayah, fia aja belum lancar baca, udah disuruh menulis sama ibu guru"

"Yaudah, biar ayah ajarin, kalau udah selesai kamu boleh main sepuasnya deh.."

"Yaudah deh." Fia datang kearah Alvin, mengambil alih sebuah buku yang tadinya ada ditangan Alvin, kini sudah berada digenggamannya.
"Yah, mama kapan pulang sih? Fia kan mau belajar sama mama lagi, fia mau diantar jemput sama mama lagi, mama lama banget pulangnya."

Alvin mengelus lembut kepala putri kecilnya, sambil memikirkan jawaban apa lagi yang akan ia lemparkan. Putrinya selalu bertanya hal yang sama dua kali dalam satu hari. Kapan mamanya akan kembali?

Imam Impian {Next Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang