46.

1.1K 70 19
                                    

Kamu pergi tanpa patah kata.
Kamu enyah tinggalkan luka.

💗💗💗

Derap langkah kaki memenuhi rumah minimalis ini. Kesunyian yang sedari tadi menghantam pelik tergantikan renyahnya suara sandal sang pemilik. Seorang gadis berkerudung merah jambu menuruni anak tangga dengan perlahan, perut buncit itu menahan langkahnya untuk berjalan cepat.

Tepat hari ini, kandungan Zahra memasuki usia enam bulan. Sudah satu bulan sejak kejadian Alvin tak pulang ke rumah. Perempuan itu gelisah, terakhir kali ia menghubungi Alvin dan dijawab pun adalah saat malam itu. Suaminya hilang bagai ditelan bumi.

"Zahra, sarapan dulu nak.."

Suara perempuan yang berusia cukup matang memanggil Zahra yang tengah sibuk menatap ke arah kolam berenang, menatapi tanaman hijau nan indah yang diletakkan di halaman belakang itu.

"Iya ma.." Jawab Zahra sembari melangkahkan kakinya ke meja makan, tempat Runaya berada. Ya, disini Zahra sekarang, dirumah mantan mertua Alvin yang sudah suaminya anggap sebagai ibu kandungnya, Runaya pun sudah Zahra anggap juga sebagai mertua bahkan bunda nya sendiri.

"Rara mana ma?" Pertanyaan itu yang Zahra lontarkan saat dirinya sudah berhadapan dengan Runaya.

"Dia masih di kamar, tidur lagi habis subuhan tadi, kamu tau sendiri dia semalam lembur karena gantiin Alvin"

Zahra terduduk dengan wajah yang lesu, nama itu kembali terngiang dalam pikirannya. Sudah sebulan sejak Alvin tak pulang, sudah sebulan pula sejak Arya datang ke rumahnya untuk menghantarkan pesan Alvin.

1 bulan yang lalu.

Kriiingggg.... kriiingggg...

Suara bel dari luar rumah berbunyi, jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Wanita yang sudah memakai stelan piyama itu menatap ke arah jendela, seorang pria datang ke rumahnya, namun pria itu bukanlah Alvin, suaminya.

Zahra segera memakai khimar panjang untuk menutupi dirinya, tak lupa ia memakai kaos kaki untuk menutupi kakinya yang tampak, setelah itu, barulah Zahra keluar untuk membukakan pagar rumah.

"Mas Arya? Ada apa datang jam segini?" Tanya Zahra dengan penuh keheranan.

"Aku masuk dulu ya Zah, ada pesan dari Alvin, dia gak bisa pulang hari ini, aku gak akan macem macem kok"

Zahra mengangguk dan membiarkan Arya masuk sampai ke teras rumah, merekapun membicarakannya disana.

"Ini surat dari Alvin, Zah"

"Kenapa pakai surat? Kan bisa telepon?"

"Aku gak tau, Alvin yang kasih" Arya terlihat tak baik, ia resah dan seperti sedang menahan kesal, tapi bukan kepada Zahra, hal itu membuat Zahra bingung.

"Kak Alvin ngasih mas Arya surat ini dimana?"

"Hmm, di--, di-" Arya terlihat berpikir, ia langsung gugup saat Zahra menanyakan posisi Arya dan Alvin bertemu.
"Di kantor, Zah"

Zahra tak lagi bertanya, ia putuskan untuk membuka surat tersebut

Assalamualaikum istriku tersayang, sebelumnya kakak minta maaf karena hari ini gak bisa pulang nemenin kamu, kakak harus pergi ke luar negeri besok pagi, dan hari ini kakak memutuskan nginap di hotel untuk menemui rekan kerja kakak.

Imam Impian {Next Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang