Hancur sudah, hancur..
💗💗💗
"Lakukan atau kamu gak akan pernah pulang!"
Alvin mengatur nafas panjang. Setelah satu bulan lebih dia menahan rasa rindu karena tidak dapat menemui istri dan anaknya, sekarang, ia harus dihadapkan pada syarat yang tidak masuk akal dari Kara. Apa tidak cukup Alvin men-sah-kannya sebagai istri?
"Baiklah Kara, tapi ada satu yang tidak bisa saya berikan sama kamu."
"Apa?" Tanya Kara sarkastis
"Saya tidak bisa memberikan nafkah batin"
Kara tertawa kecil dengan pernyataan Alvin, senyumnya terlihat meremehkan.
"Kenapa kamu kasih syarat itu sih, sayang. Kamu gak mau merasakan tubuh aku. Aku jelas lebih cantik dari istri pertama kamu itu. Ya, kan?" Kara menyentuh pundak Alvin dengan lembut, perlahan turun ke lengan kekar milik pria itu dan membelainya."Hentikan! Zahra sudah cukup tersakiti, kalau sampai dia tau saya menyentuh perempuan lain, atau kamu hamil anak saya nanti, dia pasti akan menjadi istri yang paling hancur hatinya. Tidak, saya tidak ingin masalah ini semakin rumit. Dan ya, saya tidak ingin melakukan hubungan itu hanya karena nafsu. Saya tidak pernah mencintai kamu Kara, tidak akan pernah. Kamu harus ingat hal itu baik baik"
Flashback...
Satu bulan yang lalu..
Alvin berlari menuju lantai atas rumah sakit tempat Kara dirawat. Terlihat banyak kerumunan yang menapaki tempat tersebut. Alvin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru, hingga ia menemukan Setyo sedang menangis dan berteriak memanggil nama Kara.
"Pak Setyo.." teriak Alvin yang membuat pria paruh baya itu menoleh ke arahnya.
"Alvin.. lihat Kara, dia mau bunuh diri" Setyo tidak dapat menahan air matanya saat menunjukkan keberadaan Kara. Gadis itu saat ini sedang duduk di ujung gedung sambil memegang pisau buah di tangannya. Tatapannya kosong, rambutnya acak acakan, pakaian khas rumah sakit yang saat ini sedang ia kenakan pun telah sobek beberapa helai. Ia sangat kacau.
"Kara.. lihat siapa yang datang nak, Alvin yang kamu tunggu tunggu sudah datang, Kara, kembali Kara, bahaya disana"
Mendengar ucapan sang ayah, Kara menoleh dan tersenyum melihat sosok Alvin berdiri di sebelah ayahnya.
"Kak Alvin..." ucap Kara sambil menangis.
"Iya Kara, ini kak Alvin. Kara tolong jangan seperti ini, apapun masalah kamu pasti ada solusinya, kembali Kara.."
Kara berdiri. Posisi kakinya benar benar dekat di ujung gedung. Sedikit saja bergeser, sudah dapat dipastikan dia akan terjatuh ke lantai bawah rumah sakit dengan tubuh berlumuran darah.
"Kak... Nikahi aku kak, jadilah ayah untuk Cherry"
Kara tersenyum getir, namun air matanya tetap mencucur bebas dari mata bengkaknya. Setyo yang mendengar permintaan Kara pun ikut menangis. Anaknya sudah tidak waras saat meminta suami orang lain menikahinya.
Sedangkan Alvin bagai tersambar petir mendengar permintaan tersebut dari Kara. Satu sisi ia mengkhawatirkan Kara yang mungkin akan jatuh dari lantai atas ini, tontonan semua orang juga menambah kacau pikirannya. Satu sisi lainnya, sekelibat bayangan Zahra tiba tiba muncul. Zahra sedang menunggu dirinya, Zahra sedang mengandung anak mereka. Namun disini ada seorang gadis yang minta dinikahi olehnya. Lagi, siapa Cherry? Kenapa Kara memintanya untuk menjadi ayah Cherry?
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Impian {Next Part}
SpiritualPART 1-21 ADA DI CERITA OLEH AKUN PERTAMA SAYA @anitazahr_ PART 22-TAMAT ADA DI CERITA INI. YANG BARU BACA BISA CEK AKUN PERTAMA SAYA. 💗💗💗 [END] Genre > Spritual-Romance Siti Fatimah Az-Zahra Dia mencintai sahabatnya. Walaupun tidak mendapat bala...