17- Destroyed

77.8K 6K 206
                                    

"Melanjutkan semuanya atau mundur sebelum terlalu jauh?"

-

Gadis itu bergegas menuju tempat tidurnya. Kemudian merebahkan dirinya disana. Nyaman. Membuat Ghea langsung saja terlelap kealam mimpinya, namun dia harus tersadar beberapa menit kemudian karena ponselnya yang bergetar. Ghea tipekal orang yang selalu tersadar oleh bunyi sekecil apapun itu.

Ghea meraih benda pipih itu dari nakas disampingnya. Mengecap sekali mengumpulkan kesadaran. Jam di ponsel itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tapi, ada satu pesan dari nomor tak dikenalnya. Jarang sekali.

081234576***: Ghea?

Ghea mengernyitkan keningnya samar. Dia tak begitu terkenal dan nomornya juga sulit didapatkan.

Tak lama kemudian pesan kembali masuk dari nomor yang sama.

081234576***: Ini gue, Zega.

Ghea terkejut. Linglung sendiri ingin membalas apa. Pelan-pelan sudut bibirnya terangkat sendiri. Blusing. Kenapa merasa begitu berdebar hanya dengan pesan Zega?

"Ghea!" panggilan itu membuat Ghea tersentak kecil, gadis itu bergegas menaruh ponselnya begitu saja di nakas dan bergegas menuju pintu kamarnya.

"Ya?" jawab Ghea setelah membuka pintu dengan cepat, karena takut Ghia akan mengamuk.

Ghia didepannya menghembuskan nafas kasar. "Sepatu boots gue yang warnanya maroon, dimana?"

Ghea berpikir sebentar. "Oh itu, kayaknya yang tadi dicuci Bi Esti. Ada dibelakang, lagi dijemur."

"Sana ambilin! Gue mau jalan sama Mama," kata Ghia tegas sambil memutar bola matanya kesal. "Kalau basah, langsung dikeringin pokoknya, gimanapun caranya!"

Ghea mengangguk dan langsung bergegas ke belakang rumah, untuk mengambil sepatu Ghia.

Ponsel Ghea bergetar, membuat Ghia yang ingin berlalu, mengernyitkan kening binggung dan melangkah masuk kedalam kamar Ghea. Gadis itu meraih ponsel itu dan membaca room chat yang sudah terbuka.

"Zega?" gumam Ghia, masih tak percaya. "Tapi kok, nomornya sama kayak nomor Axel?" Ghia semakin binggung.

Ada pesan baru masuk.

089234576***: lo bener-bener suka sama karyanya Agatha Christie?

Dengan segala kebingungannya, Ghia mengetikan sebaris kalimat, untuk membalas.

BecaniaGhea: Zega siapa?

089234576***: Axelle Zega. How can you forget it, hahaha.

Ghia tersentak dengan gerakan cepat gadis itu langsung mencaling nomor tersebut. Bener-bener tak bisa menahan semuanya lebih lama lagi.

"Hallo, Ghea?" suara itu. Beneran Axelnya.

Ghia mengembuskan napas panjang dan langsung mematikan sambungan telepon itu. Pikirannya berkelana, bagaimana bisa Ghea dengan mudah bisa dichat oleh Axel, bahkan telfonnya diangkat. Sedangkan chat yang ia kirimkan pada Axel satu jam lalu saja belum diread, apalagi mengangkat teleponnya.

Bener-bener aneh. Dan yang lebih anehnya, kenapa Ghea dengan mudahnya mengambil perhatian Axel. Sedangkan dirinya saja tak pernah dilirik.

Bener-bener membuatnya begitu kesal. Memikirkan semua ini.

"Ghia, ini sepatunya, kebetulan udah nggak basah—" kalimat Ghea terhenti begitu saja kala melihat ponsel putihnya berada dalam genggaman Ghia. Segala pikiran buruk berkecamuk di kepalanya dan sulit untuk mendapatkan jawabannya.

Ghia berbalik. Senyuman sinis terpasang di wajahnya. "Waktu itu gue bilang jangan main-main sama gue kan?" Ghia memainkan kata. "Tapi ... sepertinya lo emang mau ngusik api."

"Ghia—"

"GUE NGGAK MAU DENGAR APA-APA!" Ghia berteriak, tak bisa menahan amarahnya. Siapapun yang berani mendekati Zega, sama saja bermain api dengannya, apalagi untuk kategori orang seperti Ghea.

Mendengar teriakkan Ghia membuat Anita buru-buru bergegas ke kamar Ghea. "Ghia, kenapa?"

Ghia merenggut. "Gue bener-bener benci lo, kenapa lo nggak mati aja sih. Parasit."

Mendengar kalimat tajam dari Ghia yang tertuju ke Ghea membuat Anita paham. "Ghi, udah Mama bilang, 'kan?" semua kalimat itu menghakimi Ghea dengan segala diam membisu-nya.

"Ma, Ghia gak ikut jalan-jalan lagi. Mood Ghia hancur banget," kata Ghia kemudian berlalu dari kamar Ghea menyisakan Anita dan Ghea yang saling diam.

"Kamu lagi. Kamu lagi. Kamu bisa kan? Nggak usah gangguin keluarga ini? Muak saya lihat kamu," kata Anita tajam kemudian berjalan kencang sampai menabrak bahu Ghea menyebabkan gadis itu terjatuh di lantai. Ghea meringis, kemudian bangkit dari jatuhnya. Gadis itu bergegas mengunci pintunya, ia memeluk kedua lututnya sambil bersandar dibelakang pintu kamarnya.

Gadis itu menatap ponsel putihnya yang tergeletak dilantai, akibat dijatuhkan Ghia. Ghea mendekat dan mengambilnya, ia tersenyum kala tahu bahwa ponselnya dalam keadaan baik-baik saja.

Chat dari Zega tak dibalasnya. Gadis itu hanya diam kemudian menutup kedua matanya.

Mencoba untuk tidak menangis. Walau rasanya ia ingin, sangat ingin menangis sekarang. Kenapa sesulit ini?

***

Ghea [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang