"The most beautiful part is i wasn't even looking when i found you. "
-
Ghea terkejut, kenapa dayungan sepedanya membawanya ke lapangan basket tua dekat rumah Zega.
Mungkin, karena dia sudah terbiasa ke sini, jadi dia merindukan hari-hari itu. Tapi, kenapa? Kenapa dia bisa kesini tanpa sadar? Kalau dia bertemu Zega bagaimana? Apa yang harus dia katakan?
Ghea berhenti mendayung sepedanya saat sesuatu yang dia takutkan terjadi.
Zega memang ada didepan sana, sedang memandangnya juga.
Ghea merunduk, mendadak tak tahu ingin membalas apa.
"Lo?"
Ghea mendongak, tersentak ketika Zega sudah ada didepannya. "Eungh—gue, gue—"
"Lo tahu darimana tempat ini?" tanya Zega lagi membuat Ghea menunduk.
"Gue—gue dapat dari catatan di buku Ghea, ada alamat tempat ini, kenapa? Seharusnya gue nanya kenapa lo bisa ada disini? Kenapa lo tahu? Apa jangan-jangan ini tempat kalian?"
Zega tertawa. "Dibanding jawab semua pertanyaan lo, gue mau nanya, sejak kapan lo suka bawa sepeda?"
Ghea mengigit bibirnya. "Kenapa? Baru aja kok, gue ngerasa bersepeda itu asik."
"Baru, dan lo dengan lincahnya bisa ke tempat ini? Lo tahu sendiri gimana jalan kesini," jawab Zega dengan senyuman geli.
"Yea, cause its me," jawab Ghea asal, sebisa mungkin ini berusaha seperti Ghia.
Zega hanya diam, memandangnya yang membuat Ghea meneguk ludahnya dengan susah payah.
Semoga dia tidak curiga, semoga.
"Kenapa?" Ghea memutuskan bertanya. "Elo udah suka sama gue." dalam hati Ghea merutuk, dia jadi malu sendiri.
"Nggak," balas Zega. "Gue cuma lagi nyimpulkan suatu hal."
"Apa?" tanya Ghea cepat.
"Kenapa lo harus tahu?" balas Zega mengernyit.
"Oh," balas Ghea mengangguk. "Lo nggak mau ajakin gue jalan-jalan disini, Axel?"
"Nggak."
Ghea cemberut. "Gue balik deh." dan Zega dengan setia memandang perempuan itu yang sudah mendayung sepedanya menjauh.
Kenapa dia harus berbohong, sih? Zega memaklumi kalau dia membohongi orang lain, tapi kenapa dia harus membohonginya Zega, juga? Apa mereka masih sejauh itu baginya? Apa mereka terlalu asing, atau Zega bukan apa-apa dimatanya.
Sedangkan Ghea merutuk, mendayung sepedanya menjauh menahan diri untuk tidak berbalik. Namun, akhirnya dia berbalik dan terkejut melihat Zega juga masih memandangnya.
Ghea berbalik kembali, tersenyum bodoh begitu saja. "Can't wait to hug you when this over. "
•••
"Kamu darimana, sayang?" pertanyaan itu terlontar dari Anita ketika Ghea memasuki pekarangan rumah mereka.
"Iya ma?" balas Ghea tak paham melihat raut wajah panik Anita.
"Kita kerumah sakit sekarang, papa masuk rumah sakit." Ghea menganguk, menyimpan sepedanya begitu saja dihalaman rumah, Anita bahkan tak memperdulikan itu saking paniknya, tak peduli sejak kapan Ghia tahu bawa sepeda, lebih tepatnya menyukai mengendarai sepeda.
Didalam mobil yang dikendarai mang Ujang hanya ada hening, Ghea bahkan tak berani menanyakan apa yang terjadi pada Martin.
Tibanya dirumah sakit, Anita mengandeng tangan Ghea menuju sebuah ruangan.
"Papa sakit apa ma?" tanya Ghea.
Ditengah derap langkah mereka, Anita membalas. "Papa kamu pingsan di kantor."
Ghea menganguk, dan masuk mengikuti Anita masuk. Didalamnya, Martin berbaring di bangkar dengan infus di tangan kanannya. Seorang dokter berdiri disana, sepertinya baru memeriksa keadaannya.
"Gimana dok?" tanya Anita risau.
"Beliau baik-baik saja, cuma kecapekan." jawab dokter itu ramah, masih menuliskan sesuatu. "Ini obatnya bisa diambil di apotek bawah."
Anita ingin meraihnya, namun dengan cepat Ghea mengambilnya. "Mama jaga papa aja, biar Ghea." kemudian Ghea keluar dari ruangan tersebut.
Gadis itu melangkah ke apotek, setelah sampai Ghea memberikan kertas tersebut dan menunggu. Tak lama kemudian dia mendapatkan obatnya dari apoteker tersebut, Ghea berbalik dan detik itu kantong obat di tangannya terjatuh.
Matanya membesar, bibirnya bergetar masih tak menyangka dengan apa yang dia lihat. "Da-daniel?"
•••
A/n: aku bakal usahain update terus ya, soalnya cerita itu harus selesai sebelum tahun baru pokoknya.
Jadi, jangan lupa vote dan coment yang buat aku semangat, ya!
Btw, wattpad sekarang erorr mulu, mau di update aja susah banget. Buat mood nulis rusak aja, huh.
Xoxo,
Aerlyn.
26 September 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea [PROSES PENERBITAN]
Teen Fiction❝Sangat sulit tumbuh dalam keluarga yang sempurna, saat kamu tak sempurna.❞ Kata siapa anak kembar itu sama? Nyatanya anak kembar juga memiliki banyak perbedaan; fisik, otak, bahkan kasih sayang. Sayangnya Ghea tak seperti Ghia yang cantik, yang pin...