35- Dark

61.5K 4.5K 72
                                    

"Its okay bring sad after making the right decision."

-

"Daniel," ujar Ghea lagi. Matanya menerawang memandang sesosok lelaki bertudung hitam yang sedang berjalan keluar rumah sakit.

"DANIEL!" Ghea berteriak, lelaki itu berhenti sejenak, dan tanpa berbalik dia berlari pergi. Ghea mengejarnya, membuat kegaduhan dan menjadi tontonan orang-orang.

"Daniel!" Ghea memangil, ketika lelaki itu tiba-tiba saja hilang dari pandangannya.

Ghea memegang kedua lututnya, mengatur nafasnya yang memburu dan melihat sekelilingnya lagi.

Tak ada siapa-siapa.

Ghea memejamkan matanya sejenak. Dia bener-bener melihat Daniel, namun kenapa lelaki itu menghilang begitu cepat.

Langit sudah begitu gelap, Ghea memutuskan kembali masuk kedalam rumah sakit dengan banyak pertanyaan dikepalanya.

Jika memang orang tadi adalah Daniel. Lantas, dimana Ghia? Kalau orang tadi bukan Daniel, kenapa dia berlari pergi? Kenapa-memikirkan semuanya membuat kepala Ghea begitu pusing.

Ghea ingin kembali ke ruang inap Martin, namun, dia tersentak dan kembali ke apotek, mencari obat yang sempat dia jatuhkan.

Ghea rasanya ingin menangis, saat tak menemukan obat apapun disana.

"Oh, kamu yang jatuhin obatnya, kan?" Ghea berbalik dan melihat seorang suster menghampirinya dengan kantong berisi obat miliknya.

"Maaf, sus." Ghea membalas tak enak, suster itu mengangguk dan memberikan kembali kantong obat milik Ghea, Ghea berterimakasih sebelum pergi.

•••

"Mama?" Ghea mengernyit binggung dengan Anita yang hanya duduk di kursi depan sendirian.

"Mama baik-baik, kan?" Ghea semakin mendekak dan dia menyadari bahwa Anita sedang menangis.

"Mama?" Ghea memangil, tak mengerti ditolehkan kepalanya kedalam ruangan inap Martin dan dari kaca yang menghalangi mereka, Ghea dapat dengan jelas melihat seorang perempuan disana.

"Dia... dia siapa?" tanya Ghea pelan. Dia mengercap, dan tersadar wanita itu juga yang pernah dilihatnya bersama Martin beberapa waktu lalu.

"Dia ... siapa, ma?" tanya Ghea sedikit takut hal buruk akan terjadi. Hidupnya sudah sangat hancur dengan sandiwara ini, dia tak ingin semuanya bertambah rumit. Dia tak mau. 

Anita tak membalas. Dan Ghea merasa jantungnya direnggut paksa saat wanita itu memeluk Martin. Air mata merembas keluar, kantong obat ditangannya jatuh untuk kedua kalinya. Dan Ghea berlari pergi, menjauh. Berbagai asumsi masuk kedalam pikirannya, kenapa harus seperti ini? Apakah orang-orang menikah hanya untuk berselingkuh?

Ghea menangis, membiarkan langkahnya membawanya pergi. Dia butuh orang lain untuk berbagai semuanya, Ghea tak bisa memendam semuanya sendiri.

Walaupun, Anita dan Martin tak menyayanginya, tapi keadaan ini membuatnya begitu hancur.

Ghea berhenti tepat ketika dia hampir saja terjun dari atas atap rumah sakit. Dia tak menyangka langkahnya membawanya kesini. Gadis itu memandang kelap-kelip lampu di kejauhan, dan jalanan yang penuh kendaraan dibawah.

Dia menyadari satu hal; ternyata bener, pada akhirnya semua orang akan saling meningalkan. Pada akhirnya, semua orang akan pergi.

***

"Lo ngapain disini?" tanya Zega malas, memandang seorang wanita yang duduk di sofa rumah mereka dengan nyaman.

"Hum?" Dinda membalas disertai senyuman. "Aku mau ajak Clea jalan-jalan, boleh kan?"

Zega tertawa. Bener-bener tak habis pikir. Kenapa wanita ini begitu menyebalkan. "Lea lagi keluar sama nyokap gue."

Dinda tersentak. "Oh, sorry, aku nggak nyangka. Btw, kamu dapat salam dari papa."

"Papa?" Zega menekan ucapannya. "Gue punya papa?"

Dinda nampak sedikit kesal. "Kamu kenapa sih? Kenapa kamu kayak nggak suka banget sama aku?"

Zega tertawa. "Seharusnya, lo tanya sama diri lo sendiri, kenapa lo hancurin keluarga orang."

Mulut Dinda terkatup rapat, tak mampu membalas. Karena bagaimanapun, dia pasti yang salah.

Zega berbalik dan menaiki tangga menuju kamarnya, namun dia berhenti sejenak dan berbalik lagi dan memandang Dinda. "Lo bisa pergi sekarang, gue masih punya perasaan jadi nggak usir lo. Tapi, gue minta setelah ini jangan pernah datang lagi, entah untuk sampaikan salam nggak penting, atau dekatin Clea. Gue nggak suka berhubungan dengan perusak. Kalau emang lo masih punya perasaan, lo pasti ngerti."

Dinda mengigit bibirnya, meraih tasnya di sofa dan bergegas keluar dari sana dengan perasaan hancur.

•••

A/n: aku update lagi, soalnya aku mau nyelesain cerita ini secepatnya, biar secepatnya diterbitkan dan aku bisa hiat.

Anyway, for more information, follow my instagram account; carlin.ulle.

Thankyou,

Carlin.

29 september 2020.

Ghea [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang