"Happy times come and go, but the memories stay forever."
-
"Kenapa gue nggak pernah bahagia?" Ghea berteriak, suaranya bergetar, dia sendiri tak tahu ucapannya untuk siapa, mungkin untuk semesta yang tak pernah adil untuknya.
"Kalau lo mau bahagia, lo harus buat bahagia diri lo dulu, setelah itu baru lo urus kebahagiaan orang lain."
Ghea tersentak, berbalik dan melihat Zega dibelakangnya, sedang memandangnya dengan tatapan yang membuat Ghea refleks menunduk. "Maksud lo?"
"Lo tahu maksud gue, jangan pura-pura." Zega membalas yang membuat Ghea kian merunduk.
"You have to make sure yourself happy, before making other people happy."
Ghea mengangkat wajahnya, berusaha membalas tatapan mata Zega. "You say like you know all about me. "
Zega tersenyum. "I know, bahkan kalau lo bohong aja gue tahu."
Ghea tersentak, dia diam sejenak. Tak mengerti apa yang Zega katakan. "Maksud lo?"
Zega berbalik. "Stop pretending to be happy, if you're tired, i'm here."
Ghea tersentak, membuka mulutnya shock bahkan sampai bayang-bayang Zega menghilang. "He know everything about me?" gumamnya tak mengerti.
Ghea membuang nafas gusar. Kembali menghadap depan, menatap awan yang warnanya begitu membuat nyaman untuk ditatap.
Ghea memikirkan semua yang terjadi di hidupnya belakang ini. "Happy times come and go, but the memories stay forever."
***
"GHIAAA!" Jasmine berteriak di sepanjang koridor, membuat Ghea yang mendengarnya merasa risih karena akibatnya mereka diperhatikan hampir semua orang di koridor.
"Iya?" balas Ghea, ketika Jasmine sampai tepat didepannya.
Mata Jasmine membesar, dia tersenyum lebar. "Lo udah lihat Mading, belum? Bakal ada pesta topeng ahhhhh! Siapa tahu gue dapat jodoh-"
"Buat apaan?" potong Ghea tak tertarik.
"Aneh lo," cibir Jasmine. "Ya, buat valentine lah, eh pokoknya pulang kita beli gaun yuk?"
"Gue nggak ikut."
Mata Jasmine melotot. "Really!? Ah, lo pasti bercanda, kan? Masa seorang Ghia nggak ikut, lo mau buat suprise? Maksud gue tiba-tiba muncul kayak princes-princes gitu? Eh, atau tiba-tiba buat heboh red carpet?!"
"Hah?" Ghea mengercap tak paham. "Apaan sih? Emang kayaknya gue nggak pergi."
"Ah padahal pestanya-GHIA TUNGUIN GUEEEEE!"
***
"Ghia!" panggilan itu membuat Ghea berbalik kebelakang, mencari tahu siapa lagi yang memangilnya. Dan, ternyata orang itu, Erlan, sedang buru-buru menghampirinya.
"Kok lo bisa disini?" tanya Ghea binggung.
"Gue pindah sekolah kesini, demi lo."
Ghea merunduk, tersenyum kecil. Kenapa masih sesakit ini? Dia sudah tak menyukai Erlan, namun keberadaan lelaki itu didekatnya masih sangat berpengaruh baginya.
"Gue mau ngasih sesuatu buat lo," ujar Erlan, ketika bener-bener sampai didepan Ghea. Dia langsung menyambar tangan Ghea dan membawanya menjauh.
"Kita mau kemana?"
"Ikut aja, lo pasti suka kok."
Ghea menyunggingkan senyum kecil. "Dulu emang gue selalu suka semua tentang lo, tapi itu dulu."
"Lo bilang apa?" tanya Erlan mengernyit, berusaha mendengar apa yang Ghea gumamkan.
"Nggak, itu langitnya cantik."
Erlan mengernyit, namun tetap mengandeng tangan Ghea ke rooftop. Sampai disana, dia melepaskan tangan Ghea dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak kecil.
Ghea mengercap.
"Buat lo."
"Buat apa?" balas Ghea dengan kalimat yang sama dengan ucapan Erlan namun dengan nada tanya.
"Gue suka sama lo, gue nggak minta lo balas walaupun udah lo gantungin lima tahun. Gue cuma minta lo terima. Apa sesusah itu? Kalaupun susah, kita bisa ulang semuanya seperti dulu, kan? Kita bisa jadi teman."
Susah, karena ini tentang perasaan, dan gue nggak berhak ikut campur. Seharusnya, Ghia yang menyelesaikan semua masalah perasaannya. Entah dengan Daffa, Erlan atau siapapun itu. Namun, kenapa sekarang semua malah bermain dengan Ghea?
"Gue ... pergi."
"Oke, gue bakal nunggu lagi, sampai lo bener-bener siap." teriak Erlan, yang membuat sesuatu di dada Ghea terasa begitu tercekam.
***
A/n: update lagi, buat mengisi rinduku pada kalian semua. Wkwkw just kiding.
Xoxo,
Carlin.
20 Oktober 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea [PROSES PENERBITAN]
أدب المراهقين❝Sangat sulit tumbuh dalam keluarga yang sempurna, saat kamu tak sempurna.❞ Kata siapa anak kembar itu sama? Nyatanya anak kembar juga memiliki banyak perbedaan; fisik, otak, bahkan kasih sayang. Sayangnya Ghea tak seperti Ghia yang cantik, yang pin...