44- Real Princess?

61.2K 4.3K 293
                                    

"Semua gadis itu boneka, entah Barbie atau Anabelle."

-

Jasmine: gue nggak bisa jemput lo, kita kesana sendiri-sendiri. Soalnya ini pesta topeng, bukan valentine biasa. Entar orang-orang tahu kalau itu 'kita', kalau kita datang bareng-bareng.

Jasmine: lo suruh sopir lo anterin, gih. Eh, btw, Ivana chat gue dia nggak ada tumpangan. Nanti, kalau sopir lo udah nganterin lo suruh jemput ivana di rumahnya, ya, sekalian bilang sopir lo ganti mobilnya juga.

Ghea menghembuskan nafas panjang. Entah kenapa pesan dari Jasmine langsung merusak mood-nya yang sudah berantakan menjadi semakin berantakan.

Ghea memandang penampilannya di cermin. Sekali lagi, dia menimang-nimang, apakah harus pergi, atau tidak. Entah kenapa perasaannya tak enak. Dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Namun, Ghea mengesampingkan semuanya. Gadis itu memakai masker hitamnya dan keluar kamar.

"Ma, aku berangkat, ya!" teriak Ghea yang tak dibalas Anita. Ghea bertanya-tanya, tumben sekali. Apa ada masalah? Namun, Ghea memilih mengesampingkan perasaannya lagi.

Dia masuk ke mobil yang sudah disiapkan Pak Ujang. Didalam mobil hanya hening. Ghea melirik highheels nya dalam, semoga benda ini, tak membuatnya jatuh nanti.

Ponselnya berbunyi, Ghea membukanya dengan sedikit malas, karena pasti itu antara Jasmine atau Ivana.

Senyum Ghea merekah seketika ketika menyadari siapa dibalik chat yang baru masuk.

Zega: Ghe, lo dmn?

Ghea: on the way. Nanti ketemu di rooftoop, yaa? Malas banget tau ikut acaranya. See you, Ze.

***

Mata semua orang terbelalak takjub, dengan gadis bergaun hitam kembang itu. Dia turun dari mobil mewah yang warnanya sepadan dengan gaun-nya, beberapa saat kemudian mobil itu kembali melaju pergi. Gadis itu melangkahkan kakinya dengan anggun menuju aula. Tiap langkah yang dia ciptakan seperti ratu. Semua orang bertanya-tanya; siapa yang ada dibalik topeng merah menyala seperti lipstiknya itu.

Gadis itu tersenyum kecil, smirk yang dia ciptakan mampu membuat semua orang terpukau. Rambutnya yang panjang dan bervolume jatuh anggun di punggungnya yang terbuka.

"Wow, who's that girl?" hampir semua orang ditanya bertanya-tanya. Beberapa laki-laki memandangnya tanpa berkedip, sedangkan beberapa perempuan memandangnya sinis.

Ghia tersenyum dibalik topeng yang dia kenakan. Semua orang tetap bodoh, tidak mengetahuinya. Dia melangkah memasuki aula yang sudah penuh dengan orang-orang. Refleks, semua orang memberikannya jalan begitu saja.

Ghia tertawa. See? Dia masih seperti princess, dulu ataupun sekarang, cuma dia yang bisa memegang tahta.

Matanya yang tajam mencari kesana-kemari, mencari satu orang yang sama sekali tak ditemukannya.

Ghia membuang nafas sejenak, dan duduk di bangku yang tersedia disana. Dia bisa melihat Ivana dan Jasmine memandangnya dengan sinis—merasa tersaingi.

"Siapa sih tuh cewek, kok bisa lebih cantik Ghia," gerutu Jasmine yang terdengar sampai di telinga Ghia. Karena suara gadis itu yang selalu cempreng. Atau mungkin, dia sengaja untuk membuat Ghia mendengarnya.

Ghia tertawa mendengarnya, dan berbisik dalam hati. Stupid, how can someone be beautiful than me? It's me.

"Ghia dimana lagi sih? Kok bisa hilang." Jasmine berujar sambil melihat sekelilingnya. Kemudian, gadis itu sibuk pada ponselnya.

Ghea [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang