29- Messy

66K 4.8K 91
                                    

"I wish i can bring back the happiness inside me."

-

Ghea duduk didalam kamar Ghia, yang kedepannya, akan menjadi kamarnya. Saat ini sudah pukul dua belas malam, Anita dan Martin sudah baik-baik saja, mungkin sekarang mereka sudah teridur pulas setelah acara makan malam mereka beberapa jam lalu, keduanya nampak begitu bahagia.

Ghea masih tak tenang, dia duduk diatas kasur Ghia yang begitu nyaman. Namun, dia bener-bener tak bahagia. Dia mengengam ponselnya erat, namun akhirnya Ghea menghembuskan nafas panjang, memutuskan untuk mengirim pesan sekarang juga.

From Ghea.

Hi, Zega. Aku mau pergi jauh, jadi mungkin nggak akan pernah ketemu kamu lagi. Bahagia, ya.

Send.

Setelah itu Ghea menangis, melihat pesannya sudah dibalas Zega. Ghea sesenggukan, mengeluarkan kartu itu dari ponselnya dan mematahkan menjadi dua bagian.

Dia lebih memilih, membahagiakan orang lain daripada kebahagiaannya sendiri.

***

"Loh ... Ghia?" satu kelas begitu terkejut dengan keberadaan Ghea didepan kelas mereka.

"Mohon jangan tanya apapun ke Ghia sekarang, dia masih trauma dengan semuanya."

"Tapi, Bu gimana caranya dia bisa selamat? Kalau kita semua aja tahu, nama dia ada di pesawat itu?"

Bu Etty menghembuskan nafas panjang. "Tolong jangan bertanya apapun." karena sejujurnya dia juga tak mengerti dengan semuanya. Cuma ini yang disampaikan kepala sekolahnya tadi.

Ghea mengernyit, pandangannya bertemu dengan Zega dan dia langsung membuang pandangannya sejauh mungkin. Langkahnya membawanya duduk di bangku pojok kelas, membuat semua disana tersentak.

"Ghi, tempat lo disini," ujar seorang gadis menunjuk bangku disampingnya yang Ghea ketahui adalah Jasmine sahabat Ghia. Apakah Ghea harus berteman dengannya?

Ghea membuang nafas gusar, dia harus setotalitas mungkin. Sehingga gadis itu maju dan duduk disamping Jasmine.

Selama jam pelejaran berlangsung dalan diam, Jasmine ingin menyelutuk namun terhenti karena dia berpikir Ghia tak ingin diganggu.

Jam istirahat terdengar, Ghea menghembuskan nafas panjang.

"Ghia, ke kantin, yuk?" ajak Jasmine sambil membetulkan posisi bandana hijau tosca-nya. "Udah ditungguin Ivana." bahkan mendengar nama Ivana disebut Ghea begitu tak ingin, namun Jasmine terlalu pemaksa sehingga akhirnya gadis itu menganguk dan mengikuti dalam diam.

"Lo diem gini jadi aneh tahu nggak Ghi? Terus kenapa lo harus nunduk, bukan lo banget," komentar Jasmine disaat keduanya menyusuri koridor menuju kantin.

"Nggak apa-apa," Ghea membalas, cuma itu yang bisa dia katakan.

Keduanya memasuki area kantin, semua orang disana memandang Ghia dengan terkejut, dan mulai berbisik-bisik yang sangat bisa Ghea dengar.

"Itu ... Ghia? Kok bisa."

"Ih, aneh banget!"

"Gue nggak ngerti,"

"Jangan-jangan dia nggak ikut student exchange nya? Parah sih dia, tingalin Daniel sendiri!"

"Dia ikut, nama korban aja ada namanya!"

Kepala Ghea memusing mendengar semuanya, namun saat suara Jasmine terdengar membuat dia terkejut. Dan segera melangkah duduk bersama Jasmine dan Ivana.

"Gabut banget tahu nggak, udah nggak ada yang kerjain tugas gue lagi," suara Ivana membuat Ghea dag-dig-dug.

"Si cupu itu?" tanya Jasmine membalas.

"Katanya dia pindah." balasan Ivana membuat Ghea semakin menunduk. Tahu bahwa mereka sedang membahas dirinya.

"Eh, Ghi gue masih penesaran sama lo," ujar Ivana mendadak, memandang Ghea telak.

"Aku nggak bisa bilang apa-apa sekarang." Ghea membalas cepat.

"Sejak kapan lo pakai aku-kamu sama kita?" Jasmine tertawa. "Udah deh, lo mau pesan apa?"

Ghea menunduk. "Samain aja."

"Serius? Kita mau pesan nasi goreng, serius lo mau? Bukanya lo paling nggak suka nasi goreng, lo nggak mau pesan salad buah aja?"

Ghea meramas kedua tangannya diatas rok abu-abunya kencang. "Maksud aku-gue, salad buah aja."

***

A/n:

Eum, i'm hungry :(

Ghea [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang