"Trust me, i won't leave. If you're staying, i'm staying."
-
Ghea sedang menghitung barang-barang yang akan dibawa Ghia ke Jepang. Berkali-kali melirik lima koper di sudut ruangan, memastikan semua sudah di packing dengan rapi.
Beberapa menit kemudian Ghia muncul, gadis itu sudah berpakaian rapi, selalu cantik, membuat Ghea minder. Gadis itu meraih slin bagnya di nakas, kemudian melirik Ghea lagi.
"Bawain semua koper gue ke luar," kemudian gadis itu berlalu meninggalkan Ghea.
Ghea meraih koper Ghia, kemudian membawanya ke mobil diluar dimana Pak Ujang sudah menunggu, tak lama Bi Retno datang membantunya membawa barang-barang Ghia yang lain.
"Bi, Ghea bisa sendiri, bibi kan lagi nggak enak badan." Ghea menghampiri Bu Retno dan membantunya membawa barang-barang Ghia.
Beberapa saat kemudian, Ghia keluar dengan Anita dan Martin disampingnya. Kedua orangtuanya nampak begitu risau, apalagi Anita. Namun Ghia tersenyum meyakinkan.
Ghea menunduk melihat interaksi mereka.
Ghia melirik jam di ponselnya. "Ayo Ma, Pa, udah mau telat." kemudian Ghia masuk duluan, disusul Martin.
"Kamu ikut biar nanti bantu bawa barangnya," ujar Anita ketus sambil memandang Ghea sinis.
Ghea mengangguk, masuk ke dalam mobil dan duduk dipaling belakang, berdesakan dengan barang-barang Ghia.
Ghea sedang membawa koper-koper Ghia dengan kesusahan, dia membawa dua koper sedangkan Pak Ujang membawa tiga koper. Mereka berjalan dibelakang Ghia, Anita dan Martin.
Ghea was-was, takut sekali bertemu dengan Zega. Dia memejamkan matanya.
"Hi Ghia," suara itu membuat Ghea membuka matanya, suara yang berbeda. Didepannya ada seorang laki-laki yang sama sekali tak dikenalinya.
"Hi Daniel, ortu kamu mana?" Ghia melirik laki-laki itu yang hanya sendirian ditemani satu koper dan tas ransel hitamnya.
"Oh, gue anak yatim." dia tersenyum membuat Ghia merasa bersalah sudah bertanya.
"Ghia jauh-jauh dari dia." Anita berbisik di telinga anaknya. "Dia beda level sama kita."
"Ayo kita mau check-in, bentar lagi pesawatnya boarding." Daniel berujar, Ghia menganguk. Ghea diam-diam mengernyit, jadi Daniel yang jadi ikut? Bukan ... Zega?
"Itu semua bawaan lo?" tanyanya tak percaya, Ghia mengangguk. Tak lama seorang wanita muda yang bernampilan sama seperti Anita menghampiri dan langsung saling berpelukan senang.
"Ini Kak Ratna yang bakal ngawasin dan ikut kamu, Ghi." Anita menjelaskan. Semua disana memaklumi, namun Daniel sendiri yang mengernyitkan dahi, mungkin dia binggung. Tapi, ya sudahlah, dia tak mengenal kehidupan Ghia.
Ponsel Ghia berbunyi, mencuri perhatian semua orang, gadis itu menjawabnya.
"Gue udah mau boarding, nanti aja telfonnya, Daff. Hah? Bisa aja lo, i love u too, tapi bohong." bunyi speaker menyadarkan mereka ketika mengatakan pesawat tujuan Jepang akan berangkat beberapa menit lagi, semua penumpang diharapkan ke ruang tunggu.
Daniel datang dengan sebuah trolli, dan menaruh koper-koper Ghia disana. Ghea menatap lelaki itu, dia baik, dan sepertinya ramah. Kenapa Anita tak menyukainya hanya karena dia tak seperti keluarga mereka?
"Bye, bye, love u mom, dad, kalau udah sampai Ghia kabarin, ya?" kemudian gadis itu pergi dengan mengandeng lengan Ratna akrab, disampingnya Daniel mengikuti dengan membawa trolli berisi barang-barang Ghia.
***
"Ayo pulang." mobil yang mereka tumpangi akhirnya bergerak lagi, ketika sempat terhenti untuk memandang pesawat yang ditumpangi Ghia lepas landas. Ghea memandang awan biru disana dan berdoa semoga semuanya baik-baik saja.
Mereka sampai dirumah, Ghea buru-buru ke kamarnya, memeriksa keadaan Geze. "Kamu baik?"
Ghea memasukkan kucing itu kedalam kandang, terkejut karena ada pesan masuk diponselnya yang tadi dia tinggalkan.
Ghea tersenyum, tanpa pikir panjang menelfon nomor itu. "Hi?"
"Hai?" Zega diseberang sana tertawa.
Ghea tersenyum. "Kamu nggak ikut pertukaran pelajar, ya? Aku kira kamu ikut."
"Gue lupa kabarin lo ya?"
Ghea tertawa. "Iya. Eh, bentar ya." Ghea menjauhkan ponselnya, bergerak turun ke ruang tamu setelah mendengar kericuhan disana, barang-barang berceceran dilantai. Anita menangis dilantai, sedangkan Martin di sudut ruangan sibuk menghubungi seseorang dengan ponselnya. Bi Retno dan Mang Ujang menutup mulut mereka terkejut.
Hati Ghea berdebar-debar ketakutan. Dia melirik ke arah tv yang menyala, sebuah berita disiarkan disana.
Breaking news.
Pesawat bernomor penerbangan 401 tujuan Tokyo, Jepang. Kehilangan kontak.
Pesawat bernomor penerbangan 401 tujuan Tokyo, diduga meledak diudara karena adanya sinyal mencurigakan, diperkirakan jatuh di samudra Pasifik, dilihat dari kontak terakhir pesawat. Saat, ini sedang dilakukan pencarian dan penyelidikan lebih lanjut.
***
A/n:
different right? I decided to change the whole story line. so just enjoy it!
Xoxo,
Aerlyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea [PROSES PENERBITAN]
Teen Fiction❝Sangat sulit tumbuh dalam keluarga yang sempurna, saat kamu tak sempurna.❞ Kata siapa anak kembar itu sama? Nyatanya anak kembar juga memiliki banyak perbedaan; fisik, otak, bahkan kasih sayang. Sayangnya Ghea tak seperti Ghia yang cantik, yang pin...