24- Forever?

70.9K 5.6K 282
                                    

"But, can we make it forever?"

-

"Kita ... bolos?" tanya Ghea mengeleng tak percaya. Langkahnya sedikit terseok, mengikuti langkah penjang Zega didepan.

Zega membuka pagar sekolah dengan mudah setelah berbicara dengan satpam di pos. Kemudian, mengeluarkan motor sport hitamnya. "Ayo naik."

Ghea naik ke motor Zega masih dengan kebingungan. "Kita bolos dengan semudah itu?" kemudian Ghea tersentak. "Ah, iya karena itu 'kamu."

"Karena gue?" tanya Zega disela motor yang dikendarainya berpacu di atas aspal jalanan.

"Iya, karena itu kamu. Kamu pasti bisa dapatin semuanya." Ghea kemudian menunduk, ucapannya terkesan sok. Dia takut menyakiti hati Zega, sehingga gadis itu menunduk, dan menatap tangannya. Motor Zega merem mendadak, refleks Ghea memegang bahu lelaki itu.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Zega, nadanya khawatir. Membuat Ghea mengercap, dan melirik kedepan. Mereka hampir saja menabrak seekor kucing.

"Nggak apa-apa, untung kucingnya nggak kelindes." Ghea turun dari motor dan menghampiri kucing ditengah jalanan, kemudian membawanya ke pinggir. Gerak-geriknya diperhatikan Zega yang masih di atas motor.

Ghea mengelus kepala kucing itu, kemudian gadis itu membuka ranselnya, mengeluarkan sebungkus biskuit dan memberikan kepada kucing itu.

Zega masih mengernyit. Bertanya-tanya, apa yang sedang gadis itu lakukan? Memberi makanan kucing liar? Lelaki itu membawa motornya ke pinggir jalan, dan memarkirkan disana, kemudian turun ke tempat Ghea berada.

"Lucu, kan?" komentar gadis itu ketika Zega duduk disebelahnya. Binar matanya begitu bahagia, membuat Zega terkesiap.

"Lucu." tanpa sadar maksud Zega mengarah padanya, bukan kucing didepannya.

"Pengen aku bawa pulang, nggak ada yang punya, kan?"

"Meow." kucing itu menyahut, membuat Ghea semakin tersenyum, mengusap-usap kepalanya.

Ghea membawa kucing berbulu putih itu ke gendongannya. Kemudian melirik Zega yang masih mematung. "Ayo ke Neverland."

Zega tanpa sadar tertawa kecil.

"Nama yang bagus apa, Ze?" tanya Ghea disela motor mereka kembali bergerak pergi.

Zega berpikir sejenak. "Kitty."

"Terlalu pasaran. Semua kucing yang aku kenal, namanya Kitty semua tahu."

Zega tertawa. "Ketty." sebutnya lagi.

"Ih, namanya itu-itu mulu, kamu nggak punya kucing di rumah apa, Ze?"

"Punya ada dua, yang satu kucing, satu anjing, sering berantem. Punya Clea sih-adik gue, yang kucing namanya Kitty, yang anjing Xevor."

Ghea mengercap, menunduk dan mengusap kucing di gendongannya. "Kamu namanya Geze aja, ya?" disambut meongan kucing itu.

"Geze?" Zega bergumam. "Ghea Zega?"

Ghea tersentak, matanya membulat, wajahnya memerah. "Kok tahu!?"

***

Yang dimaksud Neverland oleh Zega itu simpel. Adalah, bekas rumah lamanya, namun begitu membuat Ghea bahagia. Gadis itu turun dari motor Zega, melepas Geze dari gendongannya, kucing kecil itu berputar-putar sebentar, sebelum berlari semarang arah.

"Geze, jangan jauh-jauh, nanti hilang!" kucing itu berhenti sejenak, dan berlari menghampiri Ghea lagi.

"Lo mau ke pantai?" ajak Zega yang langsung diangguki Ghea, keduanya berjalan menuju belakang rumah Zega. Ada setapak kecil disana. Menyelusurinya dalam hening, hingga pantai yang begitu indah ditangkap mata Ghea.

"Lo inget, nggak?" tanya Zega.

"Inget apa?" Ghea melirik jauh kedepan dan tersadar dengan pohon yang lumayan jauh dari sini. "Kita..." mata Ghea berbinar bahagia. "Kita pertama kali ketemu disana. Sebulan lalu, waktu aku nggak sengaja tahu tempat ini."

Ghea melirik Zega lagi. "Ternyata... kamu emang sering kesini, ya?"

Zega duduk dipasir putih itu, memandang ke arah lautan lepas. Ghea mengikuti apa yang dilakukannya. "Memories stay, people don't." Zega berujar, sedikit ada luka disana.

"Iya, itu kehidupan." Ghea melirik kedepan lautan, menikmati bagaimana ombak menari disana sebelum menghantam pesisir.

Tangan Zega bergerak, menyentuh tangan Ghea. Membuat perempuan itu tersentak dan merasa seperti tersetrum. Matanya menatap mata hitam Zega yang juga sedang mengunci pandangannya. "But, can we make it forever?"

Ghea terkejut.

Zega berujar lagi. "Can we ... forever?"

Ghea diam. Namun, dalam hati mengaminkan. Semoga kita selamanya. Semoga kita tidak pergi menyisahkan kenangan seperti yang lainya. Semoga kita abadi.

***

A/n: no words.

Ghea [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang