42- Come Back

59.9K 4.4K 154
                                    

"If someone is okay in losing you they never really cared for you."

-

"Ghia, sayang, bangun, ya? Ini udah jam enam loh, nanti kamu telat." Ghea mengercap berulang kali ketika suara itu memasuki indere pendengarnya. Gadis itu membuka matanya dan melirik Anita yang sedang sibuk membuka gorden kamarnya.

Kepala Ghea memusing, semalam dia baru tertidur pukul tiga pagi. Namun, itu bukan alasannya untuk tak pergi sekolah.

Ghea bangun dari kasur, dan melangkah oleng menuju kamar mandi setelah Anita bilang kalau dia sudah menyiapkan air panas di bathtub.

Hari yang berat, Ghea menguap, dia melirik sekilas kelender di kamar Ghia.

Tanggal 14 Februari.

Oh, hari menyebalkan telah tiba. Ghea membuang nafas panjang. Dan berlalu masuk ke kamar mandi.

***

Ghia membuka matanya perlahan, dia merasakan sinar matahari menyenter wajahnya bengis. Gadis itu bangkit cepat dari kasurnya, melangkah menuju jendela dan membukanya kasar. Gadis itu melihat nampan diatas nakas yang isinya sudah habis, Daniel memasak untuknya semalam dan mengantarnya.

Ghia membuang nafas panjang, meraih nampan itu dan memutuskan untuk membawa keluar. Dia melangkah melewati pintu kamarnya, langkah Ghia terhenti sejenak saat melihat Daniel tertidur dengan sedikit kesusahan di sofa. Gadis itu merasa sedikit bersalah. Semua salahnya, semenjak dia tinggal disini, Daniel tak pernah merasa nyaman lagi.

Apa yang dilakukan Ghia selama ini? Bangun siang, makan sudah disiapkan, bermalas-malasan ditempat tidur, terkadang menonton film dari dvd lama Daniel, setelah itu malamnya menangis, merengek perutnya sakit, dan Daniel mencari obat untuknya. Ghia lari dari kenyataannya, membuat Daniel juga kesusahan sehingga lelaki itu memutuskan berkerja lebih banyak. Dia membuat masa depan Daniel lebih kelabu. Daniel murid beasiswa, beasiswanya bisa dicabut jika dia seperti ini terus. Sebegitu banyak-kah Ghia menyusahkan Daniel?

Ghia bergegas menuju meja didapur dan menaruh nampan itu disana.

Gadis itu melirik ponsel Daniel yang menyala. Aneh, sejak kapan lelaki itu memiliki ponsel? Bukankah katanya, dia tak memiliknya?

Ghia mengernyit, dan memutuskan untuk mengambilnya. "Ha-hallo?"

"Lo siapa?" balas si penelfon, didengar dari suaranya dia adalah seorang perempuan.

"G-gue..." Ghia tak tahu harus menjawab apa, sehingga gadis itu langsung mematikan sambungan telepon.

Ghia termundur kebelakang, karena tiba-tiba Daniel sudah berdiri didepannya.

"Ponsel gue?" tanya lelaki itu singkat, nadanya hangat tak ada intimidasi sama sekali.

Ghia memberikannya cepat.

"Lo lapar?" tanya Daniel membuat Ghia memandangnya dengan pandangan bingung.

"Nggak biasanya lo bangun pagi," lanjut Daniel menjelaskan.

Ghia menunduk. Memikirkan semuanya, dia tak mau terus membebankan Daniel. "Ini hari valentine, kan?"

Daniel mengernyit, kemudian mengangguk.

"Seperti yang lo bilang, ada acara di sekolah, kan? Gue mau nunjukin diri gue. Gue mau liat reaksi orang-orang setelah gue hilang berbulan-bulan ini."

Daniel mengangguk, kemudian dia memegang tangan Ghia untuk menatapnya. "If someone is okay in losing you they never really cared for you. Jadi, jangan terlalu peduli dengan reaksi orang-orang, karena jika nggak sesuai ekspektasi lo, lo bakal sedih."

Ghia tersenyum manis, kemudian menarik kalung di lehernya sampai terlepas, membuat Daniel berdesis, kenapa dia tidak meminta Daniel melepaskannya saja.

Ghia meraih tangan Daniel, dan menyerahkannya. "Jual kalung gue, pasti mahal, itu bukan sembarangan kalung. Sekalian gue mau buat list semua kebutuhan gue buat malam ini."

Mulut Daniel terbuka, kemudian dia tertawa. Astaga, how can u forget this Daniel, she is Ghia Cantika Melani, she do like a queen.

***

A/n: dikit lagi dan semuanya bakal terkuak... and what everyone react if they know Ghia yang selama ini, not real Ghia. OMG!

vote dan comentnya, bby. And, kalau ada typo dimaklumi ya, aku langsung post soalnya, tanpa baca lagi.

bubay,

aerlyn.

30 oktober 2020.

Ghea [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang