04- Fake life

101K 7.6K 148
                                    

"Ketika kepercayaan hancur, tidak akan pernah bisa diperbaiki lagi."

-

Matthew menghembuskan nafas panjang, melangkah memasuki rumah yang seharusnya tak perlu dia datangi lagi, namun terpaksa dia datangi karena ada sesuatu. Suatu hal penting yang harus dia lakukan. Bagaimanapun ini demi menyelamatkan pekerjaannya.

Matthew menghembuskan nafas panjang lagi, membunyikan bel didekat pintu masuk. Tak ada jawaban, pria itu memutuskan untuk tetap menunggu.

Beberapa saat kemudian, pintu terbuka. Diana nampak sedikit terkejut, mendapati keberadaannya.

Canggung.

Matthew berdehem sejenak. "Axel sama Clea ada?"

Diana mengangkat alisnya, bertanya. "Mau ngapain?"

Matthew diam sejenak. "Saya mau bicara dengan mereka, bisa?"

Diana membuka pintu lebih lebar. Menandakan, bahwa wanita itu mengiyakan. Mau bagaimanapun, Diana tak ingin memutuskan hubungan mereka, walaupun Zega seperti tak ingin berhubungan lagi dengan papahnya, sampai kapanpun mereka tetap keluarga. Tak peduli seberapa dalam laki-laki itu menyakiti mereka.

Matthew masuk lagi. Sedikit rindu dengan rumah ini. Bagaimanapun rumah ini yang sudah menyambutnya selama beberapa tahun sebelum dia memutuskan pergi.

Diana menghilang, mungkin dia pergi memanggil kedua anak mereka.

Beberapa saat kemudian Zega dan Clea melangkah turun. Clea dengan senyum lebarnya dan Zega dengan wajah muaknya yang sudah sering dilihat Matthew semenjak perselingkuhannya terbongkar.

"Papa!" Clea bersorak bahagia dan langsung menghambur ke pelukan pria yang sangat disayanginya itu.

Matthew membalas pelukan putrinya. Sedangkan Zega berdehem dan duduk di sofa berbeda dari mereka.

Sedangkan, Diana sudah menghilang. Mungkin dikamarnya. Wanita itu mengizinkan anak-anak bertemu dengan Matthew namun tidak lagi dengan dirinya. Bagaimanapun dia tak bisa berlama-lama dengan laki-laki itu lagi.

"Jadi ... papa datang kesini mau ajak kalian ke acara di kantor, banyak kerabat papa disana, papa mau kenalin kalian ke mereka." Matthew menjeda. "Kalian mau, kan?"

"Gak, gue sibuk," balas Zega cepat membuat Matthew tertohok, apakah kebencian putranya padanya sudah sebesar ini.

"Mau! Mau!" sorak Clea cepat melerai karena dia paham akan ada keributan.

Matthew tersenyum menatap Clea. Bagaimanapun hanya Clea yang tetap bersikap ramah padanya, walau tahu bahwa ia punya wanita lain selain Mamanya, walau tahu bahwa sekarang kedua orangtuanya sudah bercerai, karena keberadaan wanita lain. Clea tetap tersenyum ceria seolah-olah keluarga mereka baik-baik saja, hanya Clea yang masih bersikap biasa disaat semuanya mulai berubah.

"Kak! Temenin Clea, kita kesana, ya?" Clea memohon, gadis itu menatap Zega dengan pandangan memohon.

Zega membalas tatapan itu. "Nggak."

"Kak please, nanti Lea kesana ngobrol sama siapa? Ih, tega. Nanti Lea sendiri." Clea memang terkadang menyebalkan. Namun, Zega menyayanginya. Sangat.

Ghea [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang