"Choose people who choose you."
-
Ghea merutuk, seharusnya dia tak melakukan sandiwara ini. Seharusnya dia tak berpura-pura menjadi Ghia, seharusnya dia belajar menerima semuanya, seharusnya dia tak mencoba membuat orang lain bahagia.
Seharusnya ... dia tak mengorbankan kebahagiannya sendiri.
"Ghia, lo baik-baik aja?" tanya Jasmine karena melihat Ghea yang hanya duduk diam nampak sedang memikirkan sesuatu.
"Aku—gue baik," ralat Ghea cepat, kenapa dia jadi seperti ini, kenapa dia tak bisa totalitas menjadi Ghia. Kenapa dia nampak begitu aneh.
"Oh," balas Jasmine mengganguk. "Mau ke kantin?" ajak Jasmine.
Ghea mengeleng. "Lo duluan aja, gue mau ke perpustakaan bentar." Jasmine mengganguk dan berlalu setelah mendapat chat dari Ivana yang menanyakan keberadaannya.
Ghea membuang nafas gusar, berdiri dari bangkunya dan bergegas menuju perpustakaan. Sepanjang koridor orang-orang memandangnya dengan pandangan tak bisa dijelaskan; mungkin mereka masih tak menyangka Ghia kembali, masih tak menyangka bagaimana korban kecelakaan pesawat bisa selamat.
Ghea menunduk, dan berjalan semakin cepat.
Gadis itu menuju rak buku kimia, ada banyak tugas yang belum sempat dia selesaikan. Ghea membuang nafas panjang, meraih salah satu buku panduan dan berbalik.
"Mundur!" teriakan itu menggema, selanjutnya tubuh Ghea sudah didorong mundur hingga menabrak tembok disudut ruangan.
Mulut Ghea terbuka, perpustakaan menjadi lebih ramai, suara berisik dimana-mana. Ghea mengeleng, menatap rak didepannya yang rubuh. Bukan, itu yang membuatnya begitu shock, tapi seseorang yang sedang terimpa rak.
"Daffa," Ghea mencicit, saat pustakawan dan beberapa siswa mengangkat rak itu.
•••
"Lo baik-baik, kan?" tanya Ghea ketika Daffa membuka matanya. Dia bener-bener merasa bersalah karena ulahnya, Daffa sampai berakhir di rumah sakit.
"I'm fine," balas lelaki itu sambil meringis merasakan nyeri di punggungnya.
"Maaf." Ghea berkata lagi, walaupun Daffa nampak menyeramkan dimatanya karena lelaki itu seperti preman, tapi Ghea tak tahu kalau dia akan sampai seperti ini untuk melindunginya. Ralat, melindungi Ghia, everyone know he love Ghia so much.
"Santai, gue kuat," balas Daffa disertai senyuman tengilnya. "Lo khawatir banget."
"Ya, karena salah aku!" balas Ghea kesal, bener-bener tak habis pikir dengan Daffa, masih sempat-sempatnya, dia bercanda disaat seperti ini.
"Nggak apa-apa kali, Ghi. Punggung gue nggak sakit kok, kata dokter biasa aja, kan?"
Ghea menganguk, memang punggungnya tak mengalami cedera serius karena ditimpa buku bukan kayu rak, namun semua orang tahu tetap saja sakit.
"Kamu bisa keluar malam ini, aku anterin." balas Ghea sambil duduk di sofa tengah ruangan.
"Tumben sweet, pakai aku-kamu lagi, biasanya harus dipaksa dulu," komentar Daffa sambil memandang Ghea yang langsung membuat gadis itu tersentak kembali.
Daffa masih memandang Ghea, sepertinya menunggu jawaban gadis itu. Sedangkan, Ghea binggung mau menjawab apa, hingga ponselnya berdering menyelamatkannya dari situasi ini.
"Hallo ma?" jawab Ghea sambil berdehem sejenak, masih belum terbiasa dengan Anita yang menelponnya.
"Kamu dimana, Ghi? Udah mau malem," jawab Anita diseberang sana dengan risau. "Mama khawatir, kalau kamu lagi hangout bareng temen-temen, maafin mama ya ganggu, mama cuma khawatir kamu kenapa-kenapa."
Ghea diam sejenak. "Ghia ada urusan, Ma. Bentar lagi pulang, kok. Mama nggak usah khawatir, ya? Ghia baik-baik aja." balas Ghea namun semuanya terasa berat, tak membuatnya merasa bahagia. Dia merasa bahwa sandiwara ini bener-bener beracun untuk dirinya sendiri. Karena Ghea semakin sadar bahwa posisinya, sama sekali tak dianggap semua orang.
Everyone just loves her, because she is Ghia. Ghea terus memikirkannya dalam hati sampai dia bener-bener tak bisa berkata-kata, rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya.
•••
A/n:
Hello, maaf updatenya lama ya, wkwkwk, serius, belakangan ini waktu aku mepet banget, aku nggak punya waktu nulis. Ini juga pendek banget cuma 500 kata.
Next, jangan lupa vote dan coment biar aku makin semangat lanjutinya ya!
Xoxo,
Carlin.
12 September 2020.
(I hope everything is good)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea [PROSES PENERBITAN]
Jugendliteratur❝Sangat sulit tumbuh dalam keluarga yang sempurna, saat kamu tak sempurna.❞ Kata siapa anak kembar itu sama? Nyatanya anak kembar juga memiliki banyak perbedaan; fisik, otak, bahkan kasih sayang. Sayangnya Ghea tak seperti Ghia yang cantik, yang pin...