03- School

112K 7.8K 333
                                    

"Everything happens for a reason."

-

Seorang gadis melangkah memasuki SMA Pelita Jaya dengan pandangan menunduk, dia memeluk erat dua buku paket yang selalu setia ia dekap di depan dada.

"Oy!"

Ghea berbalik dengan kerutan yang terpancar di keningnya. Mata jernih itu menatap tanya pada cowok jangkung didepan, mencari-cari apa yang akan dilakukan cowok itu lagi.

Adit berdesis. "Mana janji lo?"

Ghea membuang nafas panjang, ia berbalik kesamping kanan, menatap lapangan basket yang sedang ramai, banyak orang berkumpul disana, menonton sesuatu.

Seorang cowok sedang men-drible bola dan dengan sekali hentakan, bola berwarna oranye itu masuk sempurna di ring basket yang tinggi. Cowok itu kemudian menepi, menerima minuman dari seorang gadis cantik yang selalu setia menunggu di pinggir lapangan walau kadang kehadirannya tak diinginkan.

Ghea diam-diam dibuat kagum dua kali. Apakah lelaki itu masih ingat, bahwa Ghea adalah gadis aneh yang ditemuinya di pantai? Ghea tak ingin lebih dekat dengannya, karena Ghea tahu, dari mata Ghia saja gadis itu sudah memancarkan rasa suka yang tak bisa dibendung lagi.

Ghea mengagumi Axel dalam diam. Menatap cowok itu lama, ia memang pantas dengan Ghia yang sempurna dibandingkan Ghea yang tidak ada apa-apanya. Ghea membuang nafas panjang.

"Ngapain lo lihatin Axel dan Ghia segitunya?"

Ghea terkejut, menatap Adit temen sekelasnya yang suka membuatnya jadi babu cowok itu, mulai dari mengerjakan pr, menyuruh-nyuruh dan hal lainnya. Sungguh, Ghea lupa janji apa dia dengan lelaki menyebalkan ini.

"Janji apa?" tanya Ghea, tapi mata gadis itu terus tertuju pada dua orang yang bergerak menjauh kemudian masuk ke dalam kelas XI IPA-1.

Adit yang dari tadi memperhatikan mata Ghea, berdecak kesal. "Jangan mimpi lo bisa disuka sama Axel, lihat Ghia aja yang kayak bidadari ditolak, apa lagi lo yang cuma butiran debu."

Ghea menghela nafas berat. Kemudian, kembali melangkah, meninggalkan Adit yang sudah kesal setengah mati. Lelaki itu bergerak mengejar Ghea lagi.

"Tugas sosiologi gue udah belum?"

Ghea berhenti didepan kelas, membuka tas ransel coklatnya, mencari sesuatu, dan kemudian mengeluarkan buku bersampul biru tua itu.

"Hi Adit," sapa seseorang, Ghea mengangkat wajahnya dan menatap gadis cantik itu ramah namun dibalas tatapan meremehkan membuat gerakan Ghea ingin mengembalikan buku itu kepada Adit terhenti.

"Hi, Jasmine, tambah cantik aja lo." Adit membalas sambil mengedipkan sebelah matanya membuat Ghea merasa segera ingin pergi dari sini.

Jasmine menatap Ghea rendah, membuat Ghea buru-buru melihat kearah lain. Jasmine memang cantik tapi sombong. Tidak seperti Ghia yang cantik dan selalu disertai senyuman ramah kemanapun ia pergi.

"Cewek serba biasa ini, pacar lo?" tanya Jasmine, matanya yang dilapisi softlens pink itu bergerak kembali pada Adith.

Adit terkejut. "Gila gue kalau dia pacar gue! Nggak elah, babu gue."

Jasmine mengangguk. "Baguslah," katanya. "Ini buat lo," lanjutnya sambil memberikan undangan berwarna putih yang dari tadi digenggamanya erat.

"Apa nih?" tanya Adit saat undangan itu sudah berpindah ke tangannya. Ghea melirik sekejap dan langsung tahu apa itu.

"Undangan ulang tahun Ghia," jawab Jasmine apa adanya, beberapa detik kemudian dia berteriak heboh, memanggil seseorang. "IVANA!"

Gadis yang namanya disebut langsung keluar dari kelas XI IPS-2, ia sempat tersenyum manis pada Jasmine sebelum keluar tadi.

"Minggir lo! Berdiri disini kayak penting aja lo!?" sinis Ivana sengit pada Ghea.

Ghea yang notabenenya selalu dibully dikelas, terlebih oleh Ivana dkk pun langsung mengangguk canggung. Ia buru-buru menyerahkan buku bersampul biru itu pada Adit. Adit menerimanya ogah-ogahan, dan langsung memasukan kedalam tasnya.

"Ini, undangan ulang tahun Ghia! Dateng ya? Gue tunggu, nanti make over-nya kerumah gue aja!" kata Jasmine pada sahabatnya sejak SMP itu yang dibalas anggukan pasti Ivana.

***

Ghea [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang