Gue di dalam kamar bang Iqbaal karena disuruh bunda untuk istirahat dulu dan gue masih gak nyangka kalau kak Gladis akan menjadi istrinya kelak.
Gue marah, patah hati sekaligus sedih semua itu menjadi satu dan gue cuma menangis sambil membekap mulut gue biar gak kedengeran dari luar.
"Ke--kenapa kak Gladis coba! Apa gak ada perempuan lainnya apa!!"
Cekleks..
Gue segera hapus air mata lalu mendongak menatap kearah pintu yang baru saja ditutup.
"(Namakamu)..."
Dan ternyata yang masuk adalah pemilik kamar ini lalu gue bangkit yang sejak tadi duduk di pinggiran kasur seraya mengambil tas selempang gue.
"(Namakamu) dengerin abang dulu" ucap Bang Iqbaal sambil nahan tangan gue ketika gue mau pergi dari kamarnya
Gue melirik tangan gue yang dipegang sama bang Iqbaal "Lepasin tangan gue!"
"Abang gak mau lepasin sebelum kamu dengerin penjelasan abang"
Gue tersenyum rapuh "Penjelasan? Penjelasan yang kayak gimana nih! Penjelasan kalau abang akan nikah sama Gladis huh!!"
Air mata yang sejak tadi gue tahan akhirnya turun juga lalu gue pindah posisi dan berhadapan dengan bang Iqbaal dan tangan gue masih dipegang sama bang Iqbaal.
"Ke---kenapa dia hikss... Kenapa harus kakak tiri (Namakamu) bang" gue pukul dada bang Iqbaal dengan tangan gue satu nya dan gue nangis sekencang nya.
Bang Iqbaal cuma diem aja ngebiarin gue mukul dia.
"luka (Namakamu) belum sembuh mendengar abang mau nikah dan sekarang (Namakamu) denger kalau abang mau nikah sama kak Gladis. (Namakamu) salah apa sama abang kenapa abang selalu bikin (Namakamu) sakit hati!!"
"Kamu gak salah (Namakamu).."ucap bang Iqbaal seraya menarik kepala gue berhadapan dengan dada nya.
Bang Iqbaal meluk tubuh gue.
"(Namakamu) cinta sama abang hiks..hiks"
"Maafin abang udah nyakitin hati kamu"
Gue dengan setengah sadar akhirnya melepaskan pelukannya.
"Jika abang sakit (Namakamu) akan sakit, jika abang senang (Namakamu) pun akan senang dan abang bahagia (Namakamu) juga bahagia setelah ini mungkin (Namakamu) gak akan pernah lihat abang lagi.."
Cup!
Gue mencium bibir bang Iqbaal dan hanya menempelkan nya saja dan menyudahinya.
"I always love you and....I miss you" Gue pergi dari hadapan bang Iqbaal dan gue juga pergi dari bandung.
......
Brak...
"Ayahhh..."
"Adek!"
Gue terduduk di lantai karena sekarang gue udah dijakarta dan berada di kantor ayah.
Ayah menghampiri gue yang terduduk dilantai dengan air mata yang sejak tadi menetes tiada berhenti.
"Kenapa ayah gak kasih tau jika kak Gladis akan menikah dengan bang Iqbaal dan bilang sama (Namakamu) jika ini cuma pura-pura ayah hiks..hiks..hiks.." ucap gue sambil menatap Ayah
"Maafin ayah sayang, ayah cuma takut kamu akan sedih seperti ini karena ayah gak bisa lihat kamu rapuh ayah gak bisa.." ayah meluk gue dengan begitu erat
"Hiks...ayah...hiks..." gue menangis sejadi-jadinya di pelukan ayah
"Maafin ayah sayang maafin ayah.."
Gue merenggangkan pelukannya "Adek mau kuliah diluar negeri"
"Bersambung..."

KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Bang,Nikah Yuk! (Completed)
FanfictionSini mampir siapa tau doi peka. Oke, piks gak berfaedah banget