"Ada apa bang datang kesini?.."tanya gue sama bang Iqbaal yang tiba-tiba datang ke rumah gue itu
"Ari udah pergi kuliah?.." bukannya menjawab bang Iqbaal balik bertanya
"Iya bang" gue mengangguk
"Abang mau ngomong sama kamu"
Sepertinya ini agak serius deh "Sara bawa Lio ke kamarnya" suruh gue pada pengasuh Lio
"Iya, Nya"
"Mau ngomong apa bang?"tanya gue tapi bang Iqbaal gak menjawab dia malah tampak gelisah sekali "Bang.." gue memegang bahu nya
"Abang harus gimana (Namakamu)?.." ucap bang Iqbaal bertanya sambil menundukkan kepalanya tanpa melihat kearah gue dan gue hanya menatap nya bingung tanpa mengeluarkan suara apapun.
"Dulu abang menyesal pernah menyakiti hati kamu dan dulu abang kira Gladis adalah sosok yang abang cintai tapi--"
Gue terdiam
"Tapi rasa abang ke Gladis adalah perasaan kagum saja dulu abang masih gatau perasaan abang yang sesungguhnya setelah kamu pergi, setelah kamu meninggalkan abang disini seketika abang merasa kehilangan separuh dunia abang mungkin dulu abang merasa kehilangan karna kamu udah anggap sebagai adik abang jadi abang mencoba biasa saja tapi lama kemudian abang merasa benar-benar hampa dengan semuanya"
"Mungkin orang disana mengira jika abang bahagia tapi nyatanya abang tidak bahagia abang hanya berpura-pura merasakan kebahagiaan setelah itu kamu kembali dan rasa rindu ini datang. Abang bahagia kamu kembali dengan keadaan sehat bahkan abang dikatain gila sama sekretaris abang karna abang selalu tersenyum setelah melihat kamu."
"Kamu tahu bagaimana perasaan abang waktu kamu mau menikah sama bang Bian? Dunia abang runtuh setiap melihat kemesraan kalian abang selalu merasakan cemburu dan selalu berangan jika seandainya abang yang berada di posisi bang Bian"
Gue gak mau dikatain munafik jika gue emang masih ada rasa sama bang Iqbaal kan gue pernah bilang kalau bang Iqbaal ada bagian tersendiri dihati gue dan begitu dengan Bang Bian mereka menempati posisi tersendiri dihati gue.
Bang Iqbaal melihat kearah gue "Bunda mau kita menikah"
Gue menganga tidak percaya "Bang.."
"Bunda memaksa abang buat nikahin kamu karna bunda pengen cucu dari abang dan kakak kamu itu tidak bisa hamil (Namakamu).."
"Kak Gladis mandul?.."
"Iya.."
"Sebenarnya waktu dirumah bunda (Namakamu) dengerin semua pembicaraan bang Iqbaal sama bunda"
"Baguslah kalau kamu udah tahu lalu bagaimana tanggapan kamu"
"Kalau (Namakamu) menikah lagi bagaimana tanggapan orang-orang apalagi (Namakamu) akan menikah dengan adik almarhum suami (Namakamu)"
"Jangan pedulikan mereka (Namakamu)! bunda udah memberikan abang waktu satu tahun untuk pernikahan kita dan saat itu kan kamu sudah melepaskan masa iddah"
"Bagaimana dengan Kak Gladis? Pasti dia berfikiran yang enggak-enggak tentang (Namakamu)"
"Untuk masalah itu biar abang yang berbicara dengan Gladis.."
"Jika abang bener-bener mau nikah sama (Namakamu), (Namakamu) pengen abang berbicara dengan Ayah dan juga ada Kak Gladis"
"Baik abang akan berbicara dengan ayah"
......
Dipercepat!
Di malam harinya keluarga bang Iqbaal minus Ari serta kak Gladis, ayah dan gue sekarang berada di rumah ayah mungkin membicarakan pernikahan dan terlihat wajah kak Gladis kakak tiri gue itu seperti sehabis nangis.
"Jadi gimana ini apa langsung saja ke permasalahan nya?"tanya Ayah mertua gue
"Lebih baik langsung saja ke inti nya karna (Namakamu) sudah berbicara pada saya, Herry"
"Baiklah, Iqbaal sampaikan pada ayah mertua mu itu"
"Sebelum nya Iqbaal mau mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya sama ayah karna sudah membuat ayah kecewa. Ayah selalu berharap jika Gladis diberikan keturunan tapi sampai saat ini kita berdua tidak bisa mendapatkan keturunan dan Iqbaal sudah membicarakan pernikahan ini pada keluarga Iqbaal dan juga Gladis jadi ijinkan Iqbaal untuk menikahi (Namakamu) agar bisa menjaganya seperti amanah Bang Bian"
Dan gue melihat Kak Gladis yang menundukkan kepalanya dia nangsi kemudian Ayah yang juga duduk disebelah Kak Gladis pun memeluknya.
"Gladis anak ayah sampai kapan pun Gladis tetap anak ayah, ayah tau jika Gladis ingin sekali mengendong bayi tapi sampai saat ini belum kesampaian.."
"Hiks..hiks.." seketika hati gue terasa sakit melihat kakak tiri gue itu.
"Kamu tetap menjadi istri Iqbaal sampai kapan pun dan Iqbaal tidak akan menceraikanmu"
"Ay--yah"
"Ayah tahu ini berat untuk kamu sayang tapi ayah ingin mengatakan satu hal padamu Jika Iqbaal tidak menikahi (Namakamu) maka dia akan menikah dengan orang lain apa kamu sanggup?.."
Kak Gladis menggelengkan kepalanya "Lagipula (Namakamu) adik kamu dan Iqbaal menikahi nya agar dia bisa menjaga dan melindungi nya jadi apa kamu menerima kalau kamu ingin dimadu?.." Wanita mana yang mau istrinya berbagi suami nya pada orang lain gue aja gak mau kalau dimadu.
"Hiks.. Gl-gladis mau ta--pi bang Iqbaal harus adil akan semuanya.."ucap kak Gladis
"Jadi bagaiman mana apakah kamu bisa bersikap adil pada anak ayah?.."
"Insyaallah Yah, Iqbaal akan adil untuk kedua nya" bang Iqbaal tersenyum lebar
"Baiklah jika semua nya setuju kita akan menunggu masa Iddah (Namakamu) setelah itu mereka berdua akan menikah.."
"Bersambung.."
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Bang,Nikah Yuk! (Completed)
Fiksi PenggemarSini mampir siapa tau doi peka. Oke, piks gak berfaedah banget