19| Terserah

1.1K 43 5
                                    

Koridor rumah sakit mendadak sepi, sebagian orang yang di sana hanya menatap beberapa anak SMA. Seperti harus mengadakan persidangan di balai desa. Sementara cewek itu hanya terkekeh melihat ekspresi-ekspresi teman-temannya.

"Maaf ya," lirih Killa, mungkin itu adalah permintaan maaf kesekian kalinya.

Semuanya tidak ada yang berniat berbicara, mungkin ada diantaranya jengkel, marah atau mungkin merasa dibodohi Killa. Bahkan yang biasanya Alga yang teeus khawatir kini memilih diam, dengan tatapan kosong di depannya.

"Maaf..." Lirihnya lagi.

Killa tidak tahu bisa serumit ini, bahkan sahabatnya juga tidak mengatakan apapun. Killa menyesali perbuatannya, tapi jujur ia sama sekali tidak berniat mengerjai mereka.

"Kak.. maaf," ucap Killa pelan, cowok itu tetap diam. Cewek itu tidak harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini.

"Cogan, maaf.."

Tangan Killa yang menyentuh bahu Satria. Langsung ditepis si pemilik, kekhawatirannya tehadap Killa beberapa waktu yang lalu sangat murni.

Satria mengira Killa benar-benar ingin meninggalkan dirinya yang gengsi itu.

"Gyna, Yenaa, maaf..."

Killa menutup wajahnya rapat-rapat, lalu berlari meninggalkan mereka. Ia tidak ingin air matanya dilihat Satria, Alga atau terlebih sahabatnya.

Setelah menyadari Killa yang memilih pergi, Alga meraih tubuh Killa dan memeluknya dari belakang. Ia tidak ingin cewek yang dalam pelukannya itu tambah kacau, ya cukup Alga saja yang kacau, namun Killa jangan.

"Lo jangan buat gue khawatir lagi," bisik Alga pelan, tepat di telinga Killa. Alga memutar badan Killa agar mereka berhadapan, Alga melihat air mata itu keluar dari pelupuk mata Killa.

"Jangan nangis, gue gak suka," katanya sembari menghapus air mata itu dari pipi mulus Killa.

Sementara, diantara mereka ada manusia yang menahan amarahnya. Ia sekarang berusaha tidak peduli, iya tidak peduli. Ia hanya menunduk, lalu berlalu meninggalkan Killa.

Killa hendak menghentikan langkah cowok itu, tapi lidahnya terasa kelu untuk memanggil cowok itu, sekarang Killa tenggelam di pelukan Alga.

***

"Siapa yang ngajarin kamu berbohong Killa?" Tanya serius Geni di depan anak gadisnya, di belakang Geni ada Yuko yang mengejek-ngejeknya. Yuko puas melihat Killa yang diintrogasi seperti itu.

"Udah sayang, biarin Killa istirahat dulu kan bisa," kata Reni yang datang membawa kopi untuk suaminya--Geni.

Geni hanya melihat istrinya sekilas, Geni rasa dirinya selalu salah di mata istrinya itu.

"Kamu sampai kapan sih nganggep aku selalu salah?" Kesal Geni.

Reni tersenyum sekilas, "bukan nyalahin kamu. Killa biarin istirahat dulu."

Yuko menepuk jidat melihat perdebatan pasangan suami-istri itu, sementara Killa heran, kenapa dalam kondisi marahpun orang tuannya sama sekali tidak terlihat marah?

"Yuko ketawain Bunda sama Ayah tuh," adu Killa, Yuko yang ketahuan langsung mendapat tatapan tajam dari Geni.

"Ayah serem banget, kaya hulk," ledek Yuko pelan.

Alasan Killa selalu tersenyum ya karna keluarganya yang sangat humoris. Dalam keadaan apapun, mereka selalu saling menguatkan, walaupun Killa masih jengkel dengan Yuko yang notabenya memiliki mulut ember.

My CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang