28|kedekatan

984 35 0
                                    

"Satria, Sasa sudah di bawah!!" Teriak Tria--Mama Satria dari ruang makan. Satria yang tampak terburu-buru langsung turun, dan menyeruput susuh coklat kesukaannya, tidak butuh lama ia langsung mengenakan sepatunya. Setelah itu berpamit pada Mamanya.

Satria tampak gusar melihat cewek di depannya, roknya yang pendek membuat Satria salah fokus. Bukan bernafsu, malah Satria ingin saat ini menjahit ulang rok milik Sasa.

Satria lngsung naik ke atas motornya dan mengaitkan helm, setelah selesai Satria hanya tinggal menunggu Sasa mengaitkan helmnya dan bertengger di belakangnya.

Untuk mengetahui Sasa sudah naik atau tidak, ia dapat merasakan tangan Sasa yang menyentuh pundak Satria. Sebenarnya ia benar-benar risih, sebelumnya dia belum pernah merasakan serisih ini.

"Ayo berangkat!!" Teriak Sasa semangat, tanpa dipinta Sasa Satria akan tetap berangkat walaupun cewek yang sedang dibelakangnya tidak ikut.

Satria hanya membiarkan Sasa memegang pundaknya, namun semakin dibiarkan Sasa memang sangat lancang, tangannya yang putih mulai melingkar dipinggang Satria, dan kepalanya bersandar dipunggung Satria yang tidak terlalu besar.

***

"Eh kok masuk?!" Teriak Gyna khawatir melihat Killa yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas, padahal beberapa waktu yang lalu Killa masih tertawa lebar dengan temannya yang lain.

Gyna juga ikut pusing, bertanya lebih jauh bisa saja membuat seseorang tersinggung terlebih lagi akan merasakan sakit.

Gyna ikut masuk ke dalam kelas, saat berada di sana Gyna sudah melihat Killa menyumbat telinganya dengan Earphone.

Cemilan di atas meja yang di makan secara rakus. Beberapa temannya bergedik ngeri.

"Lo kenapa dah?" Tanya Gyna mendekat.

Killa mengercutkan bibirnya ke depan, "kepo lo!" Jawabnya.

"Yaudah! Gue gak jadi nanya!"

Kadang, bertanya memang dianggap formalistas sebagai bentuk peduli seseorang, tapi berbeda dengan Gyna ia bukan penasaran. Ia perhatian pada sahabatnya itu, walaupun Killa jarang sekali memahami keadaan sahabatnya, namun menurut Gyna Killa adalah sahabat terbaiknya.

Seseorang memang akan cepat berubah, malah dalam hitungan detik sama halnya dengan Killa.

Suara jalan sepatu terdemgar dari arah pintu, Gyna menoleh. Ada Fadel yang datang dengan senyuman yang merekah, tapi itu hanya sebentar saat melihat wajah murung Killa. Ia berlari ke arah Killa dan menarik earphone cewek itu, dan berganti menyumbatkan ke sebelah telinganya.

"Ih!! Fadel! Lo ganggu! Sana jauh-jauh!" Usir Killa, Fadel tidak mempedulikan perintah Killa malah cowok itu menarik bangku lain dan duduk di sebelah Killa.

Killa akhirnya membiarkan Fadel ikut mendengar lagu dari earphone miliknya. Killa sekarang tidak merasa sendiri.

Sebenarnya, manusia tidak pernah sendiri. Hanya saja perasaan gelisah yang membuatnya sendiri dan sepi.

"Kita punya selera musik yang sama ya," kata Fadel, Killa membalasnya dengan anggukan. Sebelum Fadel mengatakannya, Killa sudah dapat menebak bahwa Fadel mempunyai selera yang sama dengannya.

Bergantinya lagu, Killa bertopang kepala di mejanya yang kecil, perlahan ia menutup matanya.

Fadel membiarkan cewek itu seperti itu dulu sampai guru ekonomi datang, bukannya bermaksud jahat, Fadel percaya Killa memang butuh istirahat.

My CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang