33| Berontak

437 28 9
                                    

Satria mempercepat langkahnya, ingin keluar dari rumah yang besar tapi akhir-akhir ini terasa seperti berada di neraka. Tempat terkutuk baginya.

"Satria! Dengerin papa! Anterin Iren ke les piano."

Shit!!

Mendengar nama Iren memuakkan hidup Satria sendiri. Satria naik ke atas motor sport-nya. Lalu meninggalkan rumah dengan ekspresi datar, toh ini kah yang diinginkan  orang tuanya? Membuat Satria menjadi pembangkang semenjak ada Iren.

Satria juga tidak bisa dibodohi, mana ada les piano selarut ini. Itu hanya akal-akalan Iren yang ingin kencan dengannya.

Satria tidak tahu harus ke tempat siapa malam ini, Hary? Kiki?
Ke tempat Kiki namun tidak ada Hary rasanya cringe. Satria melajukan motornya ke arah rumah Hary. Satria juga yakin, Kiki akan datang juga ke rumah Hary jika minta. Berbeda dengan Hary yang ogah-ogah an.

Satria memasuki perkarangan rumah, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Taman yang asri, orang tua Hary memang pencinta kedamaian berbanding terbalik dengan Hary yang urakan.

"Assalamualaikum."

Tok.. tok.. tok..

Tidak menunggu lama, perempuan yang rambutnya dicepol keluar membuka pintu. Tampak memasang wajah datar.

Cewek itu berlalu pergi membiarkan Satria masuk sendiri tanpa dipersilahkan.

"Hary mana?"

"Kamar."

Iya itu Yenaa, ia duduk di depan televisi tampak menonton film horor ditemani dengan cemilan. Rumah Hary terbilang sepi untuk malam ini, Satria sendiri tidak memperdulikan respon Yenaa kepadanya. Kakinya menaiki tangga satu persatu, kamar Hary tidak terlalu jauh dari tangga lebih tepatnya di depan tangga.

"Lo tumben malem-malem ke sini Sat?"

Satria tidak langsung menjawab, ia langsung mausk ke dalam kamar Hary. Duduk di tepi kasur, mengacak-ngacak rambutnya.

"Lo ada masalah?"

"Ya."

"Oh sama Killa tadi di sekolah?"

Sebenarnya itu adalah salah satunya. Jika saja mungkin Iren tidak hadir, masalahnya dengan Killa tidak akan menjadi serumit ini.

"Atau Iren?"

"Keduanya."

Hary menepuk bahu Satria. "Hebat, lo fuckboy banget anjir!"

Hary mendengus pelan. "Huft, gue boro-boro dua cewek. Satu aja gak ada."

"Merendah."

Hary membalasnya dengan cengiran khususnya. "Hehe, eh tapi Killa itu udah termasuk sabar ngadepin tingkah lo. Gak tau juga kalau sekarang masih sabar atau enggak."

Satria menggeleng lemah, "enggak."

Mengingat saat di sekolah, Killa tidak membela Satria untuk ke dua kalinya disaat Killa benar-benar kecewa. Padahal dulu yang Satria ingat, Killa yang selalu kekeh membela Satria di depan banyak orang, mengantarnya ke RKS--ruang Killa Satria yang tidak pernah lagi mereka tapaki berdua.

My CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang