29 | apel

994 33 7
                                    

Malamnya, Killa sudah siap-siap untuk ke luar bersama Alga. Sebelum keluar dari kamar, Killa menatap dirinya dari pantulan cermin.

Pakaian yang sangat santai, tidak memakai gaun. Tolonglah ini hanya sekedar jalan-jalan biasa, bukan kencan dengan Alga.

"Udah kelar belum lo? Kasian temen gue lumutan nungguin lo," kata Yuko yang tiba-tiba kepalanya masuk melihat keadaan Killa. Killa merapikan rambutnya sebentar.

Langkahnya mulai meninggalkan kamar yang tidak terlalu besar, menuruni satu persatu anak tangga dengan cepat.

"Kak Alga lama nunggu ya?" Tanya Killa saat berdiri di samping Alga. Alga tersenyum tipis, baginya menunggu Killa bukanlah suatu hal yang perlu dipusingkan.

"Santai, nunggu lo itu kebutuhan."

"Makanan kali kebutuan."

"Gue itu yang makanan, sementara lo itu Nutrisi, protein, vitamin. Tanpa lo gue gak ada gunanya."

Killa mendadak kikuk, untuk seperkian kalinya setiap Alga mengatakan hal yang membuat dirinya diam tak berani berkata apa-apa lagi. Alga meraih tangan Killa, membawanya keluar dari sana.

Menggenggam tangan Killa sekarang sudah seperti runitas yang selalu ia lakukan setiap bersama Killa.

Jemari-jemari itu terasa pas dan nyaman.

"Sekarang hobi kakak genggam tangan gue ya?" Tanya Killa polos.

Alga menyodorkan helm yang sengaja ia siapkan untuk Killa.

"Bukan hobi, tapi kebutuhan."

Killa mencubit perut Alga pelan, "apa sih kak, dari tadi kebutuhan terus."

Alga terkekeh, "hehe, kan emang lo itu kebutuhan."

Killa mencibir, sekarang ia sudah naik ke atas motor milik Alga. Sekarang waktunya menungg cowok itu menghidupkan motornya.

Killa sering bertanya pada dirinya sendiri, sejauh ini Alga belum pernah membawa cewek lain selain dirinya. Bahkan yang mengisi di belakang motornya tidak ada satu orang pun lecuali dirinya.

"Gue mau bawa lo ke suatu tempat, sebelum gue bawa lo ke sana lo harus pegangan yang erat."

"Kemana?"

"Nanti lo tau, itu tempat mungkin lo tau."

Killa melingkarkan tangannya ke pinggang Alga, menuruti permintaan cowok itu.

Aroma Alga, ia seperti pernah merasakan aroma itu sebelumnya. Aroma ini sangat berbeda dengan aroma Alga yang biasanya.

Killa membuang semua pertanyaanya itu, bisa saja hanya kebetulan ia kenali. Bicara tentang aroma mungkin saja Killa pernah menciumnya di pasar atau mall.

Langit malam sangat cerah, banyak bintang-bintang bertebaran, siapa pun tidak akan bisa menghitung berapa banyak bintang.

"Bintangnya banyak ya," kata Killa pelan dari belakang punggung Alga.

"Lo gak ngitung?" Tanya Alga.

"Gak."

"Biasanya lo ngitung sampe lo bisa tidur."

Eh tunggu?

"Kakak tau dari mana?" Tanya Killa heran. Ia tidak mengingat apa pun, namun ia bisa merasakan bahwa ia pernah melakukannya.

"lupakan."

Killa kembali bersandar di punggung Alga hingga tidur yang paling tidur, ditemani angin serta suara kendaraan. Alga harap semuanya akan baik-baik saja, Geni---Ayah Killa juga mengizinkan Killa pergi bersama Alga.

My CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang