25| Gak penting

929 32 0
                                    

Sinar matahari sudah berada di atas kepala, membuat sebagian cewek-cewek yang berada di luar ruangan menutup sebagian wajahnya agar tidak terkena cahaya matahari dan menyebabkan kulit bertamah berkeringat dan hitam.

Cewek memang selalu menjaga apa yang ada di diri mereka.

Kardus mie instan itu dirobek sembarangan oleh cewek yang tidak bertanggung jawab, ganti kipas dan pelindung di jalan.

Tapi, percuma keringat masih tetap bercucuran seperti sungai. Killa berjalan kecil menyusul laki-laki yang tidak terlalu tua, berniat membeli es kelapa muda.

"Bang es kelapa muda ya, kelapanya banyakin dan airnya banyakinnohniya esnya juga. Tapi harga sepuluh ribu ya," kata Killa dengan entengnya. Penjual itu hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala.

"Abang denger gak? Itukan dikit," protes Killa lagi.

"Kan adek belinya sepuluh ribu, yang adek minta itu porsi dua puluh ribu, dua kali lipat dari yang adek pesan," terangnya agar Killa mengerti.

Killa mengercutkan bibirnya, "pelit, aku anak pelajar. Masa tega sih?" Dumel Killa.

Penjual itu tidak tahu harus jawab apa lagi, kata-kata sekaligus kesabarannya sudah mulai menyusut.

"Ganti posisi yuk dek?"

"Ayuk, biar aku bisa min---"

"Mau beli es kelapa muda banyak-banyak?" Tanya Satria yang tiba-tiba datang, Killa mengangguk dengan semangat, berharap Satria akan membeli es kelapa muda.

"Yaudah mulai besok berkebun kelapa muda aja," jawab Satria santai.

"Gak niat beli?" Pancing Killa, Satria langsung kembali naik ke atas motor sport--nya dan menggeleng pelan.

"Gue bukan bank berjalan lo."

Satria menggas motornya, meninggalkan Killa di sana tanpa mengajak Killa untuk pulang bersama.

"Gak temen, gak pacar, sama-sama bangsat ya," dumel Killa. Kakinya mulai berjalan ke arah halte, barang kali ketika dia duduk di sana ada makhluk yang berbaik hati mengajak cewek seperti Killa untuk pulang bersama.

Hanya ada Killa dan beberapa cewek yang berpenampilan nerd di sana. Killa tidak berniat mengajak mereka mengobrol, karena ia pernah berpengalaman mengajak anak nerd atau introvert mengobrol, al hasil ia tidak disahuti, jujur itu adalah salah satu hal yang menyakitkan.

Maka, sejak hari itu Killa berhenti mengajak orang introvert berbicara.

Lalu Satria? Cowok itu memang iri bicara, tapi tidak selalu. Ada kalanya ia menyebalkan dan berbicara paniang lebar. Menurut Killa Satria adalah salah satu ambivert.

Setelah beberapa menit duduk di halte, langit tiba-tiba mendung. Wajah Killa tampak gusar, tidak ada tanda-tanda makhluk yang akan mengajaknya pulang.

Yuko? Sepupunya yang sangat ember itu tidal sekolah untuk hari ini.

Gyna dan Yenaa? Ke duanya sudah disuruh Killa pulang, maksudnya agar Killa bisa pulang bersama dengan Satria. Tapi cowok itu sama sekali tidak peduli.

Dan akhirnya berunjung seperti sekarang. Tinggal menunggu ada keajaiban, ada seseorang yang menjemputnya.

Killa merongoh saku osisnya dan mendapatkan handphone di sana, berniat memainkan handphone--nya pelepas rasa bosan, namun kali ini tidak bersahabat, handphone--nya mati total.

Ia menunduk, ia tidak pernah terasa seperti ini sebelumnya. Ia yang ceria tiba-tiba energinya terkuras bila berada di tempat yang sepi.

Tangan kekar, muncul di hadapannya. Mata Killa tiba-tiba bersemangat, ia lihat siapa pemilik tangan itu.

My CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang