35. kuker?

430 31 1
                                    

Cewek dengan seragam yang berantakan itu berlari, gerbang sekolahnya sedikit lagi di tutup. Bukan masalah yang besar baginya, bukannya lari pagi itu sehat?

"Makasiiihhh pakkkkk!!" Teriak Killa setelah lolos masuk. Ia berjalan santai sembari merapikan seragamnya yang tadinya berantakan. Lalu mengeluarkan cermin dari saku seragamnya.

Menata rambutnya serapi mungkin. Walaupun semua mata tertuju padanya. Ia melewati kelas IPA, berniat ingin melihat wajah pacarnya yang tampan.

Saat melihat pemandangan yang sangat tidak enak, Killa mempercepat langkahnya lalu menarik cewek itu jauh dari Satria.

"Heh! Pagi-pagi kok udah nyamperin pacar orang? Gak punya muka lo?!" Cerocos Killa. Ia sekarang berdiri di dekat Satria, memegang lengan Satria. Seolah Satria tidak boleh pergi.

"Suka-suka gue, emang lo siapa?" pancing Iren.

"Gue? Lo budek? Atau pura-pura lupa? Satria pacar gue!"

Iren  tersenyum miring. "Hasil ngemis?"

Killa melangkah lebih dekat ke depan Iren, menatap cewek yang dandanannya sangat memuakkan.

"Lo dengan disini itu lebih hina, udah ngemis ke cowok. Mana cowoknya udah punya pacar. Woi tolong, kaca mana kacaa!!!" teriak Killa.

Salah satu cewek yang sempat menegur Iren tadi datang dengan angkuh, memberi Iren kaca.

"Tuh, untung aja dia baik. Mau ngasih lo kaca!!"

"HAHAHA."

"MAMPUS GAK TUH."

"KALAU GUE SEKALIAN PINDAH SEKOLAH."

banyak sorak sorai di depan kelas 11 IPA 2.

"Udah, kamu ke kelas ya. Nanti telat. Aku anter?" tanya Satria lembut, dengan sangat senang hati Killa mengangguk dan menggandeng tangan Satria.

Killa sendiri tidak menyangka, Satria semanis ini. Dibalik sifatnya yang cuek dan menyebalkan.

Mereka berjalan di sepanjang koridor layaknya pasangan baru, tidak sedikit diantara siswa siswi yang lain menyapa mereka berdua. Yang tampaknya turut senang.

"Udah sampai, aku ke kelas ya."
Killa menahan tangan Satria, agar cowok itu tetap bersamanya sembari menunggu guru masuk..

"La! Masuk! Kerjain tugas!" perintah Fadel yang baru keluar dari pintu kelas. Wajah Satria langsung berubah datar. Bukan karena Fadel yang terpilih sebagai ketua osis, tapi karena Fadel yang tampaknya begitu dekat dengan Killa.

"Lah? Pak jamet kemana?" Tanyanya heran.

"Gak masuk."

Killa tersenyum penuh arti.

"Bolos yukkk!"  Awalnya Satria melotot mendengar permintaan pacarnya dengan aneh, lalu ia tampak berfikir sejenak.

"Yuk, kapan lagi bolos sama pacar," godanya.
Pipi Killa seketika tersipu, tampak merah merona. Satria memegang dagu cewek itu lalu tersenyum jahil.

"Ciee, malu."

Killa pikir, Satria benar-benar dingin. Ternyata cowok itu hangat, atau mungkin mempunyai dua kepribadian.

"Sekarang kok kamu gak cuek?"

"Cuek ke semua orang, kecuali sama kamu. Emang gak boleh ya?"

Killa mengangguk mengerti, ia sempat melihat Satria tidak membalas kalimat orang lain. Paling satu kata dua kata dengan wajahnya yang datar.

"Ayo!" Satria kembali meraih jemari Killa, menggenggamnya dengan erat. Berjalan di sepanjang koridor menuju parkiran.

"Pelan-pelan dong, kamu gak ke kelas dulu? Minta ijin."

Satria tertawa kecil.

"Sejak kapan bolos pake minta izin?"

"Ta---"

"Banyak ngomong, ayo. Keburu Satpamnya datang lagi."

Killa mengangguk semangat, ia sudah bertengger di atas motor sport milik Satria. Yang kepalanya sudah ada helm.

Satria menggas motornya dengan kecepatan tinggi saat melewati gerbang sekolah. Untung saja tidak ada satu orang pun disitu. Ia bukan takut, tapi ia mengingat Killa. Bagaimana kalau dicegat dan Killa heboh sendiri? Satria tidak bisa membayangkannya.

Tangan Killa sudah melingkar di perut Satria, sangat erat. Aroma parfumnya yang sangat ia suka.

"Gak usah ganti baju?" Tanya Satria memastikan.

"Ribet, pake seragam aja."

Satria menurut, dan kembali fokus melihat jalan.

***

Taman kota di isi dengan beberapa orang tua yang sedang ber olahraga. Anak kecil yang sedang bermain serta penjual seperti ice cream, gulali.

Killa turun dari motor Satria, saat Killa berusaha melepaskan helmnya. Satria membuka kaitan helm Killa, dengan jarak yang sangat dekat.

Lagi-lagi Killa tersipu.


Killa mengekori Satria dari belakang,  cowok itu menyadari, ia langsung menarik tangan Killa agar beriring di sampingnya.

"Jangan di belakang, di samping aku," katanya.

Mereka duduk di sebuah bangku putih panjang di taman, menikmati cahaya matahari yang katanya mampu membuat orang sehat.

Ini bukan pertama kali Killa merasakan panas pagi, mungkin kesekian kali. Karena ia juga menikmatinya.

"Kalau haus bilang ya," ujar Satria saat melihat keringat Killa keluar.

Killa hanya tersenyum, lalu memperhatikan sekeliling taman yang lumayan ramai.

"Nyari apa? Mau ice cream?" Tanya Satria.

Killa menggeleng pasti, "aku pengen pentol."

"Biasanya mood cewek itu ice cream atau seblak. Ini malah pentol."

Killa tertawa kecil, "hehe, akukan cewek unlimited."

"Ya emang, unlimited seumur hidup buat aku."

Satria mulai berdiri, "tunggu di sini ya."

Killa menggercutkan bibir bawahnya,, tampak kesal. "Aku ga boleh ikut ya?"

"Nanti kamu capek."

Killa tersenyum, membuat pola merah di pipinya. Satria hari ini bersikap manis, walaupun dia tau ujung-ujungnya Satria akan kembali kasar padanya. Ya, ia percaya akan hal itu.

Paling penting, dia sedang menikmati hari ini. Hari yang menyenangkan bersama Satria.

***

Ig: deru.hujan



My CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang