34. maaf sekian kali

540 31 3
                                    

Yenaa menyodorkan layar hpnya yang berisi chat dari Killa. Tampak dari raut Yenaa yang kesal.

"Gue masuk," ucap Satria singkat.  Kiki hendak mencegah, namun kaki panjang milik Satria lebih dulu melangkah--tak dapat dicegah.

"Takutnya Satria di usir om Geni," ujar Yenaa khawatir.

"Yuko juga pasti di rumah kan?" Tanya Hary, Yenaa mengangguk. Yuko memang jarang keluar malam. Kecuali ada urusan mendadak.

Dengan mental yang kuat, Satria memencet bel rumah Killa. Berharap gadis yang ia harapkan itu keluar dengan wajah yang ceria seperti biasanya.

"Yuko, ada tamu di depan."

"Bentar Bun."

Yuko kembali menaruh komik yang sedang ia baca, dan berjalan ke arah pintu.

"Ternyata setan itu beneran ada, tau-taunya udah nongol," sindirnya setelah melihat tampang Satria di teras rumah.

"Killa mana?" Tanya Satria tanpa merasa bersalah. Ke dua temannya menepuk jidatnya pasrah, tidak tau harus bagaimana mengajari Satria sikap yang baik dan benar.

"Hai kak Yuko," sapa Yenaa, Yuko tidak terlalu merespon Yenaa. Hanya tersenyum yang dipaksakan.

"Kalian pulang."

"Lo siapa nyuruh-nyuruh?" Tampang Satria sangat datar. Bahkan terlihat sangat tidak bersahabat.

Rahang Yuko tampak mengeras, rasanya setiap melihat wajah Satria ia ingin memukulnya berkali-kali.

"Siapa ribut-ribut di luar?"

Wajah Hary dan Kiki seketika berubah, mendengar suara laki-laki dewasa dari dalam rumah.

"Nyari Killa Ayah."

"Yasudah suruh aja mereka masuk."

"Tap--"

"Tidak baik diluar."

Dengan berat hati Yuko bergeser dari semula yang menutupi jalan masuk.

"Wah rame ya," ujar Reni--bunda Killa yang membawa satu cangkir teh hangat.

"Duduk dulu," perintah Geni.

Dengan kaku, mereka duduk di sofa ruang tamu. Ini pertama kali Satria duduk di sofa rumah milik Killa. Di dinding rumah ada beberapa foto Killa mulai dari ia bayi, balita, hingga remaja. Ada juga diantaranya foto ia bersama Yuko.

"Killa tidak mau turun, makan juga tidak mau," ucap Geni membuka pembicaraan.

"Ya emang, noh Yah. Gara-gara cowok brengsek."

Geni yang tadi menyeruput teh manis buatan istrinya tiba-tiba tersedak.

"Jadi dia? Kenapa diijinkan masuk?!"

"Ayah tadi yang nyuruh," ucap Yuko polos.

"Jalan keluar ada di sebelah sana."

Geni berdiri, menatap Satria dengan tatapannya yang tajam.

Dengan enteng Satria berdiri. "Saya gak akan pulang, sebelum Killa turun."

"Brengsekkk!!!"

Bughhh...

Jika bisa dihitung, itu adalah pukulan kesekian kalinya dari Yuko untuk Satria. Setiap Satria berbicara dengan entengnya, Yuko ingin sekali membunuh Satria di tempat itu juga.

"Gue udah kebal."

"Sebelum saya marah, saya harap anda keluar sekarang juga."

"Seperti yang saya bilang tadi om, saya tidak akan pulang," jawab Satria tidak mau mengalah.

My CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang