"Sagita."
Merasa ada yang memanggil namanya,akhirnya ia balik badan untuk melihat siapa yang memanggil namanya tadi.
Dan ternyata yang memanggil namanya tadi itu Arvin."tumben banget kamu panggil aku dengan nama depan." Ucap Gita.
"Lebih baik kita duduk dulu,gue mau ngomong sesuatu dan ini penting!"
Mereka berdua duduk saling berhadapan,Gita sedang menunggu Arvin berbicara."mau ngomong apa?"
Arvin menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal."gue..." kalimatnya sempat menggantung,karena Gita sendiri melihat Arvin yang sedang gugup.
"Iya,kenapa?"
"Gue..."
"Kenapa,Vin?kamu gak papa,kan?" Tanya Gita khawatir.
Tentu Arvin merasa baik,cuma hatinya saja yang sedang tidak baik."enggak gue gak papa kok,gue sehat-sehat aja."
"Kalau gak papa,kenapa kayak gugup gitu?terus kaya keringetan juga?"
Arvin mengelap keringat didekat pelipisnya."gue kepanasan."
Gita mengernyit bingung."panas?ini masih pagi,Vin." Gita tertawa saat mendengar ucapan Arvin.
"Gita,gue mau ngomong sesuatu dan ini penting!"
"Iya aku dengerin,yaudah kamu ngomong aja."
Sebelum berbicara,Arvin menghela nafas sebentar kemudian ia berkata."gue cuma mau bilang,kalau gue..."
"Kalau gue apa,Vin?"
"...kalau gue suka sama lo,Git."
Sontak Gita kaget mendengar pernyataan Arvin."kamu lagi gak bercanda,kan?"
Arvin menggeleng."enggak."
"Aku emang suka kejutan,tapi gak kayak gini juga,Vin."
Arvin memegang kedua bahu Gita,sambil menatap kedua matanya agar Gita percaya kalau yang baru saja ia katakan benar dan tulus dari hati."gue serius suka sama lo!"
"Sejak kapan kamu mulai suka sama aku?"
"Ya---gue gak tahu sejak kapan gue mulai suka sama lo,tapi yang perlu lo tahu kalau perasaan ini jelas untuk lo,Gita." Jelas Arvin.
"Elo mau gak jadi pacar gue?" Ucap Arvin dengan tegas.
Gita masih tidak percaya dengan ucapan Arvin tadi."ini gak lucu sama sekali,Vin."
"Gue benar-benar serius sama ucapan gue yang tadi."
"Mendingan kamu pergi kekelas kamu aja,aku juga mau masuk kekelas,nih." Gita mengalihkan pembicaraan.
"Hmmm...tapi,Git?"
"Nanti kita omongin lagi aja,ya."
Dengan berat hati Arvin hanya mengangguk sebagai jawaban untuk Gita."gue tunggu jawaban lo,ya.semoga jawabannya sesuai dengan harapan."
"Kita lihat saja nanti." Jawab Gita.
Mereka berdua masing-masing masuk kedalam kelasnya,karena bel masuk sudah berbunyi dan siap untuk belajar dijam pelajaran yang pertama.
***
Selamat membaca🙂
Jangan lupa vote dan comment❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGITA (SELESAI)
Teen Fiction(Sequel Aruna #1) "Kamu adalah ilusi yang saya harapkan." mereka pernah menyukai seseorang yang sekarang sudah menjadi milik orang lain. akhirnya, dengan berat hati,mereka berdua mengubur masa lalunya dalam-dalam, melanjutkan kehidupan selanjutnya. ...