Gita menengok kebelakang dan mendapati suaminya yang sedang tidur terlelap sambil memeluk pinggangnya dengan sangat erat. Dengan sangat hati-hati, ia melepas pelukannya yang berada dipinggangnya. Kemudian ia mencepol asal rambutnya lalu turun dari ranjang menuju dapur. Rencananya ia ingin membuat sarapan nasi goreng. Entah kenapa ia ingin sekali memasaknya. Pasti enak rasanya, begitu pikir Gita. Sebelum ia benar-benar pergi, ia membuka lemari lalu menyiapkan baju kantor Arvin yang nanti akan dipakai.
Wanita itu membuka kulkas untuk melihat bahan makanan yang akan ia olah menjadi makanan yang lebih nikmat. Ia memilih untuk memasak nasi goreng tanpa kecap, ia pikir akan lebih nikmat bila tanpa kecap. Padahal dirinya itu sangat suka nasi goreng pakai kecap.
Selesai dengan masakannya yang sudah tersusun rapi dimeja makan, ia membereskan rumah mulai dari nyapu, ngepel, dan membersihkan debu. Gita sendiri yang meminta untuk tidak memakai jasa asisten rumah tangga, ia pikir, itu membuat dirinya menjadi merasa bosan dengan tidak adanya aktivitas yang membuat dirinya tidak melakukan apa-apa. Untung saja Arvin mau menuruti permintaannya.
Tak lama kemudian ia melihat suaminya yang turun kebawah dengan keadaan yang jauh lebih segar saat mandi dan memakai baju pilihannya yang sudah ia siapkan sebelum masak. Arvin hanya memasang wajah datar, salah satu kebiasaannya setelah bangun tidur langsung mandi tanpa mau menunggu nyawanya kumpul.
"Selamat pagi," sapa Gita.
"Selamat pagi juga," jawab Arvin.
Gita menghampiri suaminya yang masih belum sepenuhnya sadar. Lalu menggiringnya ke meja makan untuk sarapan bersama. "Kamu mau sarapan?" Arvin mengangguk. Tapi sebelum ia memberikan makanannya, ia memilih untuk memberikan segelas air putih untuk diminum sama suaminya.
"Tumben nasi gorengnya gak pakai kecap?" Tanya Arvin ragu-ragu. Setahu Arvin, Gita itu tipe orang yang suka sekali sama nasi goreng yang pakai kecap. Tapi sekarang kenapa istrinya itu malah memasak nasi goreng tanpa kecap?
"Aku lagi mau masak ini, gak papa, kan?" Gita menunduk sambil meremas ujung daster yang ia pakai. Sebagai seorang suami, justru ia sangat menghargai usaha istrinya. Dengan sabar, Arvin mengelus bahu sang istri yang duduk disampingnya. "Gak papa dong, apapun yang kamu masak, pasti aku makan." Diakhir ucapannya menampilkan senyum lebarnya.
Mata Gita berbinar. "Kamu gak marah? Kalau kamu gak mau makan gak papa gak usah dimakan, nanti aku buatkan sarapan yang lain," Arvin menggeleng sambil menghapus jejak air mata sang istri. Semenjak hamil, istrinya itu lebih sensitif hatinya. Kadang ia sendiri dibuat bingung dengan sikap sang istri yang kadang suka marah, cemburu, nangis, dan hal-hal yang lain membuat dirinya kewalahan untuk mengatasi mood istrinya yang suka berubah-ubah.
"Kenapa harus marah? Lagipula nasi goreng buatan kamu rasanya tetap enak, cuma beda penampilannya aja." Kemudian tangan Arvin menyentuh perut sang istri yang mulai membuncit. "Ini pasti permintaan si dedek, kan?" Gita mengangguk polos. Mengenai Gita, ia sedang mengandung anak pertama yang sudah berusia lima bulan. Saat Arvin mengetahui kalau istrinya itu sedang mengandung justru dia yang paling antusias menyambut sang buah hati, Gita sebagai seorang istri hanya bisa ikut bahagia dan terharu saat menyaksikan sendiri betapa antusiasnya Arvin saat tahu dirinya akan menjadi seorang ayah. Mereka berdua masih tidak mau mengetahui jenis kelamin anaknya. Biar jadi kejutan saja. Mereka pikir mau laki-laki atau perempuan nantinya sama saja. Yang terpenting, mereka sangat menyayangi anak yang akan segera lahir dalam beberapa bulan ini.
"Kamu gak mau makan?" Tanya Arvin. Sebagai jawabannya, wanita itu menggeleng. "Lagi gak kepengen, mas." Wanita itu memberikan sepiring nasi goreng pada suaminya. Padahal sebelum ia berencana untuk membuat nasi goreng tanpa kecap sudah membuatnya ngiler. Tapi entah kenapa saat masakan itu sudah matang, mendadak nafsu makannya hilang.
"Kamu jangan terlalu capek, ya. Aku gak mau lihat kamu sakit lagi, kasihan kamu dan anak kita. Aku gak tega liatnya." Arvin sangat mengkhawatirkan keadaan sang istri. Bagaimana tidak? Dokter bilang kandungan Gita sangat lemah dan itu sangat berbahaya bagi janin yang ia kandung. Maka dari itu, sikap protektif dan posesif nya itu membuat istrinya menghela nafas sabar.
Perlahan ia menyentuh tangan sang suami. "Iya aku tahu, kamu gak usah khawatir, ya." Gita selalu memberikan ketenangan pada sang suami yang selalu mengkhawatirkan dirinya. Ia tahu kalau niat Arvin sangat baik demi kepentingannya juga.
"Kamu kepengen makan apa? Nanti pulang kantor aku belikan." Gita sempat berfikir kemudian ia menggeleng pelan. "Aku lagi gak mau apa-apa."
Arvin menghembuskan nafasnya perlahan. "Yasudah kalau gitu aku berangkat dulu, ya." Arvin meneguk air putih yang ada digelas hingga kandas, lalu ia beranjak dari tempat duduknya. Gita mengikuti langkah Arvin untuk mengantarnya sampai garasi mobil.
Berbicara tentang kehidupan Arvin. Sekarang dia sudah resmi menjadi pemegang perusahaan di Bandung yang diberikan ayahnya untuknya. Setelah menikah, ia memutuskan untuk membawa istrinya tinggal disana. Dengan rumah yang mewah dan pastinya kenyamanan sang istri merupakan prioritas utama untuknya.
Sebelum berangkat, rutinitas Arvin yang selalu ia jalankan dipagi hari sebelum berangkat kekantor. Ia berjongkok kemudian mendekatkan kepalanya dengan perut Gita. "Anak ayah jangan nakal ya, baik-baik disana. Jangan buat bunda sakit, ya. Ayah kerja dulu, nanti kalau kamu sudah lahir, kita bisa main bersama. Ayah janji gak lama kerjanya, nanti sore ayah pulang." Ucap Arvin sambil menyentuh perut Gita yang nampak membuncit. Senyum Gita mengembang, salah satu moment yang Gita sukai. Sebelum Arvin meninggalkan rumah, Gita mencium punggung tangan suaminya. Kemudian ia kembali masuk kedalam rumah untuk beristirahat. Ia masih ingat betul pesan suaminya itu. Dan ia juga tidak mau membahayakan anaknya karena dirinya yang begitu ceroboh. Pekerjaan rumah juga sudah selesai, waktunya kembali istirahat agar tubuh tidak terlalu lelah. Perlahan mata Gita tertutup dan mulai memasuki alam mimpi.
***
Tolong hargai dengan memberikan vote dan comment.
Happy reading♡
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGITA (SELESAI)
Teen Fiction(Sequel Aruna #1) "Kamu adalah ilusi yang saya harapkan." mereka pernah menyukai seseorang yang sekarang sudah menjadi milik orang lain. akhirnya, dengan berat hati,mereka berdua mengubur masa lalunya dalam-dalam, melanjutkan kehidupan selanjutnya. ...