bab 20

359 24 1
                                    

Setelah selesai menerima panggilan Bara, Gita kembali kehalaman belakang yang dilihat hanya Arvin saja. Kemanakah Arvano? Bisakah ia berdua saja bersama Arvin?

Tanpa merasa bersalah. Gita kembali duduk dibangku kayu yang terdapat dihalaman belakang. Mereka berdua duduk berdampingan dan ditengah-tengah ada meja kecil yang menjadi pembatas diantara mereka berdua.

"Ekhem... itu tadi telfon dari pacar kamu, ya?" 

Gita menoleh sambil meremas ujung kaosnya saking gugupnya. "Nggak. Cuma teman."

Arvin melipat tangannya didepan dada. "Lebih dari teman kali," celetuk Arvin.

"Nggak. Cuma sekedar teman, gak lebih."

Arvin manggut-manggut. "Kamu kesini sama tante elsa, ya?"

"Iya. Vano kemana?" Gita masih mencari keberadaan Arvano.

"Dia bilang mau makan. Ikut kekamar aku yuk." Ajak Arvin.

Gita terkejut. Pikirannya mulai mengawang kemana mana. Melihat raut wajah Gita yang panik sudah membuat Arvin paham. "Jangan mikirin yang macem macem. Aku mau ajak kamu main aja kok." Gita mengangguk dan mengekor dibelakang Arvin.

***

Sampai dikamar Arvin, Gita duduk dikarpet bulu berwarna abu-abu. Kamar Arvin lebih cenderung warna gelap, tidak terlalu mencolok. Buktinya warna abu-abu dipadukan bersama warna putih membuat kesan kamar itu begitu damai.

"Kamar lo isinya buku semua? Ini gak salah nih?" Celetuk Gita saat melihat banyak rak buku yang sudah berisi buku-buku yang tentunya hanya beberapa yang Gita tahu.

Arvin terkekeh. "Iya itu punya aku. Kenapa? Ada masalah gitu?"

Gita menganga. Menggeleng tidak percaya, masih ada orang yang seperti Arvin yang suka baca buku. "Ya gak salah sih. Apa mata lo gak capek baca terus?"

"Nggak, udah biasa."

Arvin memberikan stik ps kearah Gita. Ia pun hanya diam sambil menatap stik pemberian Arvin. "Ini apaan?"

"Stik ps. Kita main bareng."

"Elo pikir gue bisa mainnya gitu? Gue gak mau!" 

"Dicoba dulu, kalau gak dicoba mana bisa."

"Gak mau. Mending gue baca buku deh."

Arvin menarik tangan Gita. "Sini aku ajarin."

"Gak mau. Lo aja sendiri main." Acuh Gita.

Saat Gita duduk dikursi yang tersedia dimeja belajar, tiba-tiba pandangan ia tertuju pada salah satu foto yang dibingkai berada dimeja belajar Arvin. Ya, ia tidak mungkin salah lihat, foto itu salah satu moment yang mereka abadikan saat mereka berada disekolah. Foto mereka saat memakai baju seragam sekolah. Gita tidak tahu maksud Arvin memasang foto itu dengan tujuan apa? Tapi yang jelas, dirinya bahagia, setidaknya Arvin masih menyimpan foto itu dengan baik. Diam-diam Gita menahan senyumnya. Bisa-bisanya ia kembali baper dengan hal yang sepele?

"Gitaaaa..." panggil Arvin yang sedang asik bermain ps.

Tidak ada sahutan.

Buru-buru Arvin menyelesaikan permainannya agar bisa melihat Gita yang sedang melakukan apa sampai ia memanggilnya pun tidak dijawab.

Arvin mengampiri Gita yang sedang duduk dikursi meja belajarnya. "Hei... kamu ngapain disini?"

Gita tersadar dari lamunannya. "Ah-enggak kok... ini gue lagi pengen belajar." Bohong Gita.

"Sejak kapan kamu jadi ambisius?" Selidik Arvin.

Gita menggaruk kepalanya. "Salah emang?"

"Jujur deh... kamu lagi ngapain, hm?" Arvin berkacak pinggang layaknya ibu yang sedang mengintograsi anaknya.

SAGITA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang