Dijam istirahat,Arvin tidak melihat Gita yang biasanya ada bersama Dira.tadi pagi Arvin tidak berangkat bareng Gita karena ia pikir Gita akan berangkat sendiri tanpanya.
Arvin merutuki kebodohannya karena masih saja mengikuti ego -nya sendiri.akibat mengikuti ego-nya sendiri ia jadi khawatir tentang Gita.
Mereka berdua memang sudah menjadi sepasang kekasih,tapi sikap mereka berdua yang masih seperti biasa layaknya orang yang belum pacaran,sama-sama mengikuti ego-nya.
Tanpa babibu lagi,Arvin sudah berada dihadapan Dira."Dira," panggil Arvin yang diangguki oleh Dira."iya,Vin?"
"Ehm...Gita kok gak bareng sama lo,ya?" Memperhatikan sekelilingnya,benar tidak ada Gita.
Bukannya menjawab pertanyaan Arvin,Dira malah diam saja.Arvin yang paham dengan ekspresi Dira langsung bertanya."kenapa,Ra?"
"Elo gak tahu tentang Gita?pacar macam apa lo gak tahu tentang pacarnya sendiri." Semprot Dira.
Arvin mengakui kalau ia bersalah,tapi Arvin berpikir juga ini bukan kesalahan dia sendiri,melainkan ini kesalahan mereka berdua."Gita kenapa,Ra?" Tanya Arvin setenang mungkin.
Dira hendak pergi dari hadapan Arvin sekarang juga,rasanya ia ingin mencakar wajahnya Arvin karena ia sendiri sudah gregetan dengan sikapnya yang seperti itu."elo mau kemana?" Cegah Arvin.
"Gue mau kekantin."
"Jawab pertanyaan gue dulu," pinta Arvin.
"Gita sakit,PUAS?!"
Arvin tersentak kaget mendengar jawaban Dira."elo lagi gak bercanda,kan?"
"Enggak,Vin.lo tuh gimana sih masa Gita sakit aja lo enggak tahu?" Mungkin saking gemasnya Dira menjambak rambut Arvin.
"Aduh-awww---sakit,Ra." Ringis Arvin.
"Sakit kan lo?ini balasan karena udah pernah buat sahabat gue nangis cuma gara-gara lo."
Arvin membiarkan Dira menjambak rambutnya sampai puas,mungkin ini balasan karena sudah berani membuat Gita menangis.
"Dira...please...sakit tahu dijambak sama lo,"
"Enggak mau." Jawab Dira.
"Kalau lo gak mau lepasin nanti gue bilangin sama Azzam nih," ancam Arvin.
"Lagian lo bikin orang kesal aja sih," untung saja mereka masih dilorong koridor,kalau mereka sedang berada dikantin---bisa jadi seisi kantin menjadi heboh karena melihat pertengkaran antara Dira dan Arvin.
Dira melepaskan jambakannya dari rambut Arvin.jujur saja ia tidak tega melihat Arvin yang seperti itu,tapi mau bagaimana lagi kalau Dira ingin membalas perbuatan Arvin terhadap Gita.
"Kalau gitu gue mau balik kekelas lagi," ucapan Arvin berhasil membuat Dira terkejut."bukannya lo mau kekantin,ya?"
"Tadinya sih gitu,tapi dengar Gita lagi sakit---gue jadi males makan." Ucapan Arvin berhasil buat Dira merasa bersalah karena sudah menjambak rambut Arvin."gue kira lo gak peduli sama Gita---eh ternyata lo lebih peduli dari yang gue kira,"
Arvin tersenyum."sedingin-dinginnya gue,gue tetap memperhatikan pacar gue sendiri,Ra."
"Maaf atas perlakuan gue yang tadi,"
"Gak masalah,gue paham gimana rasanya ketika sahabat lo nangis dihadapan lo dengan orang yang sama membuat sahabat lo jadi sedih."
"Lo benar nih gak mau kekantin?atau gue minta sama Azzam aja buat bawain makan kekelas lo,mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGITA (SELESAI)
Teen Fiction(Sequel Aruna #1) "Kamu adalah ilusi yang saya harapkan." mereka pernah menyukai seseorang yang sekarang sudah menjadi milik orang lain. akhirnya, dengan berat hati,mereka berdua mengubur masa lalunya dalam-dalam, melanjutkan kehidupan selanjutnya. ...