bab 4

711 34 0
                                    

Sepertinya ada yang sedang menagih janjinya dengan seseorang dan kini Arvin sudah berada didepan kelas Gita.sambil menunggu Gita akhirnya ia memutuskan untuk menyender ditembok sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya.

Satu persatu yang keluar dari kelas Gita selalu Arvin perhatikan.baru juga Arvin mau menghampiri Gita yang masih didalam kelas,tapi tiba-tiba Gita sudah berada didepan pintu kelas."kok kamu disini?kamu mau ngapain?" Dengan polosnya Gita bertanya seperti itu.

Arvin memutar bola matanya dengan malas."lo lupa kalau lo punya janji sama gue?"

Gak mungkin aku lupa yang berhubungan tentangmu,Vin.batin Gita.

Gita terkekeh."iya aku ingat kok,kamu nunggu aku dari tadi,ya?"

Arvin berdehem pelan sambil menyampirkan tas ranselnya."hm."

"Seharusnya gak perlu nunggu seperti itu,biar aku aja yang nunggu kamu atau gak aku aja yang nyamperin kamu."

"Gue lapar,nih." Arvin mengalihkan pembicaraan.

"Kalau begitu ayo kita makan." Ajak Gita yang disetujui oleh Arvin dengan anggukkan.

Ketika diparkiran,Gita masih saja diam karena sibuk dengan pikirannya sendiri yang dapat membuat hatinya menjadi gelisah.sampai-sampai Arvin berbicara dengannya ia abaikan begitu saja.

"Gitaaaaaa..." panggil Arvin.

Gita tersadar dari lamunannya."eh-iya,kenapa?"

"Sini deh," Gita mendekat kearah Arvin,ketika Gita sudah dekat jaraknya dengan Arvin,Arvin langsung memakaikan helm dikepala Gita.

Yang dilakukan Gita hanya diam saja karena dari tadi jantungnya berpacu lebih cepat,mungkin saking gugupnya.

"Jangan melamun terus." Tegur Arvin.

Ucapan Arvin berhasil membuat Gita menjadi gugup kembali.

Lo gak boleh gugup didepan Arvin,Git.batin Gita.

Sesampainya ditempat makan yang disarankan Gita,Arvin langsung duduk ditempat yang sudah tersedia sedangkan Gita lagi memesan makanan yang akan mereka makan.

"Kita makan apa,Git?"

"Kamu gak tahu?" Arvin menggeleng pelan."kita makan ketoprak."

Arvin sempat mengernyit bingung sambil melihat jalanan yang nampaknya begitu ramai."kenapa harus makan disini,Git?"

Gita paham dengan ucapan Arvin,karena dari tadi Arvin hanya menyetujui usulannya tanpa niat bertanya."tenang aja Vin makanan disini higienis,kok."

"Maksud gue bukan gitu,tapi kenapa lo pilih makan dipinggir jalan?kita bisa makan ditempat lain,Git."

Gita tersenyum."aku sering mampir makan disini sehabis membeli buku ditoko buku,hmmm...nanti kamu cobain dulu pasti kamu suka."

Arvin berusaha untuk menerima usulan Gita.apa salahnya ia mencoba?siapa tahu saja ucapan Gita benar juga.

Pesanan mereka berdua sudah ada dihadapan mereka.Arvin sedang mencoba makanan yang belum pernah ia makan,sedangkan Gita masih menunggu jawaban dari Arvin."gimana menurut kamu?enak gak?"

Arvin tersenyum."Hmmm...enak Git makanannya." jawab Arvin dengan sepelan mungkin tapi masih bisa didengar oleh Gita.

Gita bernafas lega."syukurlah,tapi maaf ya gara gara aku----kamu jadi makan yang kamu kurang suka.gak enak ya?atau kita pindah tempat makan aja,yuk?kali ini kamu aja yang saranin,deh." Ucap Gita dengan nada bersalah.

Arvin menaruh piringnya diatas meja,kemudian ia memegang kedua bahu Gita."dengarin gue...gue suka kok sama makanan yang lo usulin ini.makasih berkat lo---gue jadi bisa menikmati makanan selezat ini." Diakhir ucapannya Arvin tersenyum.

SAGITA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang