Arvin yang sedang bersiap untuk pergi keacara perpisahan sekolahnya. Tangan kirinya masih belum sembuh, berkat bantuan arm sling atau penyangga lengan patah. ia berhasil membujuk sang bunda untuk tetap datang. Padahal hari ini yang selama ini ia nantikan. Setelah acara ini, ia akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Untuk bisa meraih mimpinya.
"Wah... tampan sekali anak bunda," Arvin menatap sang bunda yang sudah bersiap sebelum ia membantu dirinya. "Makasih bunda." Aruna mengelus pelan kepala anaknya dengan sayang.
Dalam hatinya Aruna terharu melihat kondisi anaknya. Ia jadi teringat masa mudanya yang tidak mungkin ia lupakan. Apalagi saat bertemu dengan sang suami yang tak lain adalah Alvino. Sama sekali gak pernah nyangka kalau laki-laki yang selalu membuatnya jengkel setiap hari sudah menjadi ayah dari dua anak.
"Bunda gak nyangka kamu udah sebesar ini, perasaan waktu itu kamu masih digendong-gendong sama nenek - kakekmu," Arvin yang paham pun langsung mendekap tubuh sang bunda. Meski tangan kirinya terbalut dengan arm sling atau penyangga lengan patah.
Tidak membuatnya kesusahan untuk memeluk sang bunda. "Bunda jangan sedih dong. Aku jadi ikutan sedih.""Suatu saat nanti kamu akan menikah. Memiliki keluarga kecil yang manis. Selalu menantikan kamu pulang kerja, dan melayanimu dengan sepenuh hati."
"Sebenarnya ada yang belum Arvin ceritakan tentang Gita ke bunda," Arvin menghela nafas sebentar. Sebenarnya ia tidak mau mengungkit masa lalu tapi apa daya Arvin kalau masalah ini tidak bisa ia terus sembunyikan. "Ada apa dengan Gita, Vin?"
"Sebenarnya orang yang paling bersalah tuh aku, Bun. Karena aku Gita jadi menderita. Aku yang terlalu bodoh dan egois. Aku terlalu acuh sama perasaan Gita yang ternyata menyimpan rasa sama aku dari kecil. Aku gak paham sama dia yang selalu mencari-cari celah untuk buat aku kesal, tapi dia sama sekali gak pernah menyerah sama sikapku," bahu Arvin bergetar. Ia menyadari kesalahannya.
Aruna mengelus punggung anaknya. Ia sendiri tidak tahu tentang masalah anaknya. "Kamu tenang dulu, kamu ceritakan masalahnya dari awal, ya."
"..... bunda tahu Dinka kan? Perempuan yang pernah aku ceritakan? Salah satu perempuan yang memikat hatiku?" Aruna mengangguk. "Iya bunda tahu, lalu apa masalahnya?"
"Saat ini Dinka sedang mengandung anak Bara. Laki-laki itu sahabat kecil Gita yang ternyata memiliki perasaan sama Gita. Gita begitu syok saat mendengar ucapan orang rumah Bara saat dia kerumah Bara, kebetulan saat itu aku sendiri yang menemani Gita kesana. Ternyata Bara dan Dinka saat itu sedang melakukan tunangan. Dari situ Gita begitu rapuh, aku kira dia gadis yang begitu kuat. Tapi kali ini aku menjadi laki-laki yang gak berguna bagi Gita. Dia nangis dihadapanku, aku gak bisa lihat dia sedih, Bunda...."
Aruna tidak menyangka saat mendengarkan cerita anaknya. Disatu sisi ia melihat ketulusan dari mata anaknya. Disisi lain, derita Gita lebih berat. Ia tidak tahu gimana bisa gadis yang selama ini ia sudah anggap seperti anak sendiri begitu kuat menghadapi cobaan ini?
"Bunda benar-benar gak tahu tentang masalah ini, Nak. Kamu yang sabar, bunda tahu kamu merasa bersalah. Gak ada kata terlambat untuk memulainya kembali. Tolong, jangan pernah buat Gita terluka kembali. Jaga dia, bunda tahu kamu pasti tulus menyayanginya." Aruna berdiri dengan menuntun Arvin untuk segera berangkat kesekolah. Sebentar lagi acara perpisahan sekolah akan dimulai. Pagi ini, kedua orang tua Arvin ikut bahagia menemani sang anak. Tanpa kehadiran Arvano yang sedang sekolah, sebenarnya ia mau datang melihat kebahagiaan sang kakak, Arvano bisa apa kalau ia tidak diizinkan untuk bolos sekolah sehari saja.
***
Gadis itu baru menginjakkan kakinya dihalaman sekolah. Lapangan yang begitu luas telah disulap begitu mewah dengan dekorasi yang terlihat sangat indah. Tak lama ia mendengar suara teriakan sahabatnya yang membuatnya terkejut. "Ah gila Ta, kamu cantik banget!" Puji Dira dengan antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGITA (SELESAI)
Teen Fiction(Sequel Aruna #1) "Kamu adalah ilusi yang saya harapkan." mereka pernah menyukai seseorang yang sekarang sudah menjadi milik orang lain. akhirnya, dengan berat hati,mereka berdua mengubur masa lalunya dalam-dalam, melanjutkan kehidupan selanjutnya. ...