bab 16

405 22 3
                                    

"Makan lo dikit banget sih?" Ejek Bara.

Mulut Gita penuh dengan kue bolu yang sedang ia kunyah. "Jangfan vanyak cincong deng," Bara terkekeh sambil melanjutkan makan disuapan terakhir. "Kunyah dulu tuh kue, baru ngomong."

"Enak gak kuenya yang lo makan tadi?"

Gita mengangguk setuju. "Iya enak. Lo beli dimana?"

Bara menoleh sambil menyaksikan Gita yang sedang menghabiskan kuenya yang masih tersisa dipiring plastik. "Ini bikinan mba gue. Namanya anggia,"

Mendengar namanya cukup asing hingga banyak pertanyaan yang Gita ingin sampaikan tapi kembali ia urungkan. "Lo punya kakak?" Bara mengangguk. "Punya. Waktu kecil dia gak tinggal bareng sama mami,papi dan gue disini, dia tinggal sama nenek gue dari orang tua papi gue. Tapi gak lama dari itu gue sekeluarga ikut papi keluar negeri buat urus pekerjaannya. Cukup lama gue gak ketemu sama mba gue. Akhirnya gue dan keluarga balik lagi kesini karena papi gue udah selesai tentang kerjaannya... semenjak mba gue udah menyelesaikan kuliahnya... dia disuruh balik sama mami untuk tinggal sama-sama lagi."

Mulut Gita hanya membentuk huruf O. Seakan paham yang baru saja Bara katakan. "Tapi kok tadi kita gak lihat mba anggia disini,ya?"

"Mungkin dia lagi gak diruang tamu. Nanti lo bakal ketemu sama dia. Asal lo tahu, dia itu mirip banget sama gue. Ya anggap aja kembaran gue tapi versi ceweknya." Gita terkekeh. "Parah lo!"

Bara berdiri dari tempat duduknya membuat Gita mendongak. "Lo mau ngapain?"

"Gue mau cuci tangan sama ambil minum. Lo mau ikut?" Gita bergidik ngeri. "Hilih. Cuci tangan aja segala ikut."

"Yakali aja lo mau ikut. Takut gue hilang dan mungkin akan ninggalin lo disini sendirian." Perkataan Bara sukses membuat Gita ketakutan. "Jangan ngomong gitu lagi! Gue gak suka." Ucapnya dengan nada yang begitu datar.

Bara menanggapinya hanya sekedar lelucon tapi disatu sisi hati kecilnya merasa bersalah karena sudah membuat Gita bersedih. "Sorry. Gue gak bermaksud buat ngomong gitu." Lagi-lagi Gita memakluminya.

Saat ini Gita duduk dibangku teras yang terlihat sepi dan kosong. Wajar sih. Karena semua tamu sedang berada didalam. Angin malam yang berhembus kencang membuat dirinya menjadi damai untuk malam ini. Sejenak, melupakan semua permasalahan cintanya yang begitu rumit. Mungkin, ini salah satu cara untuk membahagiakan dirinya sendiri.

Gita terkejut mendengar suara yang berasal dari sampingnya. Ada seorang perempuan yang wajahnya sekilas mirip dengan Bara. Apa dia salah satu saudara Bara?

"Kenalin nama gue Anggia. Kakak kandungnya Bara." Perempuan tersebut mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan gadis yang dibawa Bara keacara ulang tahun neneknya.

Buru-buru Gita membersihkan tangannya karena sehabis makan kue bolu. Takut kotor. "Sagita,Kak."

"Panggil gue mba anggia aja." Gita mengangguk paham. Benar kata Bara, anggia itu kembaran Bara versi ceweknya.

"Tapi kenapa Bara manggil lo dengan sebutan Athalla?" Gita menggaruk tengkuk lehernya. "Sama aja kok,kak. Sagita Athalla, itu udah termasuk nama lengkap."

Anggia tersenyum menanggapi jawaban polos dari Gita. "Lo lucu. Pantes Bara suka!"

Gita memastikan kalau telinganya ini masih berfungsi dengan baik. "HA?GIMANA MBA? KOK GUE GAK NGERTI,YA?" Anggia mengubah posisinya menjadi menghadap kearah Gita. "Lo emang gak akan pernah tahu tentang perasaan Bara ke lo. Tapi coba lo rasain gimana sikap dia ke lo. Gue rasa tanpa gue bilang pun lo udah cukup mengerti."

Angin yang tadinya membuat dirinya menjadi damai, kini berganti menjadi angin yang datang membuat dirinya dilanda bimbang. Dengan berbagai banyak pemikiran yang tersusun rapi dikepala. "Akhirnya kalian berdua bisa bertemu lagi. Lo teman masa kecilnya Bara,kan? Yang sering disebut-sebut athalla?" Gita mengangguk. "Iya,mba. Kok mba anggia,tahu?"

SAGITA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang