Begitu riuh dilapangan hingga Gita harus rela nonton sambil berdesakan ditengah lapangan. Selesai ujian sekolah, biasanya sekolahnya selalu mengadakan classmeeting. Seperti saat ini sekolahnya sedang mengadakan lomba antar kelas. Kebetulan ada salah satu perwakilan kelas Gita yang mengikuti lomba basket. Mau tidak mau, Gita harus menonton teman sekelasnya itu. Bentuk solidaritas bersama.
Banyak juga yang meneriaki para cowok yang terkenal disekolah ini. Dan Gita tidak heran dengan teriakan suara-suara yang tengah membuat telinganya sakit.
Gak habis tuh suara. Pikir Gita.
Dira tersenyum senang saat melihat kekasihnya sedang bermain basket. Gita yang menyadarinya pun hanya tersenyum sekilas.
Tiba-tiba tenggorokan Gita terasa begitu haus. Ia lupa kalau minumnya habis. "Ra, aku kekantin bentar ya mau beli minum," Dira mengengok. "Mau aku temenin gak?"
Gita menggeleng cepat. "Gak perlu, bentar doang," Dira mengacungkan jempolnya. "Oh oke jangan lama ya,Ta," Gita hanya menjawab dengan anggukan saja.
Setelah ia menginjakkan kaki dikantin, ia langsung membeli sebotol air mineral di kantin Bu ida, salah satu warung yang paling lengkap. "Makasih ya,Bu." Bu ida mengangguk. "Sama-sama,Neng."
Gita tidak langsung kembali kelapangan, kakinya begitu pegal saat berdiri diwaktu yang cukup lama hingga ia baru menyadarinya saat ini. Ia duduk dibangku kayu yang panjang, kedua tangannya memijat pelan bagian kaki yang terasa pegal.
Kantin terlihat begitu sepi. Wajar aja sih, kan semua murid lagi ada dilapangan untuk menonton pertandingan basket.
Pandangannya berganti menjadi kaget saat melihat sosok yang dulu ia inginkan berubah menjadi sosok yang paling menyakitkan baginya. "Lo ngapain disini?seharusnya lo ada dilapangan," tanya Gita.
Arvin membantu Gita untuk memijat kakinya. Gita menepis tangan Arvin agar menjauh dan Arvin menurutinya. Sempat terkejut dengan bahasa yang baru saja Gita ucapkan tadi. Gue-elo? Biasanya kan aku-kamu?
Sebelum ia berbicara, alangkah baiknya ia berniat untuk mengajak Gita ngobrol sebentar. Sudah lama ia tidak melihat gadis tersebut. "Ayo aku antar kamu ke uks."
Gita tidak menjawab. Arvin mengurungkan niatnya. Ia membuka air mineral yang masih di segel kemudian memberikannya ke Gita. "Nih minum," mau menerimanya ragu, tapi tenggorokan ini terasa haus hingga ia menerima pemberian Arvin. Lagi pula sebotol air mineral itu kan miliknya?
"Kamu udah makan belum? Mau aku pesenin apa?" Ujar Arvin yang membuat Gita semakin bingung.
Lo gak boleh terbujuk rayuannya,Ta. Lo udah berhasil melupakan dia. Jangan sampe usaha lo itu sia-sia. Batin Gita.
"Nggak perlu, gue udah kenyang," tolak Gita.
Arvin manggut-manggut seolah mengerti. Mereka berdua saling diam. Masih sama-sama sibuk sama pemikirannya sendiri. "Denger-denger lo lagi deket sama anak sekolah lain,ya?" Ujar Arvin.
Gita menatap Arvin seolah tidak percaya. "Tahu dari siapa?"
"Gak penting aku tahu dari siapa, apa bener ucapan itu semua?" Dalam hati Arvin berharap kalau ucapannya keliru.
Arvin memegang kedua tangan Gita, buru-buru ia melepaskan dari genggaman Arvin. Tidak! Ia tidak bisa kembali luluh hanya karena sikapnya yang seperti dulu. "Gu-gue mau balik lagi kelapangan."
"Aku minta waktunya." Gita mengurungkan niatnya yang mau kembali kelapangan. "Aku mau kita lupain semua apa yang sudah aku perbuat sama kamu sampai menyakiti perasaanmu. Aku gak bermaksud untuk mengungkit luka lama yang sudah kamu kubur dalam-dalam. Disini aku mau kita seperti dulu tanpa ada yang terlibat dengan perasaan cinta....mungkin hati kita sama-sama belum mantap untuk menetapkannya, tapi biar waktu yang menjawab pertanyaan-pertanyaan aku dan kamu yang masih belum terjawab."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGITA (SELESAI)
Teen Fiction(Sequel Aruna #1) "Kamu adalah ilusi yang saya harapkan." mereka pernah menyukai seseorang yang sekarang sudah menjadi milik orang lain. akhirnya, dengan berat hati,mereka berdua mengubur masa lalunya dalam-dalam, melanjutkan kehidupan selanjutnya. ...