special part (1)

376 31 0
                                    

Pria itu membuka matanya secara perlahan-lahan. Aroma bayi yang baru saja mandi telah menyebar hingga kekamar mereka. Seulas senyum terbit dari wajahnya saat melihat kedua orang yang sedang bercanda kecil membuat hatinya kembali menghangat.

"Haduh... anak ayah udah mandi aja, nih." Arvin mencium seluruh tubuh bayi mungil yang merasa kegelian karena ayahnya yang terlalu bersemangat untuk menciumnya.

"Mas... udah dong, nanti nangis loh anaknya," nasihat Gita masih didengar baik oleh Arvin, tapi tetap saja ia kembali melakukan aktivitasnya seperti semula yaitu mengganggu putri kecilnya yang terlalu lucu menurutnya.

Bayi kecil yang terlihat begitu menggemaskan diberi nama Athalia Arvinsa Aldanie. Ya, Arvin sendiri yang memberi nama anak pertamanya itu. Baginya, nama yang telah ia berikan pada anaknya mengandung makna yang sangat berarti. Bayi yang sudah berusia dua bulan itu sedang menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

Kini pandangan Arvin beralih pada istrinya. Ia melihat dibawah kantung matanya yang menghitam, ia paham kalau istrinya itu terlalu lelah untuk melakukan pekerjaan rumah dan juga mengurus dirinya dan anaknya. Sebenarnya sudah berulang kali Arvin katakan pada istrinya untuk menyewa asisten rumah tangga, tapi berulang kali juga istrinya itu menolak keras. Ia sendiri yang bilang kalau ia menikmati perannya sebagai seorang istri dan ibu sekaligus. Kalau sudah begini, Arvin bisa apa?

Tangan Arvin terulur untuk mengelus pipi istrinya. "Kamu capek, ya?" Tebak Arvin.

"Enggak kok," jawab Gita dengan tenang. "Kamu masih mau ngelak? Aku tahu kamu lagi bohong!" Arvin benar-benar tidak tega melihat istrinya yang tidak terbuka. Padahal dirinya itu sangat menunggu keluh kesah istrinya, ia hanya mencoba untuk memahami segala perasaan Gita.

"Gak papa, mas. Aku senang bisa menjalankan peran sebagai seorang istri dan ibu dalam satu waktu." Wanita itu beranjak dari kasur kemudian menatap jendela yang sudah ia buka untuk melihat pemandangan bersama Athalia yang masih berada digendongan Gita. "Kalau kamu gak mau terbuka sama aku, gimana aku mau bantu kamu untuk meringankan beban kamu, hm?"

"Aku baik-baik aja, percaya sama aku, mas." Meski begitu, Arvin tetap memahami istrinya. Ia merasa kalau istrinya itu sedang berada di titik paling jenuh hingga membuatnya terus melamun. Berbagai cara telah ia lakukan agar bisa meringankan beban pikiran sang istri, lagi-lagi cara itu gagal. Dan kali ini ia tidak akan pernah menyerah untuk memberikan kejutan pada istrinya. Kalau boleh menebak, istrinya itu akan suka dengan hadiahnya.

"Aku udah ambil cuti buat kalian untuk beberapa minggu kedepan. Besok kita pulang ke jakarta, ya? Buat kerumah mama. Aku tahu, kamu lagi kangen kan sama mama?" Gita membalikan badannya dengan mata berbinar lalu duduk ditepi ranjang. "Yang benar, mas?" Walaupun jarak Bandung-Jakarta tidak begitu jauh, tapi Gita tidak pernah mau yang namanya terus terang pada suaminya kalau dirinya itu sedang rindu dengan orang tuanya. Baginya, dimanapun suaminya berada, disitulah dirinya yang selalu siap untuk menemani suaminya.

Arvin mengangguk. "Iya, benar." Gita memeluk Arvin dengan erat. Hatinya begitu lega saat tahu istrinya menyukai kejutannya. "Makasih, mas." Mungkin kata terima kasih sudah sangat berarti bagi Arvin. Ini yang selalu ia inginkan saat melihat wajah bahagia istrinya terpancar.

"Aku mau masak dulu, ya. Kamu jagain Athalia dulu, boleh, gak?" Tanya Gita yang sedang menunggu jawaban sang suami. "Dengan senang hati, sayang." Gita menyerahkan Athalia pada suaminya.

***

"Udah siap semua barangnya?"

Arvin yang baru saja dari ruang kerja, kini ia melihat istrinya yang sedang menutup koper itu. "Udah, mas." Kemudian pandangan Arvin tertuju pada bayi mungil yang sedang tertidur di box bayi yang letaknya tidak jauh dari ranjang mereka berdua.

SAGITA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang