Sesampainya dirumah, Gita lebih memilih untuk masuk kedalam kamarnya. Sedangkan Arvin sedang berada dilantai bawah sambil menunggu urusan bundanya selesai.
Arvin berinisiatif untuk menghampiri Gita. Siapa tahu saja, temannya itu butuh dirinya. Saat Arvin membuka kenop pintu, menampilkan gadis berambut panjang hingga pinggang itu sedang memunggungi dirinya. Ia bisa melihat perlahan bahu gadis tersebut bergetar. Arvin berhenti di ambang pintu, dengan tangan yang terus terkepal kuat. Ia tidak bisa melihat perempuannya menangis.
Laki-laki itu memberanikan diri untuk melangkah maju untuk mendekatkan dirinya pada gadis tersebut yang sedang duduk dikursi meja belajarnya.
Arvin berlutut dihadapan gadis tersebut. Ia menyaksikan sendiri saat gadis tersebut sedang terisak. Wajahnya yang selalu terlihat ceria, kini berubah menjadi murung. Mata yang selalu memancarkan keindahan, kini berubah menjadi kekosongan. Bibir yang selalu memancarkan senyuman, kini berubah menjadi isakan yang mengalun didalam ruangan. Ia tidak bisa menahannya untuk tidak memeluk Gita.
Gadis tersebut masih berada diatas kursinya, sedangkan Arvin berada dibawah yang sedang berlutut dihadapannya. Perlahan Arvin mengelus pelan rambut halus milik Gita. Membiarkan dadanya menjadi sandaran untuk wanitanya. Gita mengeratkan pelukannya, ia tidak bisa seperti ini. Ia harus segera bangkit dari mimpi buruknya.
"Kamu puas-puasin nangisnya, aku tahu kamu kecewa sama Bara. Tapi aku mohon kamu jangan menghukum dirimu sendiri." Mohon Arvin.
Gita memukul dada Arvin. Laki-laki itu tidak merasakan sakit sama sekali saat gadis tersebut memukul dirinya. Karena yang ia tahu hanya kesedihan Gita yang saat ini ia rasakan.
"Kenapa hidup gue begitu menyedihkan, Vin? Barang kali kebahagiaan itu gak akan bertahan lama dihidup gue. Apa gue gak pantes untuk mendapatkan kebahagian itu?" Arvin menggeleng tegas. Perkataan Gita sama sekali gak benar. Wanitanya sedang keliru, ia harus meluruskannya.
"Kamu jangan begitu, aku gak mau lihat kamu sedih."
"Kasih tahu gue... perkataan apa yang keliru hingga akhirnya gue seperti ini? Hidup gue suka banget main-main. Apa lagi kalau urusan perasaan, sama sekali gak bisa buat gue bahagia. Kasihan jadi gue, mulai dari suka sama orang sampai akhirnya satu-persatu perlahan mulai pergi. Asal lo tahu Vin, gue suka sama lo sejak kecil. Perlakuan gue sama lo tuh bukan sekedar perhatian biasa, apa sedikit pun lo gak lihat ketulusan dari mata gue? Tapi satu hal yang perlu lo ketahui kalau gue sama sekali gak pernah nyesal untuk mencintai lo. Walaupun lo gak pernah membalas perasaan gue, setidaknya gue pernah mengisi hari-hari lo dengan berwarna. Tapi sekarang orang yang pernah menjadi cinta pertama lo jadi tunangan sama teman gue sendiri. Bara yang mengajarkan gue kalau keterpurukan gak baik untuk terus dirasakan, dan dia juga yang ngajarin gue kalau cinta gak harus menjadi miliknya."
Arvin mencium kening Gita. Ia menyalurkan rasa sayangnya lewat kecupan di keningnya. "Maaf. Aku terlalu mementingkan egoku sendiri. Aku terlalu bodoh menanggapi soal perasaanmu terhadapku. Aku pikir kamu hanya bersikap seperti itu karena aku selalu mengacuhkan dirimu. Tapi ternyata kamu memang benar-benar menyimpan rasa terhadapku. Aku ada disini, kemana pun kamu berada aku akan selalu ada untukmu. Berikan aku satu kesempatan lagi untuk mengisi hari-harimu menjadi lebih bermakna. Sekali lagi.... maaf." Arvin bisa merasa lebih lega. Untuk yang kesekian kalinya ia terjebak pada moment yang sulit ia selesaikan.
"Lo jahat, Vin. Lo sama sekali gak pernah lihat kebelakang kalau ada seseorang yang mengharapkan kedatangan lo untuk sekedar melihat kalau ada gadis yang sedang menunggu jawaban atas rasa yang telah ia tetapkan pada satu pria. Untuk kali ini.... bolehkah gue menyerah untuk yang kesekian kalinya?"
Arvin terkejut sambil menggeleng cepat. "Jangan! Bantu aku untuk merubah semuanya. Aku yang akan memperbaikinya. Aku butuh bantuan kamu, tetap menjadi Gita yang aku kenal. Jangan pernah pergi lagi, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGITA (SELESAI)
Fiksi Remaja(Sequel Aruna #1) "Kamu adalah ilusi yang saya harapkan." mereka pernah menyukai seseorang yang sekarang sudah menjadi milik orang lain. akhirnya, dengan berat hati,mereka berdua mengubur masa lalunya dalam-dalam, melanjutkan kehidupan selanjutnya. ...