bab 10

524 26 0
                                    

Sesuai dengan janji Arvin kemarin,tepat sepulang sekolah ia akan mampir sebentar ke Caffe dekat sekolah.lebih tepatnya hari ini ia akan bertemu dengan seseorang yang berhasil membuatnya jatuh hati yang tak lain adalah Dinka.

Arvin menemui Dinka tanpa sepengetahuan Gita.ia sendiri tidak mau melihat betapa hancurnya perasaan Gita, ketika pacarnya ingin bertemu dengan seseorang yang berhasil menempati ruang di kehidupan Arvin.ya walaupun Gita paham kalau Arvin belum sepenuhnya memberikan perasaannya untuknya.tapi setidaknya Gita akan berusaha demi cintanya.

Sesampainya di Caffe dekat sekolah,Arvin melihat seorang gadis yang sedang melambai-lambaikan tangannya sambil memanggil namanya.

Arvin yang mendengar suara lembut itu langsung menghampiri orang tersebut.rasanya kembali terulang kembali ketika ia masih menyimpan rasa terhadap gadis ini---yang tak lain adalah Dinka.

"Hai." Sapanya dengan suara yang sangat khas ditelinga Arvin.

Elo emang gak pernah berubah.elo masih Dinka yang pernah gue kenal.batin Arvin.

"Juga." jawab Arvin dengan sedatar mungkin.tidak mungkin kalau ia harus menjawab dengan nada senang sambil tersenyum.Arvin masih menghargai perempuan yang sedang dirawat dirumah sakit.

"Ayo silahkan duduk," ujar Dinka dengan sangat ramah,bahkan Arvin yang sudah mempersiapkan diri untuk tidak terlalu baik---kembali luluh dengan ucapannya.

Susah emang kalau ketemu lagi sama orang yang berhasil membuat kita jatuh hati.

"Kamu mau pesan apa?" Seraya memberikan buku menu kearah Arvin.tapi yang dituju malah diam saja membuat Dinka mengurungkan niatnya untuk memberikan beberapa pilihan minum.

Arvin diam tak bergeming."hei...kalau ku tebak pasti kamu masih suka sama ice vanilla latte.benar,kan?"

Kenapa elo kembali lagi sih,disaat gue berhasil menutup rapat-rapat tentang lo.batin Arvin.

Dinka melihat tidak ada tanda-tanda Arvin mau menjawab pertanyaannya.akhirnya Dinka memilih untuk memesankan Arvin minuman yang baru saja ia katakan pada Arvin dan juga untuk dirinya sendiri.

"Arvin," panggil Dinka setelah selesai memesan minuman.

Lamunan Arvin buyar ketika Dinka memanggil namanya."tujuan lo nyuruh gue kesini mau apa?" Ujar Arvin to the point.

"Aku mau ngomong aja sama kamu,"

"Itu doang?" Dinka menggeleng."gak cuma itu doang,sih,"

Dahi Arvin mengerut seolah bingung dengan ucapan Dinka tadi.

Memang aku siapanya dia.batin Arvin.

Refleks Arvin memukul pelan tangan Dinka karena ia sendiri yang memegang tangan Arvin."jangan pegang-pegang.kita bukan muhrim." Tukas Arvin dengan tatapan tajam.

"Iya maaf.hmmm...udah lama gak ketemu,"

Arvin hanya berdehem pelan."hm.langsung aja ke intinya." Pandangan Arvin tertuju pada ponsel yang ia letakkan disamping ia duduk.berharap Gita menelfon atau memberinya pesan.tapi lagi-lagi Arvin hanya bisa menghela nafas sabar.

"Aku mau minta putus sama pacarku,tapi aku gak berani bilangnya,"

"Makasih,Mbak." Ucap Arvin yang sedang berterima kasih pada pelayan yang telah membawakan pesanan minumannya.

"Terus urusannya apa sama gue?" Arvin masih fokus pada minumannya yang sedang ia minum.

"Aku masih gak bisa lupain kamu,maka dari itu aku mau putus sama Evan."

SAGITA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang