ORINDRA LAVEGAS

335 138 251
                                    


"Cari gara-gara sama gue, sama aja lo cari mati!"

- Orindra Lavegas

<><><>

Jalanan besar di depan SMA Kencana di tutup malam ini. Puluhan orang yang terdiri dari dua geng yang sudah menjadi musuh bebuyutan, mulai menyerang satu sama lain. Berbekal batu, balok kayu, pecahan kaca, pisau, dan benda lainnya. Saling melukai satu sama lain, tidak peduli dengan yang sudah kelelahan dan tumbang akibat luka gores, luka bacok dan pukulan kayu.

Mereka saling menyerang, saling menjatuhkan, berteriak, mencaci-memaki, merasa paling benar, tidak ada yang saling mengalah diantara dua geng itu.

SMA Kencana dengan geng besarnya GALCASTRA dan SMA Antariksa dengan gengnya LIGERO permasalahan sepele atau berat sekalipun pasti selalu diatasi dengan cara seperti ini, tawuran.

Tawuran yang terjadi antar murid sekolah adalah kesalahan terbesar. Bukan malah menyelesaikan masalah melainkan menambah masalah.

Bulan ini memang lebih parah, biasanya tiga bulan sekali atau bahkan setengah tahun baru terjadi. Tapi kali ini sudah terjadi 2 kali selama satu bulan. Membuat warga sekitar ketakutan, meresahkan pengguna jalan dan membuat siapa saja trauma. Tawuran itu merugikan banyak pihak.

Pasukan SMA Antariksa sudah banyak yang tumbang. Mulai berlari bersamaan dengan motor-motor berknalpot berisik pergi meninggalkan jalanan di depan SMA Kencana.

"Sampah! Mulai duluan, pergi duluan! Mental anjlok, ANJING!" Orindra Lavegas, pimpinan tawuran pasukan SMA Kencana sekaligus ketua geng besar yang ada di sekolah. Galcastra!"

Cowok dengan perawakan tinggi itu marah dan mengumpat kasar.

Laki-laki dengan bandana merah yang terikat di kepalanya itu menatap lurus dengan sengit pada kumpulan motor yang melaju pergi. Tangannya terkepal kuat, karena kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun. Baru saja melakukan baku hantam, dengan banyak luka lebam di wajahnya. Dia tidak mempedulikan rasa nyeri yang dia terima di tubuhnya. Dia hanya ingin membalas perbuatan anak Ligero yang berani kembali mengusik ketenangan dirinya.

"Dasar komplotan gak tahu diri, beraninya cuma segitu doang! Cih," ucap Bagas meremehkan, dia meludah, laki-laki itu termasuk bagian dari Galcastra.

"Udah, kita beresin semuanya biar guru, polisi gak bakalan tahu masalah ini. Awal bulan kemarin lo tahu kan kita udah kena apa aja, untung gak sampe di skors gara-gara Aldo keponakannya kepsek," sahut Cio.

Laki-laki itu menepuk bahu Indra berusaha menenangkan ketua Galcastra yang masih dilanda emosi.

"Gue gak terima aja mereka bikin Sandy sampai patah tulang Yo! Sandy sakit. Kita semua sakit. Galcastra itu keluarga!" Indra masih dengan nada tingginya menjawab. Indra sering hilang kontrol jika sudah seperti ini.

Menjadi ketua, dia tidak akan pernah terima anak buahnya dilukai seperti itu, disentuh saja dia tidak akan membiarkan itu terjadi. Apalagi Sandy dia bukan hanya sekedar teman untuk Indra.

Galcastra! Bukan hanya sekedar geng asal-asalan yang terbentuk. Galcastra itu hidup karena hati.

Terbentuk dari hati yang patah, rusak, bahkan hancur sekalipun. Disinilah mereka saling merangkul dan menguatkan.

INDRASILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang