1845
Daniel Edward Kangsley memacu kuda hitamnya kencang, melawan angin, membelah padang rumput di pedesaan Italia selatan yang hangat.
Putra mendiang Duke of Kingstone yang ketujuh itu menyukai kebebasan. Dan dia mendapatkannya di tempat yang jauh.
Jujur Daniel membenci tempat kelahirannya.
Inggris, terutama London, selalu dingin dan kelabu. Jiwa Daniel yang memberontak merasa terkekang di sana.
Dan betapa dia mensyukuri terlahir sebagai anak kedua.
Anak kedua berarti tidak memiliki gelar.
Anak kedua berarti lebih sedikit warisan.
Tetapi anak kedua juga berarti tidak ada beban.
Kebebasan.
Persetan dengan gelar Duke dan Estate keluarga.
Daniel tidak peduli dan tidak menginginkannya.
Karena itu begitu menamatkan sekolah di usianya yang kedua puluh dua, dia memutuskan untuk berkelana. Toh ada kakaknya yang akan mewarisi semuanya.
Daniel lebih suka begini.
Dia menghabiskan tahun pertaman di Prancis, dimana dia bertemu dan berkenalan dengan pria yang kini menjadi sahabat terbaiknya.
Setelah itu mereka berkelana ke Yunani, Eropa Timur, dan sudah setahun ini menikmati keindahan Italia.
Tiada hari yang tidak mereka habiskan untuk bersenang-senang.
Anggur, wanita, berburu, dan berkuda.
Toh sebagai keturunan keluarga Kangsley yang kaya raya, Daniel tidak akan kekurangan secara finansial, entah seberapa banyak pun uang yang dibuangnya.
..
Daniel memelankan kudanya saat mulai memasuki halaman rumah yang disewanya. Rumah itu milik seorang bangsawan teman keluarga mereka. Jauh kecil dari Estat keluarganya di Inggris, tapi tak kalah mewahnya. Daniel tidak akan menerima jika harus tinggal di akomodasi kelas dua.
Seekor kuda coklat menyamakan langkah di samping Thunder, nama kuda kesayangan Daniel tersebut.
Penunggangnya yang tinggi dan tak kalah tampan menoleh.
"Kudaku memang selalu kalah cepat dengan kudamu." Kata Hyunbin Louis Kwonthier, di tengah usahanya menenangkan nafasnya yang terengah.
Tanpa menoleh Daniel tertawa kecil. Saat tertawa matanya yang menyipit menjadi daya tarik, menyempurnakan wajahnya yang terpahat sempurna.
"Akuilah. Bukan salah kudamu. Tapi kamulah yang selalu kalah satu langkah dariku."
Mereka berhenti di depan istal dan melompat turun, menyerahkan tali kekang kuda kepada anak yang membantu pengurus istal, lalu melangkah ke rumah, sambil masih bercakap-cakap tentang rencana mereka.
Kedua pria itu bahkan belum mencapai undakan berbatu di depan rumah, saat pintu terbuka, dan asisten pribadi Daniel, Jaehan tergopoh keluar.
Daniel bisa melihat wajah pria itu pucat dan tangannya bergetar.
Dia bertanya, "Jaehan? Ada apa?"
Dalam hati dia merasakan firasat buruk.
Suara Jaehan bergetar saat dia menyampaikan kabar itu.
"Kita harus segera kembali ke Inggris.
Kakak Anda meninggal dunia."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL LOVE 🔞| Produce 101 season 2 (GS)
Fanfiction1845. Ini bukan jalan hidup yang akan dipilih Lord Daniel. Tapi takdir memaksanya. Dia harus kembali ke London yang dibencinya, menjalani peran yang dibencinya, dan bertemu orang-orang yang dibencinya. Tapi siapa menyangka, diantara segala kewaj...