8.3. My Half (3)

747 143 140
                                    

Jonghyun berusaha menahan diri dalam basa-basi yang rasanya tak berkesudahan ini. Membosankan. Tapi dia masih memiliki sopan santun dan bisa bersabar di hadapan iparnya.

Jonghyun masih menerima ajakan untuk makan siang, tapi tepat setelahnya, dia mengumumkan kalau di harus segera pulang.

Ya. Pulang.

Sedari pagi hanya satu kata itu yang terus berputar-putar di kepalanya.

Pulang.

Beberapa hari ini membuatnya banyak berpikir.

Banyak hal yang disadarinya.

Banyak hal pula yang harus dibereskannya.

Menolak tawaran Seungcheol untuk meminjam kereta kuda Charleston yang mewah, Jonghyun mengendarai kudanya. Lagipula dia akan lebih cepat jika menunggang kuda. Ya. Dia ingin secepatnya sampai di rumah.

Tapi bahakan ketergesaannya harus menunggu. Saat senja menjelang, memaksanya untuk menginap di salah satu penginapan di pinggir jalan. Perjalanan dari London memang memakan waktu mengingat jaraknya yang cukup jauh.

Baru keesokan harinya, saat mentari nyaris menyentuh titik tertinggi, dari kejauhan Jonghyun bisa melihat bayangan sebentuk bangunan yang sangat dikenalnya.

Bangunan yang sudah dihuninya seumur hidup.

Entah kenapa, kali ini melihat tempat yang disebutnya rumah itu menimbulkan perasaan sendu dalam hatinya.

Dan perasaan sendu itu bukan sekedar karena rindu.

Jonghyun baru memelankan kudanya saat sudah mendekati teras kediamannya itu. Tergesa dia melompat turun. Pengurus istal buru-buru menghampiri dan mengambil alih kekang kuda.

Melangkahkan kaki di undakan rumah, Jonghyun melepas topi dan sarung tangannya.

Perhatiannya teralih ke arah pengurus rumah tangga yang bergegas menyambutnya. Raut wajahnya yang khawatir membuat Jonghyun langsung waspada.

"Ada apa?" Tanyanya, merasakan firasat buruk.

Sang pelayan kelihatan kebingungan harus menjawab bagaimana. Dari sudut matanya Jonghyun melihat sekilas gerakan. Ia menunduk dan melihat seorang bocah berusaha menyembunyikan diri di belakang kaki pelayannya.

Tentu saja Jonghyun mengenali anak itu, anak salah seorang petani penyewa lahannya. Timmy Brown. Anak yang memberinya seember cacing tempo hari.

Yang menjadi pertanyaan, sedang apa dia di sini?

Diarahkan lagi perhatiannya ke arah kepala pelayan, yang masih berdiri dengan wajah merana.

"Orang tua Timmy sakit, Sir." Pria itu mengawali.

Jonghyun mengangguk, masih dengan dahi berkerut, berusaha mencari korelasi dari dua topik yang berbeda itu.

"Lalu?" Tanyanya tak sabar. Dia berusaha melongok ke belakang punggung pelayan itu, mencoba mencari keberadaan istrinya.

Dimana Minki?

Kenapa istrinya tak keluar menyambutnya?

Kenapa dia tidak melihatnya kilas bayangannya?

Kepala pelayan menelan ludah gugup. "Kami curiga keluarga Brown terserang Demam Merah, Sir."

Kerutan di dahi Jonghyun bertambah dalam. Dia sudah mendengar kabar tentang wabah mematikan itu sebelum keberangkatannya ke London.

Tentu saja dia risau mengenainya, apalagi mendengar salah seorang penyewa lahannya sudah terjangkit.

ROYAL LOVE 🔞| Produce 101 season 2 (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang