12.2. Tale of Three Siblings (2)

123 14 6
                                    

"Hmmm." Lady Tiffany bergumam panjang sambil membaca surat dengan kacamata bacanya. Saat diletakkannya kembali kedua benda itu, yang langsung diterima oleh nampan yang dibawa oleh pelayan yang sedari tadi bersiaga, sang Duchess mengedarkan pandangan seakan hendak menngumumkan sesuatu yang istimewa.

"Jadi." Ucapnya dengan dramatis. "Kelihatannya kepergian kita yang tiba-tiba dari London membuat kehebohan dan berbagai spekulasi."

"Dan karena khawatir, keluarga Anhderson memutuskan untuk menyusul kemari."

Kalimat terakhir yang ditambahkannya mendaptakn reaksi beragam. Sang suami yang menghela nafas lelah, mungkin membayangkan kekacauan yang bakal terjadi ketika istri dan sepupu penggosipnya itu berkumpul bersama.

Di ujung ruangan Woojin terbatuk. Atau mungkin terdengar seperti batuk bagi yang berada sedikit jauh darinya. Tapi untuk Guanlin yang duduk di kursi berlengan yang hanya berjarak tak lebih dari semeter, ia bisa mendengar jelas bahwa sahabatnya itu sebenarnya alih-alih sedang batuk sebenarnya mengucapkan kata "tukang gosip" yang disamarkan.

Untungnya Guanlin masih terbilang baru dalam dunia pergaulan royalty di London untuk tahu lebih dalam apa yang dimaksud oleh Woojin, dan memiliki kepribadian tak mau ikut campur yang membuatnya diam saja tak mengadukan.

Hanya satu orang di ruang tamu itu yang menanggapi berita itu dengan antusias. Wajah Jihoon yang sebelumnya bosan bahkan sudah bersinar, berseri-seri kegirangan sementara ia bertanya. "Keluarga Ahnderson? Oh my God! Benarkah? Apakah Hyungseob akan ikut serta?"

Woojin yang sedang menghirup tehnya tersedak, setelahnya terbatuk-batuk lagi. Guanlin yang tengah membaca buku sampai mengangkat pandangan, memastikan kali ini sahabatnya benar-benar batuk dan bukan sedang menyembunyikan olok-olokan terselubung lainnya. Begitu yakin, ia mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk punggung Woojin dengan wajah prihatin.

"Hyungseob!?" Nama itulah yang pertama diserukan oleh Woojin setelah bisa menguasai nafasnya. "Hyeongseob yang itu? Dia akan datang? Kemari? Ke rumah ini?"

Lady Tiffany melirik kertas surat yang masih berada di nampan di sebelahnya, sebelum mengulurkan tangannya malas. Dengan wajah terpaksa menelusuri huruf demi huruf sebelum kemudian mengangkat wajah, memtuskan menjawa dua pertanyaan yang diajukan beruntun oleh kedua anaknya secara bersamaan.

"Sunny tidak menuliskan. Tapi aku yakin begitu." Katanya. "Hyungseob masih muda, tidak mungkin meninggalkannya sendirian di London tanpa pendamping."

Jihoon bertepuk tangan riang. Berkebalikan dengan Woojin yang seketika muram. Ia memerosotkan posisi duduknya, nampak begitu kelelahan.

"Kenapa?" Guanlin yang mulai terarik bertanya. Ia hanya tahu kelurga Anhderson memiliki hubungan keluarga dengan Parkwood. Dia juga tahu putri sulung keluarga itu, yang setahun lebih muda dari Jihoon, bersehabat baik dengannya. Tapi hanya sejauh itu yang diketahuinya.

"Ada masalah?"

"Masalahnya adalah si Hyungseob ini." Woojin menjelaskan masih dengan wajah terlihat lelah dan badan lemas.

"Memang kenapa dengannya?"

Woojin menggeleng. "Hyungseob ini monster." Jawabnya singkat dan padat.

"HYUNGSEOB BUKAN MONSTER!" Jihoon yang mendengar tuduhan tak beralasan itu merasa harus membela sepupu sekaligus temannya itu. Suaranya terdengar sengit dengan mata menatap galak ke arah Woojin.

Guanlin yang bingung mendengar dua pendapat bertentangan itu memusatkan perhatian pada Woojin yang lebih dekat dengannya, meminta penjelasan.

"Jangan percaya pada Jihoon." Kata si marga Parkwood. "Sudah cukup masa kecilku diganggu oleh bocah satu itu. Dia itu nakal luar biasa, benar-benar penjelmaan monster."

ROYAL LOVE 🔞| Produce 101 season 2 (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang