Guanli meletakkan lilin di atas meja, lalu mulai mendekati lemari untuk mencari sesuatu untuk dimakan.
Gerakannya terhenti saat dia mendengar suara.
Ditajamkan telinganya.
Sesaat indra pendengarnya tak menangkap apapun.
Lalu suara itu kembali terdengar.
Ada sesuatu di bawah meja.
Tikus?
Kucing?
Atau seseorang?
Mengendap Guanlin mendekati meja itu, dan dengan satu gerakan cepat dia melongok ke bawah.
"Ah!" sebuah suara feminim berteriak.
Guanlin cepat-cepat meletakkan satu jari di depan mulutnya, menyuruh gadis itu untuk diam.
Masih berjongkok di bawah meja Jihoon menutup mulutnya lalu dengan gerakan canggung dia bangkit berdiri.
Sambil membawa sepiring kue coklat.
Guanlin melirik ke arah kue itu dan wajah Jihoon bergantian.
Yang ditatap hanya bisa menunduk malu.
"Aku lapar." Gumamnya lirih.
"Ibu dan Mary tidak memberiku makan malam.
Mereka berpikir bisa menurunkan beratku beberapa kilogram dalam satu hari."
Dengan tatapan mata sangat menyesal, Jihoon meletakkan piring di tangannya ke atas meja.
Guanlin berusaha tidak tertawa. Kata-kata Jihoon tentu saja sangat lucu. Tapi wajah cemberut, pipinya yang manis, dan ekspresi wajahnya sangat menggemaskan.
Bagaimana Guanlin tidak akan luluh?
Delapan tahun dia mengenal Jihoon.
Delapan tahun pula dia tidak pernah tahan menghadapi pesona gadis ini.
Delapan tahun dia rela melakukan segalanya.
Masih tanpa suara dia beranjak ke arah laci, mencari-cari, dan kembali dengan dua buah garpu.
Diulurkannya satu ke arah Jihoon yang menatapnya heran.
"Temani aku makan." Katanya sambil duduk di bangku. "Aku juga lapar."
Tersenyum simpul, Jihoon ikut duduk. Bergantian mereka berdua menyendok kue coklat itu.
"Mengapa ibumu ingin menurunkan berat badanmu?" tanya Guanlin.
"Karena aku gemuk?" jawab Jihoon sambil menyendokkan sebuah suapan besar ke mulutnya.
Pemuda itu mengerutkan alisnya memandang Jihoon menilai.
"Kamu tidak gemuk." Putusnya.
Jihoon menggeleng pasrah. "Ya. Aku gemuk. Paling tidak sembilan puluh sembilan persen wanita di Inggris akan beranggapan aku gemuk."
Guanlin mengeluarkan dengusan tidak suka. "Itulah kenapa aku tidak pernah bisa memahami kalian."
Jihoon mengabaikan kalimat itu. Dia menarik nafas dan meletakkan garpunya di atas meja.
"Selain itu aku juga khawatir." Katanya dengan mata masih menatap kue.
"Karena?" tanya Guanlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL LOVE 🔞| Produce 101 season 2 (GS)
Fiksi Penggemar1845. Ini bukan jalan hidup yang akan dipilih Lord Daniel. Tapi takdir memaksanya. Dia harus kembali ke London yang dibencinya, menjalani peran yang dibencinya, dan bertemu orang-orang yang dibencinya. Tapi siapa menyangka, diantara segala kewaj...