"Net...tta...aa...." lirihnya. Ia pun memejamkan matanya karena tidak kuat lagi untuk menahan rasa sakit dari tubuhnya.
Orang yang berlalu-lalang di jalan, langsung berkerumun melihat korban tabrak lari itu. Di antara mereka ada yang sudah melaporkan kejadian dan memanggil ambulan.
Aldenn masih terdiam di tempat, tubuhnya kaku untuk pergi melihat kejadian tragis yang membuat dirinya hancur-sehancurnya. Ia langsung menerobos kerumunan itu untuk melihat siapa yang menolong Netta. Betapa kagetnya ia melihat orang yang menolong Netta tadi. Aldenn langsung menangis karena orang menolong Netta adalah sahabatnya sendiri.
"Rav, bangun Rav! bangun... jangan tinggalin gue," teriak Aldenn sembari menepuk pipi Rava.
"Al...de...nnn...." lirihnya.
"Kenapa lo mau nolonginnya?" tanya Aldenn yang tak kuasa melihat temannya yang sudah banyak mengeluarkan darah.
"Gue...min...ta...tolo....ng...samaa...lo...jaga...Nett...aa...unt...ukk...gue...gue...tahu...kal...o...lo...bi...sassa...baha...giainnyaa...." lirihnya dengan terbata-bata dan mulai menutup matanya lagi.
"Rav! bangun Rav!! kalo nggak ada lo gue harus gimana? gue butuh nasehat lo." teriak Aldenn sembari menggoyangkan tubuh Rava. Tak lama kemudian ambulan datang dan langsung membawa Rava dan begitu juga dengan Netta. Aldenn langsung menuju ke Netta yang sedang di bawa oleh perawat menuju ambulan. Setelah Netta masuk kedalam ambulan, Aldenn langsung duduk di samping bangkar Netta sembari menggenggam tangan Netta sangat erat.
"Nett please.... lo harus kuat ya demi gue," ucap Aldenn mengeratkan genggamannya.
"Please jangan tinggalin gue. Baru aja kita tadi baikan masa lo ninggalin gue." ujar Aldenn sembari menghapus air matanya. Perawat yang melihat betapa pilunya Aldenn langsung memberi saran.
"Mas, harus berdoa untuk pacarnya semoga bisa sadar dan berusaha untuk selalu ada di sampingnya." saran Perawat itu.
"Terima kasih sus, saya selalu berdoa untuk dirinya." jawab Aldenn.
____________
Alllight hospital
Mobil ambulan sudah sampai dirumah sakit. Semua perawat terburu buru untuk melayani pasiennya termasuk Netta dan Rava. Netta dan Rava masuk ke dalam UGD, Aldenn yang mengekori bangkar Netta terhenti karena tidak diperbolehkan masuk ke dalam UGD.
"Mas, tunggu di sini saja." titah suster tersebut dan langsung menutup pintu UGD.
Aldenn langsung mengusap wajahnya kasar dan terjatuh di lantai. Ia merasa bersalah kepada Netta karena telah menyakiti perasaanya. Ia baru menyadari kalau tadi adalah pertemuan terakhir mereka yang menyedihkan. Aldenn masih tetap duduk di lantai rumah sakit sembari menangis.
Tak beberapa kemudian sahabat Aldenn maupun Sahabat Netta baru saja tiba di rumah sakit. Sebelum Aldenn ke rumah sakit, ia sudah mengabari sahabatnya kalau Netta dan Rava kecelakaan.
"Kak, Netta gimana keadaaannya? hisk...hiks hiks...."Tanya Olivia sembari terisak.
"Iya kak, gimana keadaan mereka berdua....hiks....hiksss...kak, please jawab kak?" tanya Resa sembari terisak.
"Mereka masih di periksa sama dokter." jawab Aldenn sambil berdiri dan duduk di samping Rama. Rama yang melihat Aldenn sangat kacau langsung memberikan saran.
"Denn, lo yang sabar ya. Jangan merasa bersalah, karena di sini bukan salah siapa-siapa mungkin itu udah takdir mereka berdua." ujar Rama sembari menepuk bahu Aldenn.
"Sabar kata lo? Gimana gue bisa sabar orang yang gue sayang berada di dalam sana lagi berjuang untuk hidup. Gimana gue nggak merasa bersalah!!" teriak Aldenn. Olivia dan Resa yang sedari tadi terisak langsung terhenti karena teriakan Aldenn yang menggema di penjuru koridor rumah sakit.
"Gue tahu Denn, tapi lo nggak usah kek gini. Lo harus banyak berdoa buat mereka," ujar Rama.
"Gue sel-" ucapan terpotong oleh teriakan seseorang.
Bugh....
Fandy baru saja memukul pipi Aldenn sangat kuat. Dan menghajarnya layaknya seperti hewan. Tak bisa lagi ia menahan amarah yang membara saat ini, ia tidak ingin mendengar kabar bahwa sahabatnya kecelakaan dan penyebabnya itu adalah orang yang sama waktu itu. Sama-sama menyakiti hati dan fisik Netta saat itu.
"Lo apain Netta bangsat!!" teriak Fandy dan kembali memukul Aldenn.
Rama sudah berusaha untuk melerainya tapi tenaga Fandy sangat kuat. Akhirnya Rama tak bisa berbuat apa-apa. Wajah Aldenn sudah banyak lebam akibat pukulan bertubi-tubi dari Fandy. Mata Fandy sudah merah karena menahan emosi.
"Hey! Kalian kenapa berantem? kamu Fandy tolong berhenti." ucap Deya~ibu angkat Netta yang baru saja tiba.
Sebenarnya Deya sudah berada di Indonesia jam 9 tadi, karena Ia ingin memberikan kejutan kepada Netta. Tetapi tuhan berkehendak lain malah Deya yang mendapatkan kejutan dari Netta. Deya sudah tahu kalau Netta celakaan malam ini dari kepala rumah sakit Alllight.
"Nggak bisa bu. Dia selalu buat Netta celaka." jawab Fandy yang segera ingin memekul Aldenn. Tapi, tangan Fandy langsung ditahan oleh Deya.
"Nak, Ini bukan salah dia. Ini mungkin sudah takdir tuhan jadi kamu jangan memukulnya lagi." titah Deya.
"Tapi... Bu di-" perkataan Fandy terpotong karena pintu UGD terbuka dan tampillah seorang dokter dengan wajah sangat khawatirnya. Mereka semua beralih melihat dokter itu untuk meminta penjelasan.
"Di sini yang keluarga dari pasien yang bernama Allnetta Marva Colliventyn ikut saya. Saya ingin menjelaskan sesuatu." ujar Dokter itu. Deya langsung maju mendekati Dokter itu.
"Saya ibunya." jawab Deya.
"Baiklah ibu ikut saya ke ruangan saya." titah dokter itu. Deya mengikuti dokter itu masuk keruangannya.
1 jam kemudian
Suster terburu-buru keluar dari UGD dengan wajah yang sangat panik. Aldenn langsung mencegat salah satu suster untuk menanyakan terjadi apa di dalam.
"Ada apa sus? kenapa kalian keluar dari UGD apa ada terjadi sesuatu ha?! Jawab Sus!!" teriak Aldenn. Suster itu langsung menunduk takut dan beralih kembali ke Aldenn untuk menjawab pertanyaannya.
"Pasien yang bernama Rava kekurangan banyak darah dan Pasien bernama Allnetta detak jantungnya sangat lemah." jelas perawat itu dan berlalu pergi untuk memanggil dokter.
"Nggak, Nggak mungkin, Netta nggak mungkin!!!" teriak Aldenn sembari terjatuh di lantai dan terisak. Orang-orang yang berada di sekitar Aldenn langsung prihatin dengan keadaannya. Rama dan kedua sahabat Netta membantu Aldenn untuk duduk.
"Kak, kakak jangan gini. Nanti Netta sedih lihat kakak nangis karena dia." ucap Olivia berusaha menahan air matanya.
"Iya denn, Netta butuh doa bukan tagisan lo." timpal Rama sembari membantu Aldenn untuk duduk di kursi koridor rumah sakit.
Tak lama kemudian datanglah Dokter yang menangani Netta dan Rava bersama Ibu angkat Netta. Dokter tersebut terburu buru masuk kedalam UGD. Deya langsung duduk di samping Aldenn.
"Bu, gimana keadaan Netta?" lirih Aldenn.
"Kita lihat saja nanti." ujar Deya.
Semuanya di sini menunggu kabar dari dokter tersebut. Setelah mereka lama merenungkan sesuatu hal, Dokter yang menangani Netta dan Rava baru saja keluar dari ruang UGD dengan raut wajah sedih. Mereka yang melihat Dokter keluar langsung mengerumuni Dokter itu untuk menanyakan keadaan 2 pasien yang berada di dalam UGD.
"Maaf, saya ingin menyampaikan pukul 11:23 wib malam pasien yang bernama-"
TBC
IG:@nshl01_02
KAMU SEDANG MEMBACA
DETTA
Teen Fiction[[Sebagian Part Di Private]] "Ini pembuktian lo kan?" tanya Netta sambil berusaha menahan air matanya yang sebentar lagi ingin keluar. "Netta...." ucap Aldenn terkejut dan joy juga terkejut dengan kehadiran Netta. langsung saja Aldenn berdiri begitu...