Rambut hitam lebat, idung mancung bangir, pipi ada lobangannya trs eta bibir, duhhh tante tuh .....
Isi sendirilah 😁
Ehh tante ko salfok ya sama nama universitasnya, ya ampunnnn tante jadi pengen mampir ke kampus itu liat2 batangan 🙈😅
Frada POV
"Lah!! Terus masalah buat gue?"
Aku menoleh ke asal suara di belakang melewati pundakku.
Sedikit terganggu karena sedari tadi perempuan yang duduk di bangku belakangku itu berkata-kata dengan suara yang terdengar jelas dan lumayan kencang padahal dia sedang melakukan hubungan telepon."Yang nelpon kan gue Min"
"Gak, gue gak suka nelpon pake WhatsApp, suaranya kapan kedengerannya kapan, jangan kaya orang susah lu"
"Nggak, pulsa gue gak abis-abis, elu tenang aja" Suaranya masih terdengar jelas.
Pundakku mengedik mendengar perkataannya, bisa ku nilai, perempuan itu termasuk golongan orang kalangan menengah ke atas yang sok.
Aku kembali menoleh ke belakang untuk menilik penampilannya, perempuan itu cantik, putih dan berambut panjang.
"Eh Min, yang hamil kan gue, mustinya gue yang ngidam kenapa jadi apusan yang muntah-muntah tiap pagi terus ngidam minta makan timun mulu"
Mendengar pembicaraannya dengan orang di ujung telepon sana membuat keningku mengernyit.
Apusan?
Itu nama orang?
Lagi-lagi aku mengedik dan kembali menghadap ke depan.
"Ya kalo apusan yang ngidam, bisa-bisa entar perutnya yang melendung dong bukan gue?"
"Yang hamil gue, terus yang perutnya melendung si apusan, gitu?"
Alisku mengernyit lalu kembali menoleh ke belakang.
Perempuan itu sedang membicarakan apa sih?
"Eh udah dulu, apusan udah nyampe nih, entar kita lanjutin kalo gue udah nyampe apartemen ya, dadah Miminnn"
Perempuan itu terlihat berdiri menyambut pria bertampang bule yang baru saja masuk ke dalam cafe dengan wajah riang.
"Mau minum kopi dulu gak?" Tanyanya setelah menerima kecupan singkat di bibir dari pria tersebut.
"Langsung pulang aja, saya pengen denger kamu nyebutin nama saya dengan benar" Jawab si pria sambil mengerling dan mengamit lengan si perempuan yang sudah bergelendot manja di lengannya.
Mataku mengerjap bingung sampai mereka berdua menghilang dari balik pintu cafe.
"Pasangan yang aneh" Gumamku.
"Cakep, ganteng, tapi obrolannya gak di mengerti orang lain" Lanjutku lagi lalu menyeruput hazelnut latte.
Aku melirik pergelangan tangan, sudah pukul 7 malam, telat 30 menit dari yang di janjikan.
"Halo, di mana?" Tanyaku begitu sambungan telepon terhubung.
"..."
"Ya kenapa gak bilang sih Lan? Aku tuh udah nunggu dari tadi, at least WA, bakal aku baca lah"
"..."
"Ya udah, aku balik sekarang" Aku memutuskan hubungan telepon lalu memasukkan handphone ke dalam tas, terdiam sebentar sambil mengetuk-ngetuk jari di cangkir kopi.
Sudah beberapa kali ini Alan tidak menjemputku, terakhir kami bertemu 3 minggu yang lalu.
Komunikasi kami tidak terlalu rutin karena alasan kesibukannya belakangan ini.
Tanganku menopang dagu.
Memikirkan pertanyaan mama soal kapan kami akan menikah.
Kalau intensitas pertemuan kami aja berkurang, kapan mau membicarakan hal serius?
Aku berdiri setelah menandaskan kopi di cangkir.
Memutuskan pulang ke kostan sendiri.
•••
"Mas, ini kenapa warnanya gak keluar ya?" Tanyaku sambil menarik lengan mas Ardi mendekat ke mejaku keesokan harinya.
"Warna apaan?" Tanyanya.
"Ini, gue lagi nyoba bikin ilustrasi pemandangan, tapi warna birunya kok gak keluar ya, mendem gitu" Jawabku lalu bergeser memberi ruang buat mas Ardi lebih mendekat ke layar iMac.
"Kontrasnya elu mainin lah" Tangan mas Ardi bergerak meraih mouse ku.
"Udah mas" Jawabku cepat.
"Kecerahannya?" Tanyanya lagi sambil mengklik toolbar memeriksa kecerahan.
"Udah cukup buat gue segitu, tapi kenapa gak keliatan cerah ya, bingung gue" Kataku sambil menggaruk-garuk kepala.
"Dari kemarinan sih kaya begitu, cuma gue pikir gak terlalu masalah, pas di print out, warnanya keluar" Lanjutku.
"Apa yang salah ya?" Kataku lagi masih menggaruk-garuk kepala.
Mas Ardi menatapku diam.
Tangannya yang tadi memegang mouse bergerak mengusap layar iMac ku.
"Hmm!! Terjawab sudah, elap tuh layar elu, jadi cewek gak bersih banget sih Fra" Jari telunjuknya terlihat kotor akibat debu dari layar iMac.
"Hehehe..." Aku cengengesan.
"Gak usah cengengesan, bersih itu sebagian dari pada iman, gak beriman lu berarti"
"Dih, apa hubungannya sih" Sahutku lalu mengambil tisu kering dan mulai membersihkan layar iMac.
"Elapin sekalian meja elu Fra, kotor banget"
"Bawel lu mas" Balasku cepat.
"Bisa ya betah kerja meja kotor gitu" Katanya lagi, dia sudah kembali ke mejanya.
"Bisalah, lagian emang gaji gue naik kalo meja gue bersih" Jawabku sekenanya.
"Jawaban elu itu-itu mulu, dasar pemalas"
"Biarin" Sahutku lagi.
"Gue ke toilet dulu, perut gue mules pagi-pagi debat kusir gak jelas sama elu gini" Katanya lalu ngeloyor pergi tanpa menunggu balasanku.
Terdengar suara telepon internal dari meja mas Ardi beberapa detik kemudian.
Deringannya masih terdengar beberapa lama, aku orangnya paling malas mengangkat telepon di meja orang lain.
Sesaat kemudian deringan telepon internal berpindah di mejaku.
"Ya halo" Sapaku tanpa melihat nomor ekstension yang menghubungiku.
"Ardi gak ada di tempat?" Ternyata yang menelpon pak Edison.
"Ke toilet pak" Jawabku.
"Kenapa tadi teleponnya dia gak kamu angkat?" Tanyanya lagi.
Mataku memutar malas.
"Jauh pak, tangan saya gak nyampe" Jawabku jujur.
"Bilangin kalau dia udah kembali ke tempat, langsung ke ruangan saya, ck, gak jadi, kamu aja cepat ke ruangan saya" Pak Edison menutup telepon dengan kencang.
"Anyinggg, pengeng kuping gue" Runtukku sambil mengusap-usap telingaku.
"Ck, mau ngapain lagi sih? Apa nunggu mas Ardi aja, malas banget gue liat mukanya dia" Mulutku menyerocos sambil mengembalikan gagang telepon ke tempatnya.
Setelah beberapa menit berlalu, mas Ardi belum muncul-muncul juga sampai deringan telepon internal di mejaku kembali terdengar.
"Iya iya, otw nih" Kataku setelah melihat nomor ekstension yang menelponku.
"Gak sabar banget" Lanjutku lagi sembari jalan dengan kaki menghentak.
Semoga kali ini tidak ada sesuatu yang berhubungan denganku.
Tbc
Semoga ya Fra, tante bantu doa dari sini sambil ngemilin chocolatos 😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposite
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 2/6/19 -