16. rumor

14.2K 2.2K 228
                                    

Cukupp cukup rhoma! Jgn pandangi tante kaya gitu 😆

Edison POV

Walaupun sudah berkali-kai menyikat gigi tidak menghilangkan baunya, tanganku meraih botol obat kumur lalu berkumur, berharap baunya menghilang.

Setelah mengeluarkan cairan obat kumur dari mulut aku meringis melihat pantulan wajahku di cermin wastafel.

Begini banget usahaku untuk mendapat perhatian Frada.

Sudah dua hari aku tidak bercukur, apabila ibu melihat bulu-bulu jenggot di rahangku sudah pasti beliau terkejut.

Dengan cepat aku mengambil tub krim cukur jenggot lalu meratakan krimnya di seluruh permukaan rahang dan memulai ritual menyukur yang harusnya aku lakukan di pagi hari.

Setelah beberapa puluh menit pulang dari makan siang aku menutup rapat mulutku.

Ketika para bawahanku menanyakan sesuatu atau mengajakku berbicara, aku hanya mengangguk atau menuliskan sesuatu di atas note sebagai jawabannya.

Bukannya aku tidak suka makan jengkol, jengkol itu nikmat, tetapi efek darinya di mulut itu sangat terasa sekali.

Jadi tidak percaya diri untuk membuka mulut barang sebentar.

Setelah selesai bercukur aku kembali ke ruangan kerjaku, untungnya toilet di lantai yang sama dengan ruanganku itu tidak terlalu sering di pakai oleh karyawan-karyawan lain karena memang lantai ini hanya untuk manajer-manajer, terpisah lantai dengan para karyawan lainnya.

Jadi tidak masalah berlama-lama menghabiskan waktu di dalam toilet tanpa perlu khawatir memikirkan karyawan akan mengantri panjang karena menunggu ku berkumur dan menyukur jenggot.

Suara ketukan dari balik pintu membuatku sedikit kaget karena sedang membuka bungkus permen mint.

"Masuk" Kataku mempersilahkan orang yang mengetuk pintu.

"Pak Edi"

Suara yang begitu familiar terdengar, pundakku merosot ketika melihat sosoknya muncul dari balik pintu.

"Tadi makan siang di mana sih? Kok gak balas wa aku?" Tanyanya sambil melangkah masuk dan duduk di atas kursi di depan mejaku.

Aku menatap Siska dengan pandangan malas.

Tidak ada yang tahu kalau salah satu staf akunting ini adalah anak dari salah satu pemegang saham terbanyak di perusahaan ini.

Siska memperlihatkan ketertarikannya kepadaku sejak aku bekerja di sini lima tahun yang lalu.

Bukannya aku tidak menyukainya sebagai wanita, Siska adalah sosok perempuan yang menarik, aku berani bertaruh tidak ada laki-laki yang menoleh hanya sekali apabila berpapasan dengannya.

"Tadi saya makan sama Ardi" Jawabku lalu menarik satu bundelan naskah.

"Sama Frada juga?" Tanyanya lagi.

"Iya" Jawabku singkat.

"Kok tumben sama mereka? Biasanya kamu kan makan sendiri"

"Saya bosen makan di kantin bawah, mau cari suasana lain" Aku mendongak menatapnya.

"Nyari suasana lain itu harus pergi makan sama mereka ya? Kenapa sih tiap kali kamu aku ajak makan selalu nolak?" Siska mencondongkan tubuhnya ke depan.

Punggungku menyender ke belakang.

"Kerjaan kamu udah gak ada, Sis?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Udah kelar, tinggal ngasih surat-surat ke messenger buat di kirim pake titipan kilat" Jawabnya.

"Jadi gimana? Kenapa kamu tiap kali aku ajak makan selalu nolak? Aku butuh jawaban yang pasti" Siska mengulang pertanyaannya kembali.

Inilah yang aku tidak suka, aku tidak suka terlalu di desak, belum jadi kekasih saja sudah begini, apalagi kalau sudah?

Tanganku menopang dagu, kembali teringat pembicaraan yang aku dengar ketika Frada menerima telepon dari kekasihnya. 

Dia tidak menuntut jawaban mengapa Alan tidak bisa menjemputnya walaupun Frada memutuskan hubungan telepon dengan alasan akan menelponnya kembali.

Frada terdengar bukan sosok kekasih yang penuntut, dia mempercayai alasan kekasihnya dinas keluar kota, tapi sialnya ternyata Alan menyalahgunakan kepercayaan yang di berikan Frada.

"Pak, malah bengong" Siska menyentuh punggung tanganku yang menjulur ke depan di atas meja.

"Besok kita makan siang bareng ya" Raut wajahnya berubah dengan mata mengedip-ngedip pelan.

"Saya gak bisa, jadwal saya gak bisa di prediksi, Sis" Tolakku.

"Kamu kenapa sih nolak aku terus?" Tanyanya kemudian.

"Aku kurang apa di mata kamu? Lima tahun tuh bukan waktu yang singkat buat seseorang menyatakan ketertarikannya sama lawan jenis"

"Kamu gak kurang apa-apa, Sis" Aku menarik nafas panjang sembari membetulkan letak bundelan naskah yang tidak jadi aku periksa.

"Terus? Kenapa kamu tolak aku?"

"Apa jangan-jangan rumor yang beredar selama ini benar?" Lanjutnya lagi.

"Rumor?" Tanyaku bingung.

Siska berdiri sambil bersedekap.

"Kamu gay" Jawabnya lalu tubuhnya memutar dan melangkah keluar dari ruanganku.

Ha? Gay?

•••

Bukannya marah mendengar Siska berkata demikian, aku malah tidak habis pikir sampai waktu menjelang pulang.

Ada rumor yang beredar seperti itu mengenaiku?

Alasannya apa? Apa karena aku tidak menanggapi ketertarikan Siska terhadapku? Apa karena aku tidak pernah terlihat selalu bersama perempuan?

"Pak!" Suara Frada dengan kemunculan kepalanya dari balik pintu membuatku berjengit kaget.

"Maaf bikin kaget, abis dari tadi saya ketuk-ketuk pintunya, bapak gak nyautin" Frada melangkah masuk dengan map di tangannya.

"Mas Ardi nitip ini, tadi dia pulang jam empat, mules-mules kebanyakan makan jengkol" Katanya sambil meletakkan map di atas meja.
Mataku mengikuti letak map yang lalu aku benarkan posisinya.

"Bapak gak mules-mules? Kan tadi makan jengkolnya banyak banget" Lanjutnya lagi dengan ringisan di wajahnya.

Kepalaku menggeleng pelan.

"Syukur deh gak mules-mules, saya pamit pulang dulu, pak, permisi"

"Fra" Panggilku sebelum Frada melangkah mundur.

"Ya" Sahutnya dengan mata melebar.

Punggungku menegak dan terdiam beberapa saat.

"Ya pak?" Frada melangkah maju.

"Kamu tau rumor yang beredar tentang saya?" Tanyaku setelah berpikir apakah benar aku menanyakan hal ini kepadanya.

"Rumor apa, pak?" Frada menggaruk-garuk rambut belakangnya.

"Kalau saya gay" Jawabku tanpa berpikir lagi.

"Ohh maho, duhh" Kulihat Frada langsung membungkam mulutnya cepat.

"Maaf pak, saya gak pernah denger rumor kaya begitu, permisi pakkk" Dengan gerakan cepat Frada melangkah menuju pintu.

Sepertinya rumor itu sudah beredar luas.

Tbc

Udah beredar luas banget om son, tante yg nyebarin wkwkwwk

Selamat beraktivitas besok yaaa 😘

Opposite Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang