33. nikah?

15.2K 2.4K 218
                                    

Mentang2 punya lesung pipi di pamerin mulu 😒
Tante juga punya lesung, tapi ga mau tante pamerin, huhh 😝

Frada POV

"Kamu lupa bawa tumblernya, Fra" Suara pak Edison terdengar seiringan dengan munculnya tumbler di atas mejaku keesokan harinya.

Dengan cepat aku melirik ke arah samping di mana kulihat mata mas Ardi melebar tidak percaya ke arah tumbler di depanku dan ke arah tumbler yang berada di genggaman pak Edison secara bergantian.

Duh, pak Edison ini, kenapa ngasih tumblernya pas ada mas Ardi sih, batinku dengan wajah meringis.

"Tumblernya samaan, kaya couple" Cicit mas Ardi lalu menggaruk-garuk kepalanya dengan raut wajah seperti ingin bertanya dan berkata-kata lebih banyak kepadaku tetapi di tahan karena adanya pak Edison di sekitar kami.

"Ya dong, namanya lagi usaha pendekatan, jadi apa-apa yang saya kasih ke Frada harus samaan sama saya" Terdengar kekehan keluar dari mulut pak Edison yang berdiri menjulang kian mendekatiku.

Mas Ardi tercengang mendengar perkataan pak Edison.

Tubuhku langsung memutar menghadap pak Edison dengan wajah meringis memintanya untuk tidak lagi bersuara.

"Pendekatan?" Mas Ardi membeo perkataan pak Edison, kulihat wajahnya pias.

"Ngomong-ngomong semua ilustrasinya udah selesai, Ardi?" Pertanyaan pak Edison membuatku sedikit bernafas lega karena dia menangkap apa yang aku pinta.

"Udah siap pak, ini" Mas Ardi mengambil map transparan dan berdiri untuk menyerahkan kepada pak Edison.

Bisa kulihat sekilas ujung kertas lembaran paling atas terlipat. Aku langsung menghadap pak Edison untuk melihat bagaimana reaksinya.

"Ok, kamu bisa letakkan di meja saya sekarang, saya masih ada perlu sama Frada" Pak Edison menyuruh mas Ardi tanpa memperdulikan lipatan ujung kertas yang di mana dulu dia menyuruhku untuk memprint ulang.

Mas Ardi melirikku dengan wajah merengut dan pak Edison menarik bangku kosong di belakangku lalu duduk tanpa melihat ke arah mas Ardi yang melangkah keluar ruangan dengan langkah sangat-sangat pelan.

"Bapak lupa ya sama syarat dari saya?" Tanyaku cepat begitu dia duduk di sampingku dan mas Ardi sudah keluar dari ruangan tetapi pintunya tidak tertutup rapat.

Pak Edison tersenyum lalu meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibirku.

"Saya yakin Ardi masih berdiri di depan pintu, ngomongnya bisik-bisik aja" Katanya dengan suara pelan dan tubuhnya condong ke arahku.

Keningku mengernyit lalu leherku melongok ke arah pintu memastikan apa benar mas Ardi masih berdiri di baliknya.

"Kamu percaya deh sama saya, dia pasti masih ada di luar" Kata pak Edison, tubuhnya semakin merapat ke arahku.

"Ya jelas lah mas Ardi bakalan nguping, dia pasti curiga sama bapak di sini mau ngapain sampe nyuruh dia keluar" Sahutku.

"Saatnya tepat untuk menguras dompetnya dia, Fra" Pak Edison tersenyum, mataku tidak dapat melihat lubang di pipinya sangking dekatnya jarak di antara kami.

Dengan gerakan tiba-tiba, pak Edison menarik tengkukku dan mempertemukan bibir kami.

"Hmmffttt...." Jeritanku teredam oleh bibirnya yang melumat bibirku rakus.

"Pakkk, jangan ciuman di siniii..." Kataku dengan suara kaget setelah melepas tautan bibir kami.

Tidak lama kemudian terdengar suara benturan pintu dengan benda dan muncul sosok mas Ardi, wajahnya terlihat kaget.

Opposite Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang