34. restu

14.7K 2.3K 331
                                    

Tau ga om, tiap kali tante dpt photonya om klo shirtless itu apa yg musti tante periksa? Udelnya om, item apa udah di bersihin, akhirnya setelah cerita ini pengen kelar, tante baru nemu photo yg udelnya rada bersihan 😅😂

Frada POV

"Kamu memang udah putus sama Alan, Fra?" Tanya ibuku ketika hari Minggu aku berkunjung ke rumah orang tuaku untuk meminta restu.

"Udah putus, bu" Jawabku cepat.

"Kapan?" Tanyanya lagi.

"Belum ada dua bulan lalu" Jawabku.

"Belum ada dua bulan terus sekarang kamu mau nikah?" Ibu melirik ke arah pak Edison yang tersenyum memperlihatkan kedua lesung pipinya.

"Iya, bu" Aku mengangguk.

Ibu mengamati pak Edison yang masih tersenyum tiga jari.

"Jangan senyum kelebaran gitu, kamu mau ngelamar anak saya apa mau ngegodain saya?"

Senyuman pak Edison memudar setelah mendengar perkataan ibu sedangkan kekehan keluar dari mulutku.

"Lima tahun kamu pacaran sama Alan, ibu pikir kalian bakal berakhir di pelaminan, Fra" Lanjut ibu sambil menangkup punggung tanganku lembut.

"Ya namanya bukan jodoh" Sahutku tersenyum, seharusnya bukanlah senyuman yang menghiasi wajahku, lima tahun bukanlah waktu sebentar.
Alan sudah membuang waktuku sia-sia, tetapi mau bagaimana lagi? Sudah suratan takdir.

"Pas nikahan nanti jangan undang dia ya, ibu gak mau entar ada yang videoin terus viral gara-gara ibu atau bapak nangis berpelukan sama dia"

Aku tersedak, ku dengar suara sedakan secara bersamaan dari arah samping kananku, pak Edison menutup mulutnya.

"Ibu, jangan ngomongin Alan ah, gak enak sama pak Edison, lagian Alan sama keluarga kita kan gak sedekat itu" Kataku setelah berhasil menguasai diri.

"Memang gak sedekat itu sampe nanti bisa peluk-pelukan, tapi dia kan pernah jadi bagian hidup kamu, Fra"

Aku meringis mendengar perkataan ibu yang menurutku terlalu berlebihan.

"Terus temen seruangan kamu itu siapa namanya, Ardi? Bagaimana kabarnya? Selain Alan, ibu pikir kamu pacaran sama Ardi sangking seringnya dia nganterin kamu pulang ke rumah"

"Ihh ibuu... sering nganterin pulang ke rumah bukan berarti pacaran kali" Kataku dengan mata melebar dan memukul pelan lengan ibu agar tidak menyebut nama Ardi maupun Alan lagi di depan pak Edison.

Bisa-bisa dia marah seperti minggu kemarin dan melakukan balas dendam lagi.

"Ya abis kan ibu taunya mereka berdua aja yang dekat sama kamu, jujur sekarang ibu kaget, kamu datang ke rumah sama lelaki yang baru ibu kenal minta restu" Ibu kembali mengamati pak Edison.

Dari tadi pak Edison hanya senyam-senyum tanpa mengeluarkan kata-kata.

"Nak Edison kenal Frada udah lama?" Tanya ibu sesaat kemudian.

"Udah bu, Frada bekerja di kantor yang sama dengan saya, praktis selama setahun saya mengenal dia, dan baru dekat beberapa bulan yang lalu" Jawab pak Edison tersenyum tipis.

"Dekatnya baru dua bulan yang lalu" Kata ibu memperjelas.

"Iya bu" Sahut pak Edison pelan.

"Kamu dekat sama Frada dua bulan memangnya udah kenal dia banget?" Tanya ibu lagi.

"Udah bu" Lagi-lagi pak Edison menyahut pelan.

"Gak bakalan nyesel di kemudian hari setelah nikah?"
Pertanyaan ibu barusan membuat keningku mengernyit bingung.

"Mudah-mudahan nggak bu" Jawab pak Edison pasti.

"Yakin? Ibu.."

"Ibu kenapa sih sampai tanyanya begitu banget?" Potongku mulai resah dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya yang bakalan keluar dari mulut ibu.

"Ibu cuma mau tanya seberapa besar keyakinan calon mantu ibu ini, Fra" Ibu menoleh menatapku dengan wajah serius.

"Ibu gak pengen nanti di kemudian hari kamu pulang nangis-nangis tengah malam cuma karena nak Edison ini baru sadar sifat aslinya kamu"

Ya ampun si ibu ini mikirnya kok negatif bener sama anak sendiri, batinku sambil mentoyor kening sendiri.

"Saya rasa saya udah mengetahui semua sifat asli anak ibu" Kurasakan tangan pak Edison meraih tanganku dan meremasnya lembut.

Aku menoleh ke arah pak Edison yang sekarang sedang menatapku lembut.

Arah pandanganku kembali ke ibu karena ku dengar helaan nafas keluar dari mulutnya.

"Yakin semua sifat aslinya? Kamu musti ibu ajak ngeliat ke kamarnya Frada biar tau banyak jeans sama jaket-jaket yang..."

"Yang belum di cuci selama sekian bulan, bu? Saya udah tau kok" Perkataan pak Edison yang memotong perkataan ibu membuat mata ibu melebar, takjub.

Kurasakan remasan lembut lagi di tanganku.

"Gak cuma itu loh, Frada joroknya minta ampun sampe ibu gak yakin waktu dulu ngandung dia mungkin ada ngidamnya ibu yang terlewat"

Spontan aku menepuk kening.

Ku dengar kekehan keluar dari mulut pak Edison.

"Bu, kalo soal itu, saya terima Frada apa adanya, Frada ada kekurangannya, begitu pula saya pun ada kekurangannya" Pak Edison tersenyum ke arahku.

"Saya ke sini mau ngelamar anak ibu, bukannya mau membahas kekurangan anak ibu sebagai manusia" Senyumnya kian mengembang.

"Ya ampunnn... kok ibu dengernya meleleh ya, denger tuh Fra, mulai sekarang yang rajin keramasnya jangan seminggu seka..."

"Ibuuu... aku tuh udah rajin keramasan kali buuuu, ihhh.." Potongku dengan wajah merengut ke arah ibu.

"Ibu terima lamaran kamu nak Edison" Ibu terkekeh wajahnya yang dari tadi terlihat serius berubah sumringah dan menatap pak Edison.

Genggaman tangan semakin erat kurasakan di iringi senyuman lebar pak Edison.

Tbc

Mungkin 2 chap lagi cerita mereka tamat 😃
Tadi siang tante tuh dpt pesan dari wattpad, isinya pemberitahuan klo ada gambar yg kena di sensor, intinya bikin tante mikir wah jadi ga bisa ngeluarin photo2 aneh macam kek si semvak merah sama si semvak putih lagi dong nih 😅
Karenaaaa... semalam tante nemuin photonya om son yg hadehhh, sudahlah ga bisa tante posting klo nantinya bakal kena di sensor lagi sama wattpad 😆
Udah gitu aja an dari tante, selamat beraktivitas semuanya besok yaaa, gajian sebentar lagi, yg semangatttt 😘😘
24/11/19

Opposite Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang