36. show time (1)

18.5K 2K 150
                                    

Mungkin skrg kamu liatin ononya udah ga lancip lagi ya om? 😅😆

Edison POV

"Selamat atas pernikahannya pak Edi, Frada, semoga langgeng" Jamal memberikan selamat padaku setelah menyalami Frada. Wajahnya terlihat berseri-seri tidak seperti biasanya.

"Kalian ke sininya berdua, Di?" Tanyaku kepada Ardi setelah Jamal menyalami kami karena Ardi berdiri tepat di belakang Jamal.

Kepala Ardi langsung menggeleng cepat dengan raut wajah ngeri dan tangan mengibas-ibas. Arah pandangan matanya mengikuti langkah Jamal menuruni tangga dari panggung pelaminan.

"Kalian jadian, mas? Dari kapan?" Frada bertanya dengan nada suara sangat penasaran, tangannya meraih lengan Ardi sebelum dia melangkah meninggalkan kami.

Mata Ardi melebar, tangannya kembali mengibas-ibas.

"Gue tadi ketemu Jamal di parkiran, dia narik gue ke sini, bilang salaman dulu sama kalian padahal gue mau ngambil makan" Sahut Ardi, wajahnya tampak merengut kesal menjawab pertanyaan Frada.

"Gak usah kesel gitu kali mas, biasa aja, entar makin di pepet lho" Kata Frada.

Mendengar perkataan Frada semakin membuat Ardi merengut kesal.

Frada terkikik melihat kelakuan Ardi karena terlalu kentara memperlihatkan ketidaksukaannya pada Jamal, sedangkan tanganku menepuk pundaknya sebelum akhirnya Ardi turun dari panggung pelaminan menyusul Jamal yang terlihat melambaikan tangannya menyuruh Ardi untuk menghampirinya.

"Kemarin kamu jahat banget sih mas, kasian mas Ardi" Frada menyenggol lenganku pelan.

Aku melirik perempuan yang sudah sah menjadi istriku ini dengan senyuman lebar, mendengarnya memanggilku 'mas' rasanya sangat bahagia.

Akhirnya Frada memanggilku dengan sebutan 'mas' setelah sekian lama.

"Ardi patut dikasih pelajaran" Jawabku santai lalu mengajaknya duduk di kursi pelaminan karena sudah tidak ada tamu yang bersalaman.

Aku mengamati Frada beberapa saat kemudian, istriku ini sangat terlihat cantik dengan balutan kebaya berwarna putih gading.

"Ya tetap aja kamu jahat, mas, seharusnya gak sampe segitunya nyuruh mas Ardi lembur ngerjain buku yang di tangani Jamal" Kata Frada.

"Mas Ardi tuh tiap jam lima tepat, liat aku ngambil tas dari laci mukanya langsung berubah pucat, kentara banget minta aku nemenin dia lembur" Lanjutnya lagi, pandangan matanya mengarah ke Ardi yang sedang mengambil makanan di ikuti Jamal.

Aku terkekeh karena kembali teringat kejadian di mana Ardi duduk sangat kaku di samping Jamal karena selalu datang ke ruangannya untuk mengecek ilustrasi buku klien yang sedang kami kerjakan.

Sebenarnya Jamal tidak perlu sampai setiap saat mengecek ilustrasi-ilustrasi yang dikerjakan oleh Ardi, aku hanya memintanya mengecek setiap abis jam pulang kantor.

Intinya memang aku menyuruh Ardi lembur dan di temani oleh Jamal. Itu balasanku pada Ardi yang perhitungan padaku.

Aku rasa tidak terlalu kejam menyuruh Ardi mengerjakan ilustrasi untuk 3 buku sekaligus mengingat dia selalu sukses membuatku meradang apabila berkaitan dengan Frada.

Ekor mataku mengamati Ardi dan Jamal, tersenyum tipis melihat ketegangan wajah Ardi. Lalu arah pandanganku beralih kembali menatap Frada lalu senyumanku melebar.

"Ihh, senyumannya kok nakutin gitu sih" Kata Frada begitu dia menoleh ke samping.

Tubuhku bergeser kian mendekatinya lalu menunduk.

Opposite Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang